Suasana di ruangan semakin mencekam seiring obor yang meneranginya meredup. Nagako merasa tertekan, sementara dari balik kegelapan, puluhan makhluk berkulit hijau tampak menyeringai lebar, seolah menikmati situasi.
"Jangan senang dulu, dasar makhluk rendahan!" ujar Nagako, senyuman mengerikan menghiasi wajahnya. "Karena, kesenangan baru saja dimulai!"
"Fear!" teriaknya. Dalam sekejap, sebuah gelombang kekuatan menerjang seluruh ruangan dengan kecepatan tinggi, melewati segala yang ada di sana, membangkitkan rasa ketakutan yang belum pernah mereka rasakan.
Ya, ketakutan. Seketika, seluruh makhluk itu bergidik ketakutan, seakan melihat sosok pemimpin mereka dalam diri Nagako.
"Benar, takutlah di hadapanku!" gumam Nagako, perlahan menggesekkan pedangnya ke lantai berbatu, memercikkan kilatan api. Dengan gerakan cepat dan tajam, ia memenggal kepala makhluk yang berdiri di depannya.
Pertarungan berlangsung sengit, Nagako tak terhentikan, menjadi sosok yang paling mereka takuti. Ia bergerak bak badai, menebas dan menghancurkan segala rintangan.
Suasana ruangan semakin mencekam, seolah kegelapan itu sendiri merasakan ketakutan yang diciptakan Nagako. Di tengah hiruk-pikuk, dengan napas berat dan rasa lelah, Nagako berdiri di atas tumpukan mayat, jubahnya compang-camping, tubuhnya penuh luka akibat racun mematikan.
"Kesadaran ku.. sedikit demi sedikit mulai menghilang," gumam Nagako, tatapannya sayu. "Apa aku akan mati.. di sini?"
Ketika tubuhnya akan terjatuh, tiba-tiba, kesadarannya kembali. Dengan cepat, Nagako menggenggam tombak di sampingnya dan menancapkannya ke bahunya sendiri, menggunakan benda itu sebagai penopang.
"Berdiri!" teriak Nagako dalam diam, dan sesuatu yang tak disangkanya terjadi. Kemampuan "The King's Path" meresponnya, mengembalikan kondisi tubuhnya seperti semula.
Betapa terkejutnya Nagako, menyadari bahwa ia memiliki kekuatan untuk melakukan apa pun yang ia inginkan, hanya dengan kehendaknya.
"Kekuatan yang mengerikan. Dengan kekuatan ini, aku bisa dikatakan abadi!" gumamnya, terkejut. Bahkan pakaiannya yang compang-camping kembali seperti baru, tanpa ada goresan sedikitpun.
"Kalau begitu, yang pertama.. cahaya," ucap Nagako. Dalam sekejap, seluruh tempat itu dipenuhi cahaya bak terkena sinar matahari, membuat seluruh monster di sana terkejut.
"Sekarang, ayo kita mulai kesenangannya," ujar Nagako, dengan tatapan tajam. Ia kembali memanifestasikan pedangnya, memandang para monster seperti melihat sekumpulan serangga, lalu membantai mereka tanpa ampun.
Semakin banyak Nagako membantai makhluk-makhluk itu, semakin banyak pula yang berdatangan. Namun, setelah sekian banyak musuh yang ia kalahkan, akhirnya gelombang kedatangan mereka berhenti.
Saat Nagako sedang beristirahat, tiba-tiba Gur muncul dari balik bayangan, bertepuk tangan. "Tak kusangka Anda masih hidup, sesuai yang diharapkan dari yang Mulia," ucapnya dengan senyum mengerikan.