Dentuman pedang dan suara benturan keras bergema di seluruh penjuru lantai pertama yang gelap gulita.
"Huff.. huff.. bagaimana cara aku untuk melukai makhluk itu, kulitnya benar-benar keras!" Nagako bergumam putus asa, terus berlari menghindari serangan membabi buta Unholy Gur.
Namun, usahanya kembali digagalkan ketika Unholy Gur secara tiba-tiba berhasil menghempaskan tubuh Nagako, menghantamnya ke dinding area itu.
Makhluk itu tersenyum menyeringai, menyaksikan Nagako terkapar dengan lengan patah dan darah mengalir dari kepalanya.
"Morere tu!!" Unholy Gur menjerit, melesatkan pukulan terkuatnya ke arah Nagako.
Tiba-tiba, sebuah gelombang air entah dari mana menghantam tubuh Unholy Gur dengan keras, membuatnya kehilangan keseimbangan.
"Sekarang!" teriak Nagako. Dengan cepat, ia mengembalikan kondisi tubuhnya, lalu melesat menggunakan tangan Gur sebagai pijakan, menyerang mata makhluk itu hingga membuatnya mengaum kesakitan. Keduanya pun tersapu arus, hanyut bersama.
Suasana di lantai pertama itu dipenuhi oleh ketegangan yang mencekam. Nagako berjuang mati-matian, mencoba menemukan kelemahan Unholy Gur yang jauh lebih kuat darinya. Ketika harapan hampir hilang, datang sebuah kesempatan yang membuka jalan baginya.
Dengan determinasi yang membara, Nagako memanfaatkan peluang itu, menyerang titik vital Unholy Gur. Pertarungan sengit itu terus berlangsung, memenuhi ruangan dengan suara benturan dan jeritan kesakitan.
************
Beberapa jam telah berlalu sejak pertarungan sengit itu. Nagako, yang tak sadarkan diri, perlahan-lahan mulai membuka matanya.
Gadis itu terbangun di samping tubuh Unholy Gur yang sudah tak bernyawa, mengambang di air. Tubuhnya penuh lebam akibat benturan-benturan yang ia alami sebelum pingsan.
Dengan susah payah, Nagako berusaha berenang ke tepian, mencoba beristirahat sejenak. Sambil memperhatikan sekitarnya, ia bergumam, "Sepertinya kami terjatuh ke dalam sini dari atas sana."
Nagako melirik ke atas, melihat kegelapan gulita yang ditemani suara air mengalir bagai air terjun. "Apa kakakku juga berada di tempat ini?" Ia bertanya-tanya, khawatir akan keselamatan sang kakak.
"Melihat betapa intensnya serangan yang aku terima sejak datang kemari, aku tak yakin kalau dia masih hidup. Tapi, aku tetap berharap dia masih hidup," ucap Nagako, menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
Gadis itu ingin merasakan rasa sakit itu, agar ia terbiasa. Bahkan jika ia bisa menyembuhkan seluruh lukanya menggunakan "The King's Path" dalam sekejap, ia memilih untuk membiarkannya.