Ada yang bilang bahwa saudara kembar seringkali mengalami hal yang sama di waktu yang hampir sama juga, walau mereka terpisah. Nah, di saat Sara sedang memperkenalkan dirinya, Sam pun juga memperkenalkan dirinya di Distrik Maut tempatnya tinggal dan bertugas mulai sekarang.
"Namaku Sam. Salam kenal."
Sam memperkenalkan dirinya dengan singkat dan memicingkan mata ke sekelilingnya sambil menanti reaksi dari malaikat seniornya.
Nihil.
Sam menghela nafas dan melihat bahwa terdapat batu bulat besar di belakangnya. Melihat sikap malaikat seniornya yang acuh tak acuh terhadap perkenalan dirinya tadi, Sam memutuskan untuk duduk di atas batu tersebut.
Tempat perkumpulan malaikat pembantu di Dunia Maut adalah sebuah gua yang dingin dan gelap. Setelah melewati lorong yang sunyi senyap, terdapat semacam 'ruangan gua' yang cukup besar. Di sana, terdapat bebatuan bulat yang agak besar. Bebatuan tersebut diposisikan sedemikian rupa sehingga mereka melingkar di ruangan tersebut. Sam sedang berada di tengah lingkaran bebatuan tersebut.
"Wah, kecil sekali!"
"Sudah lama kita tidak kedatangan junior baru."
"Hei, taruhan, yuk! Berapa lama si kecil ini dapat bertahan?"
"Taruhannya apa?"
"..."
Sam tidak bisa berkata apa-apa ketika ia akhirnya mendengar respon dari malaikat-malaikat seniornya. Dari awal, ia sebenarnya merasa janggal melihat jumlah malaikat pembantu di sini yang hanya bisa dihitung jari. Kalau memang semua malaikat pembantu Distrik Maut sudah berkumpul di sini, maka ia adalah malaikat ke-sepuluh. Sam juga merasa agak janggal melihat tingkah laku malaikat-malaikat seniornya yang acuh tak acuh dan tergolong eksentrik. Tapi, pada awalnya, ia hanya memaklumi karena ia merasa dirinya sendiri juga lumayan acuh tak acuh dan eksentrik dibandingkan dengan teman-temannya. Namun, ia tidak menduga akan mendapat respon seperti ini.
"Boleh kakak-kakak jelaskan maksudnya?" tanya Sam sambil memasang senyum palsunya.
"Wah, si kecil ini berani juga!"
Malaikat pria yang dari tadi hanya terduduk diam sambil menopang dagunya mendadak berdiri dan tersenyum. Ia berjalan perlahan mendekati Sam sambil menyeringai. Pada akhirnya, si malaikat dengan aura yang mencekam itu berhenti tepat di depan Sam. Terdapat luka di mata kanannya yang tertutup, dan mata kirinya yang abu-abu menatap mata Sam dengan beringas.
Sam terdiam dan kembali menatap malaikat pria itu dengan wajah datarnya, seakan-akan ia tidak terpengaruh sama sekali oleh intimidasi malaikat itu. Sebenarnya, Sam merasa takut di dalam hatinya. Namun, ia masih bisa memasang wajah datar dan berpura-pura tenang. Ia sudah sering bersikap demikian setiap ada hal menakutkan yang membuat Sara takut. Karena ia adalah seorang kakak yang diandalkan oleh adiknya, ia tidak boleh ikut menunjukkan rasa takutnya dan harus bisa melindungi Sara.
Setelah beberapa detik saling memandang seperti itu, Sam mulai merasa kehilangan ketenangannya. Saat ia sudah mulai merasa putus asa, malaikat pria menakutkan itu tiba-tiba memecahkan kontak mata mereka dan mengambil beberapa langkah mundur. Wajah Sam menunjukkan sedikit rasa terkejut, sebelum ia kembali dengan wajah datarnya.
"Bagus! Sepertinya dia calon malaikat pembantu tetap di sini! Oi, semuanya! Akhirnya jumlah kita bisa genap sepuluh!" seru malaikat pria itu dengan senangnya ke malaikat-malaikat lainnya. Setelah itu, ia kembali menoleh ke Sam dan bertanya, "Siapa namamu, kecil?"
Sam berusaha keras untuk tidak menunjukkan kekesalannya dengan blak-blakan. Sambil tetap tersenyum, Sam berkata dengan penuh penekanan, "Maaf kak, tadi aku kurang jelas ya ngomongnya? Aku ulangi ya... Namaku Sam. Salam kenal."
"Sammie? Oke, ingat baik-baik, aku Scar, ketua di sini! Panggil saja aku ‘Bos’!” Scar kemudian menepuk punggung Sam tanpa mengontrol kekuatannya. Ia terbiasa menepuk punggung teman-temannya, tapi masalahnya... Sam lebih kecil dibandingkan dengan malaikat yang lainnya, dan ia belum terbiasa dengan cara mereka, sehingga Sam hampir terjungkal berkat tepukan Scar.
“Oi oi, Bos, serius?”
“Hmph! Dia berlagak kuat saja sekarang! Coba kita lihat nanti bagaimana jadinya?”
“Tapi mata Bos cukup tajam. Jangan-jangan, dia ini si kecil cabe rawit?”
Delapan malaikat lainnya langsung ribut mendengar keputusan ketua mereka. Di antara seluruh malaikat yang berkumpul di sana, hanya ada dua malaikat wanita. Meski semua malaikat di tempat ini memiliki aura yang mencekam dan ekspresi muka yang terkesan dingin, entah mengapa, Sam bisa merasakan ikatan yang mendalam berdasarkan interaksi mereka.
‘Mungkin Distrik Maut tidak seburuk yang aku pikirkan. ...Yah, berarti antara aku bisa masuk ke lingkaran ini, atau aku benar-benar keluar seperti malaikat-malaikat lainnya... berdasarkan omongan mereka, rumor bahwa banyak malaikat pembantu yang tidak tahan bekerja di sini itu ternyata benar.’