When I Fall in Love

Fani Fujisaki
Chapter #24

24. Cara Pacaran

Mulai jam satu siang di sekolah selalu ada dua kegiatan di lapangan. Sisi kanan dipakai untuk latihan upacara, sedangkan sisi kiri untuk latihan ekskul basket.

Biasanya Ana lebih memperhatikan sisi kiri, tapi kali ini dia memusatkan perhatian secara penuh ke sisi kanan lapangan, lebih spesifiknya yang diperhatikan adalah Ilham.

Cowok alim itu memang langganan menjadi petugas upacara bendera. Dan yang baru Ana ketahui ternyata Ilham ikut latihan hanya untuk mengobrol saja. Sepele bangat.

"Udah?" tanya Ana heran saat Ilham sedang berjalan mendekatinya.

Ilham mengangguk sambil melihat petugas upacara lain yang masih berlatih, "Berhubung kakak kelas udah siap-siap buat ujian, doa yang mereka minta lebih banyak pakai bahasa Indonesia, dan mereka yang atur kata-katanya."

Karena tidak pernah tahu bagaimana tugas yang Ilham kerjakan saat latihan upacara, Ana masih terlihat kebingungan, "Jadi cuma disuruh hafalin doang?"

"Dibaca lebih tepatnya."

Lah, terus untuk apa Ilham ikut latihan upacara? Masa sudah kembali datang ke sekolah lagi setelah salat Jumat yang dilakukan cuma bertanya saja sih?

Seolah bisa membaca apa yang Ana pikirkan, Ilham tertawa, "Hal yang bahkan masih sempat kulakukan sebelum upacara dilakukan ya? Aku ingin sekalian salat di masjid dekat sekolah makanya pilih tetap ikut latihan."

Walau ingin salat Jumat di masjid dekat sekolah pun, Ilham kan bisa saja langsung pulang tanpa perlu ikut latihan upacara, tapi cowok ini tetap saja balik lagi ke sekolah, sungguh bertanggung jawab ya?

"Huh?" mendadak Ilham menatap wajah Ana dengan ekspresi seolah merasa syok.

"Eh? Apa tadi aku nggak sengaja mengatakan apa yang kupikirkan?" tanya Ana yang merasa telah menggumamkan sesuatu.

Ilham mengangguk sambil mengusap tengkuknya dengan canggung, "Aku paling nggak bisa denger kata tanggung jawab, apalagi yang ngomong cewek. Tolong hindari mengatakan itu sebisa mungkin."

Ah, ternyata Ilham memiliki kata yang tidak mau didengar ya? Padahal Ana mengatakan tanggung jawab sebagai bentuk pujian, bukan dengan maksud lain, "Maaf, aku nggak sadar kata itu bisa jadi terasa ambigu dan bisa buat salah paham."

"Gara-gara Bang Yudha, aku nggak ngerti lagi hal apa yang harus dilakukan seorang pacar. Dengar kata tanggung jawab, mual, dan positif aja udah buat mikir 'perasaan aku nggak melakukan apapun deh'."

Tidak ingin membuat Ilham terlihat frustasi begini, Ana akan mengingat tiga kata itu agar tidak pernah sekalipun dikatakan secara langsung, "Aku juga kadang bingung bagaimana harus bertindak agar bisa buat Ilham lebih spesial dibanding cowok lain."

"Aku yang minta diistimewakan ya?" gumam Ilham yang ingat telah meminta hal semacam itu pada Ana saat mengatakan perasaannya, "gimana kalau cari bantuan di internet?"

Berhubung Ilham langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana, Ana ikut melihat layar yang melakukan pencarian dengan kata-kata 'hal yang dilakukan orang pacaran'.

Yang Ilham pilih untuk dibaca adalah, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan saat awal pacaran. Yang pertama, jangan pamer, "Apa kita pernah pamer?"

Merasa belum ada yang pernah memamerkan sesuatu, mereka lanjut yang ke dua, bersikap santai. Membaca itu membuat Ana menatap Ilham dan dibalas tatapan yang sama, "Aku sih udah coba santai dan membiarkan Ana mengetahui semua sifatku."

Memang, Ana juga merasakan perubahan sifat Ilham yang lebih terbuka seolah tidak mau menyembunyikan apapun lagi, "Um, aku agak canggung setiap Ilham melakukan hal romantis. Mungkin ini faktor belum terbiasa aja karena selama ini nggak ada cowok yang bersikap manis padaku."

Ilham mengangguk dan beralih ke poin ke tiga, jangan berlebihan memberi hadiah, "Saat ada kelebihan kue yang ibuku jual, aku punya niat kasih ke Ana, bagaimana? Apa nggak keberatan?"

Tanpa ragu Ana mengangguk, "Mau bangat malahan, tapi mungkin aku nggak sering balik memberikan Ilham sesuatu."

"Emang cowok yang lebih banyak memberikan kan? Lagian aku nggak mau disangka cowok matre."

Telapak tangan Ana menutup layar ponsel agar Ilham tidak dulu beralih ke poin selanjutnya, "Tunggu dulu, apa maksudnya cowok matre?"

"Ana kan dibesarkan di keluarga yang lebih berada dibanding keluargaku, aku nggak mau terlihat lebih sering dibayarkan sesuatu olehmu."

Karena Ilham sudah tahu rumahnya, mudah untuk memberi penilaian sampai memiliki pemikiran semacam itu. Tapi Ana sedikit tidak suka saat ada orang yang berpikir demikian, "Saat mau beli sesuatu aja aku masih cari diskon, jangan samakan aku dengan Arka, Il.”

"Aku mengatakan hal yang nggak Ana sukai ya? Maaf, maaf. Rasanya minder sih dengan mengingat rumahmu aja," ucap Ilham sambil memberi usapan pada kepala Ana agar berhenti cemberut.

Lihat selengkapnya