“Valerie!” Pintu kamar terbuka dan seorang wanita buru-buru masuk. “Val! Ayo, bangun!” Ia mengguncang-guncangkan tubuh yang masih memeluk guling di tempat tidur.
Terdengar erangan malas dari bibir mungil yang menempel pada bantal bermotif beruang. Tangannya menarik selimut hingga menutupi kepala, kemudian terlelap lagi.
“Ck! Anak ini! Ayo, bangun, Val! Sudah siang!” kata wanita itu lagi. Kali ini ia menarik selimut dengan keras sehingga wajah di baliknya terlihat. “Mau tidur sampai kapan, hah?!”
Gadis yang memakai piyama polos merah muda itu menggeliat dan hendak menarik selimut lagi ketika sang ibu menepis tangannya.
“Masih ngantuk, Ma…,” katanya sambil mengucek-ucek mata.
“Salah siapa begadang? Emangnya kamu ngapain aja semalam?” Wanita bernama Rima itu memaksa putrinya bangun.
Valerie yang biasa dipanggil Val terpaksa bangun dan menguap lebar. “Val ‘kan nggak kerja, Ma, nggak perlu bangun pagi….” Ia memberi alasan.
“Ini sudah jam sepuluh, Val! Nggak malu tuh diketawain sama ayam?”
“Ngapain malu? Dia juga nggak ngerti kok!”
“Ih! Anak ini!” Dengan gemas Rima mendorong jidat putrinya. “Kamu itu sudah besar, Val! Bersikaplah dewasa, jangan kayak anak kecil! Malu sama umur yang hampir kepala tiga!”
“Mama bawel ih!” Val cemberut.
“Lagian, kenapa sih kamu harus berhenti kerja? Cari kerjaan ‘kan nggak gampang! Akhirnya, kamu menganggur sekarang!”
“Ya … Val ‘kan ingin kerja sesuai passion, Ma…. Yang kemarin itu cuma batu loncatan aja. Terpaksa juga karena Mama yang buru-buruin Val kerja.”
“Ya jelaslah! Mama sudah susah payah kuliahin kamu, kalau nggak kerja, mau ngapain?”
“Kenapa pagi-pagi Mama cerewet sih?”
Rima mendelik, tapi seketika wajahnya berubah saat Val memeluknya manja. “Kamu ini paling bisa ya kalau merajuk.” Tangan kurus itu membelai rambut Val sambil tersenyum.
“Meski Mama cerewet, Val tetap sayang kok.”