Pada tahun 1903, di Tokyo, Jepang, seorang bayi perempuan lahir ke dunia yang keras ini. Diberi nama Nagako Kuni, ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan Kuniyoshi Kuni dan Shimazu Chikako.
Nagako, yang memiliki kecantikan dan kecerdasan di atas rata-rata, tumbuh dengan cepat, memiliki tujuan dan ambisi sendiri. Saat berusia 6 tahun, sang ayah, seorang jenderal Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, mengajarkannya ilmu bela diri, teknik berpedang, taktik berperang, serta menanamkan prinsip untuk tidak pernah menunjukkan kelemahan atau belas kasihan pada musuh.
"Dunia ini tidak membutuhkan cinta. Jangan pernah menunjukkan kelemahanmu kepada siapapun," nasihat itu tertanam kuat dalam hati Nagako kecil.
Dengan kelicikannya, pada tahun 1924 Nagako berhasil menikahi Putra Mahkota Hirohito dan dilantik sebagai Permaisuri Kekaisaran Jepang pada 1926. Dengan kekuasaan di tangannya, Nagako menjadi semakin kejam, tanpa ragu membunuh siapa pun yang menghalangi jalannya.
Namun, suatu hari, Nagako mengetahui bahwa ayahnya terlibat dalam korupsi besar-besaran demi memenuhi kebutuhannya semasa kecil. Terkejut, gadis itu terdiam tanpa kata-kata, perasaannya berkecamuk. Tanpa menentang ideologi yang selama ini diyakininya, dengan kejam dan tanpa pandang bulu, Nagako membunuh ayahnya sendiri di depan seluruh rakyat Jepang, memberi pesan bahwa pengkhianat harus mati.
Setelah peristiwa pembunuhan ayahnya, satu per satu anggota keluarga kerajaan mulai tewas akibat pembantaian yang dilakukan Nagako atas nama keadilan. Tak terkecuali ibu dan delapan saudaranya.
Suatu hari, kakak tertua Nagako, Kuni Asaakira, tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Satu-satunya orang yang ia hormati kini lenyap bak ditelan bumi. Dilanda rasa kehilangan dan amarah, Nagako memerintahkan seluruh pasukannya untuk mencari keberadaan sang kakak ke seluruh penjuru dunia, dengan perintah mutlak untuk tidak berhenti meskipun mereka harus mati kelaparan dan kehausan.
Para prajurit yang begitu ketakutan akan kekejaman Nagako, menerima perintah itu tanpa berani membantah. Mereka menyusuri setiap sudut, rela mengorbankan nyawa demi menemukan Pangeran Kuni Asaakira. Namun, satu per satu mereka tewas dalam kelaparan dan kehausan sebelum berhasil menemukannya.
Hingga akhirnya, seorang dayang yang sempat berada bersama sang pangeran muncul, memberitahukan bahwa ia melihat Kuni Asaakira memasuki sebuah pintu besi yang tiba-tiba muncul di dalam kamarnya, lalu menghilang tanpa jejak.
Suasana ketegangan dan kengerian menyelimuti istana. Nagako, dilanda rasa kehilangan dan amarah yang membara, semakin menunjukkan sisi kejinya demi menemukan sang kakak.
************
Setelah mendengar kesaksian dayang tersebut, Nagako segera beranjak menuju kamar sang kakak, mencari petunjuk apa pun yang bisa membawanya ke tempat kakaknya berada. Dengan pengikut setianya mengikutinya dari belakang, Nagako tiba di kamar sang kakak.
"Kalian tunggu di sini, jangan biarkan siapa pun memasuki ruangan ini," perintah Nagako, sebelum ia melangkah memasuki ruangan tersebut.