When Life Must Go On

Adrikni LR
Chapter #10

Chapter 10

Nizar mengamati sekitar, rekan-rekan kerjanya memandang jijik. Belum lagi ada beberapa pelanggan datang dan ikut mematung menyaksikan makian Mukhtar.

“Lo tenang dulu, kita bicarakan baik-baik,” ujar Nizar sembari menurunkan cengkraman tangan Mukhtar yang mulai mengendur.

Nizar merasa tak nyaman dipandangi oleh orang-orang asing. Ia tidak suka pada pandangan menghakimi dari mereka, padahal orang-orang itu tidak mengetahui seluk-beluk kehidupan Nizar. Hanya karena satu perkataan, mereka berbondong-bondong mengecap orang lain buruk. Hanya karena satu umpatan, mereka ikut mengumpat tanpa tahu permasalahan yang sebenarnya.

“Lo dapet kabar dari mana lagi, sih?” Nizar berusaha tenang setelah berhasil menggiring Mukhtar keluar.

“Bokapnya Sherin.”

“Lo percaya gitu aja?”

“Bokapnya Sherin ga mungkin bohong ke gue.”

“Tapi lo bisa aja kena tipu,” tukas Nizar sedikit kesal. Pasalnya, Mukhtar adalah orang yang juga turut andil pada awal hubungannya dengan Sherin. Karena Mukhtar jugalah mereka bisa bersatu. Dituduh tanpa bertabayun lebih dulu semacam ini tentu membuat Nizar geram.

“Tapi gue masih ragu dengan lo. Bokapnya Sherin bilang, lo yang ngehamilin dia dan gamau tanggung jawab sebagai bentuk balas dendam.” Mukhtar masih mempercayai ucapan Ayah Sherin.

“Jelas-jelas lo tau kalau beberapa bulan lalu Sherin udah lamaran. Jadi gue udah ga berhubungan sama dia. Balas dendam apa lagi coba? Gue udah ikhlas!” Nizar menarik napas panjang. Cuaca terik menambah kegerahan dari fitnahan yang entah dari mana sumbernya.

“Atau mungkin lo ngehamilin Sherin sebelum dia lamaran. Ga mungkin kalau Reza yang melakukan itu. Gue tau dia cowo baik-baik.”

Nizar tak habis pikir. Sekalipun ia sudah lama berpacaran dengan Sherin, tak pernah sekalipun ia bersetubuh. Nizar menghargai Sherin sebagai wanita pujaannya. Ia menjaga Sherin bak mutiara dalam cangkang kerang. Sementara Mukhtar justru sama sekali tak percaya dengan pernyataannya. Nizar merasa sedikit sesak.

“Gue bersumpah, bukan gue yang menghamili Sherin!” Nizar mengatakan itu dengan sungguh-sungguh.

“Tapi sekarang rencana pernikahan Sherin terancam gagal. Keluarga Reza mau batalin pernikahan itu.”

“Terserah lo mau percaya atau nggak ke gue. Yang jelas gue udah ga ada hubungannya dengan Sherin.”

Nizar melenggang pergi, tiba-tiba ia merasa lelah lagi. Baru saja ia menghirup napas lega, tetapi masalah kembali datang menghampiri. Sepanjang ia menghabiskan waktu kerja, seluruh rekan shift-nya mendiamkannya. Nizar pun letih hendak menjelaskan. Ia hanya mengatakan pada diri sendiri bahwa sebentar lagi ia bisa pulang dan tidur dengan tenang.

🍁🍁🍁

Lihat selengkapnya