When Life Gives You Kemas

wartegofc
Chapter #1

Buket Bunga dan Orang-Orang Misterius

Di tengah masa-masa sulit seperti ini, banyak dari kita yang tergoda dengan tawaran pekerjaan sederhana namun menjanjikan keuntungan besar.


Sayangnya, di balik janji manis itu, ada jebakan mematikan yang sulit kita deteksi. Dalam balutan kata-kata yang tampak meyakinkan—seperti investasi, kemitraan, atau pekerjaan dari rumah alias work from home —para penipu dengan lihai menjalankan modusnya, bersembunyi di balik layar.


Bagi kita yang terperdaya, termasuk aku, kesalahan kecil seperti ini tentu bisa berakhir menjadi sebuah malapetaka besar.


Aku duduk di depan komputer, membaca ulang postingan twitterku dengan harapan utasan itu akan sampai ke timeline banyak orang.


Kemungkinan terburuk dalam hidupku; menjadi gembel di kota orang-lah yang membuatku nekat untuk menaikkan kasus ini ke sosial media.


Setelah satu jam memposting thread penipuan itu, pemberitahuan dari aplikasi biru tersebut mulai berdatangan. Postinganku dibagikan, orang-orang memberikan komentar dukungan dan beberapa bahkan membagikan pengalaman mereka yang pernah nyaris tertipu dengan modus serupa.


Namun, tak sedikit juga yang melempariku dengan makian:

Suara-suara komentar itu terus bergema di kepalaku seperti racun yang menetes pelan-pelan, rasanya aku semakin tercekik oleh kemarahan dan rasa malu, hingga terdorong untuk melakukan sesuatu yang lebih demi membuat si penipu itu merasakan apa yang kurasa.


Tanpa pikir panjang aku memutuskan untuk kembali ke halaman website tempat di mana semua janji manis dan kebohongan bermula.


Setelah beberapa detik menunggu, akhirnya halaman itu muncul di layar komputerku, menampilkan deskripsi pekerjaan remote dengan iming-iming penghasilan besar dan jam kerja yang fleksibel.


Cuih, batinku. Walau memang tak bisa dipungkiri, tawaran itu sangat terlihat menggiurkan untuk diriku yang baru saja menyandang status pengangguran setelah dipecat dari kantor, seminggu yang lalu.


Kugulirkan layar ke bawah, ke bagian komentar yang penuh dengan pujian palsu dari akun-akun yang jelas merupakan bagian dari skema penipuan itu. Kalau bahasa kerennya, sih, buzzer.


"Be aware, pak, buk. Pekerjaan ini adalah penipuan. Saya sudah kehilangan 30 juta setelah dijebak dalam scam berkedok pekerjaan remote ini. Jangan sampai ketipu dengan kata-kata manis mereka. Tolong sebarkan dan laporkan halaman ini agar tidak ada lagi yang menjadi korban."


Aku menekan tombol kirim, lalu komentarku itu langsung muncul di antara komentar-komentar lain. Semoga saja banyak yang baca.


Aku pun berjalan menuju jendela yang mengarah langsung ke arah jalanan di luar, berniat menarik tirai, siap menutup malam yang sial ini.


Namun, gerakanku terhenti ketika mata ini menangkap sesuatu yang tak biasa di luar sana, di atas penutup keranjang sampah di depan rumah, tampak sesuatu yang tidak semestinya ada—sebuah buket bunga mawar merah muda, tersusun rapi dalam sebuah wadah berwarna biru keabu-abuan.


Wadahnya sederhana, tapi tampak mewah karena diikat dengan pita satin berwarna merah muda lembut.


Kelopak bunganya tampak begitu segar seolah baru saja dipetik, memancarkan keindahan yang kontras dengan kegelapan malam di sekitar rumah. Magic, mereka hampir berkilau di bawah sinar lampu jalan yang remang-remang.


Alisku pun terangkat tanda kusadari. Siapa yang meletakkan bunga itu? Dan yang lebih penting, untuk apa? Aku tahu pasti, buket itu tak ada di sana sebelumnya.


Kalau kalian mengira itu dari pacar atau gebetanku, jawabannya adalah tidak mungkin.


Perlu kalian ketahui, bahwa aku belum pernah berpacaran seumur hidupku. Tidak ada pria yang benar-benar pantas untuk bersanding denganku. Mereka semua menjijikkan.


Dan jangan pula berpikir bahwa buket bunga itu dari seorang secret admirer, karena aku yakin bahkan seribu persen, tak ada pria yang berani menaruh hati padaku.


Memangnya siapa aku?


Well, aku Tabitha. Seorang pengacara yang- aduh, bukankah akan sulit jika seseorang sepertiku mendeskripsikan diri sendiri? Baiklah, mari dengar apa kata mereka:


Sejujurnya tidak seburuk itu juga. Kalian tahu? Sometimes people hate you because of the way other people love you.


Lihat selengkapnya