"Kan udah gue bilang, gue enggak bakalan nerima cinta lo. Jadi mulai sekarang lo harus sadar dan sedikit waras." Angkasa memberikan penjelasan kepada Maya.
"Kalau gitu, kapan Baby suka sama aku?"
"Gak akan, minggir," jawab Angkasa.
Seketika hati Maya tertohok atas penolakan Angkasa, si Ketua OSIS yang ketampanannya diatas ketampanan para siswa SMA Harapan Bangsa.
Maya sepertinya tidak pernah menyerah dalam memperjuangkan cintanya kepada Angkasa yang hatinya beku. Semakin dikejar semakin jauh, sepertinya Maya masih juga belum sadar kalau caranya untuk mendekati Angkasa adalah salah.
Dengan langkah pelan ia menduduki tempat duduk kayu di bawah pohon jengkol di samping sekolah di mana ia menemui Angkasa yang memang sedang tidak ramah.
Sambil menahan air mata ia membuka ponselnya dan mengatikkan kata "cara menaklukkan cowok dingin" dan "cara bersabar ketika dizholimi cowok galak," atau "cara balas dendam kepada cowok jahat" semua ia ketikkan secara bergantian di situs pencarian tapi hasilnya nihil.
Akhirnya ia nekat mengetikkan di situs pencarian dengan kata "dukun pelet sakti " tapi akhirnya ia batalkan ia hanya termenung, mungkinkah pengharapan cintanya harus berakhir sampai di sini? Mungkinkah ia harus fokus belajar? Segala kata mungkinkah menari-nari di hatinya.
Maya membuka kotak bekal yang ia bawa roti keju isi sarden buatannya masih utuh. Ia berencana akan memberikan pada Angkasa, tapi cowok jutek itu belom apa-apa sudah marah duluan, Angkasa memang ibarat singa di Afrika. Tanpa ada kejelasan kadang-kadang dia sering marah, apa lagi kepada dirinya yang di cap pengganggu oleh Angkasa. Maya tak merasa dirinya penggangu dia hanya mencoba untuk mengungkapkan rasa cintanya pada Angkasa.
Sementara di sebelah Maya, ada seorang siswa berkacamata gagang hitam dengan minus cukup tinggi. Siswa itu tiba-tiba perutnya merasa keroncongan, maklum bundanya meninggalkannya beberapa hari di rumah sendirian karena ada keperluan penting di Jogja.
Siswa berkacamata itu sedang kelaparan karena dompetnya ketinggalan di rumah. Ingin jajan di kantin tapi tak tau dengan apa membayarnya. Jika saja boleh membayar menggunakan dedaunan tentu saja dia akan beli siomay, bakpau, mie goreng, ketupat sayur, batagor, martabak atau apalah yang mengganjal perutnya.
Karena kelaparan Siswa itu ingin kabur dari sekolah tapi kakinya berat untuk melangkah. Dia adalah typical siswa yang sangat rajin, baru satu semester di sekolah dia sudah menghadiahkan pihak sekolah berbagai macam piala dan piagam lomba matematika, fisika, dan kimia.
Rasa lapar ia tahan dengan hebat. Belom selesai masalah dengan Bang Angkasa perutnya meronta-ronta ingin diisi ditambah lagi dengan aroma roti keju isi sarden menusuk hidung mancungnya. Masalah baru kian ia dapati sejak bersekolah di sekolah favorit ini. Mulai dari nama sang ketos Angkasa yang namanya pakai embel-embel Sanjaya sama persis dengan dirinya juga pakai nama belakang Sanjaya.
Masalah baru ia dapati lagi ketika tadi Angkasa mengajaknya bertemu di bawah pohon jengkol ini. Angkasa memperingatkan dirinya agar menjauhi Aisyah teman sekelasnya yang memang cukup dekat dengan dirinya. Entah mengapa Angkasa sepertinya tidak menyukai dirinya terlalu dekat dengan Aisyah. Mungkinkan Angkasa menyukai Aisyah.
Jika memang Angkasa menyukai Aisyah tidak jadi masalah baginya. Toh Aisyah hanya temannya dalam belajar dan diskusi bagaimana supaya dapat medali olimpiade mata pelajaran yang kurang disukai siswa.
Oke satu masalah selesai, yaitu Aisyah. Sulit sekali rasanya menerima perut yang masih keroncongan, jam pulang sekolah masih 2 jam lagi.
Lantas menunggu jam pulang, ia masih di tempat duduk itu, ia membuka kacamatanya dan mengelapnya dengan baju putihnya yang tidak ia masukkan kedalam. Lelah ia rasakan memakai kacamata selama 7 jam lebih, akhirnya ia memutuskan untuk meletakkan kacamata di sampingnya.
Sembari meletakkan kacamata di sebelahnya berjarak 80 cm ia mendapati seorang siswi yang melamun tatapannya kosong karena lagi-lagi perasaan cintanya dizholimi pujaan hatinya. Siswi yang ia lihat disebelahnya tak lain adalah Maya.
"Halo... halo... kenapa melamun kak?" Tanya siswa itu.
"Eh, hai.. darling," jawabnya tersenyum sambil mengusap air matanya. Maya berpikir sejenak lalu terheran. "Angkasa? Baby? Itu dirimu? Kamu udah baik sama aku? Aku ngerti jauh dari lubuk hatimu kamu itu.."
"Mmm maaf kak," potong siswa itu sambil memakai kacamatanya kembali.
"Kak?" Maya terheran.
"Iya, kan kakak siswi kelas XI kan?"