Hujan deras masih setia mengguyur kota Seoul. Sejak tadi sore, hingga malam ini, hujan sama sekali tidak menunjukkan tanda akan berhenti. Daniel Alexander baru saja tiba di bandara Incheon Korea Selatan, setelah mengalami perjalan cukup panjang dari Amerika Serikat menuju kota Seoul. Pukul sudah menunjukkan jam 11.55 P.M. sudah hampir tengah malam.
Ya. Daniel baru saja menyelesaikan pertemuannya dengan salah satu kolega yang menanam saham di perusahaan miliknya. Seharusnya Daniel mendapatkan jam keberangkatan kembali ke Seoul lebih awal, namun karena suatu kendala yang terjadi pada salah satu rekan kerjanya, maka jam kepulangan Daniel di undur dari yang sudah di rencanakan.
“ Ya Tuhan? Kenapa hujannya tidak berhenti? Cuaca dingin sekali?” Park Hyunjin, Manager sekaligus sahabat Daniel itu terus menggerutu karena hujan yang sedari tadi sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Daniel yang mendengar ocehan Hyunjin itu hanya tersenyum. Memang, sekarang sudah memasuki bulan Desember. Sudah musim dingin. Tidak sedikit dari teman-teman Daniel yang selalu mengeluh dengan cuaca kota Seoul. Bahkan ada beberapa dari mereka yang belum terbiasa dengan cuaca kota Seoul, karena memang sebagian pegawai, staff, dan rekan kerja yang bekerja di perusahaan Daniel adalah orang asing. Yang rata-rata mereka berasal dari Negara yang hanya memiliki dua musim.
Daniel Alexander. Laki-laki blasteran Indonesia-Inggis. Ibunya adalah orang Indonesia, sedangkan ayahnya orang Inggris. Ayah Daniel adalah seorang CEO sebuah perusahaan terkenal dan sukses yang bergerak di bidang Industri. Perusahaan tersebut sekarang sudah memiliki cabang yang berada di beberapa Negara, salah satunya di Seoul, Korea Selatan. Daniel adalah anak kedua dari tiga bersaudara.
Kakak Daniel bernama Jason Alexander. Umur Jason tiga tahun lebih tua dari Daniel. Jason dan Daniel memiliki kemiripan, bukan dari segi wajah, namun dari segi kepribadian. Mereka sama-sama di kenal sebagai orang yang ramah pada semua orang. Sifat keduanya yang demikian yang membuat semua orang nyaman sekaligus betah berada di sisi mereka. Tapi mereka berdua juga sama sama memiliki sikap yang tegas. Bukan tegas dalam artian keras seperti kebanyakan pemimpin pada umumnya. Tapi sikap tegas Jason dan Daniel akan lebih mengarah pada sifat tegas yang bertanggung jawab.
Jason dan Daniel sama-sama menyukai bisnis. Ayah mereka tidak pernah menuntut mereka untuk mengambil dunia perbisnisan sejak mereka usia dini. Bahkan ayah mereka memberi kebebasan pada mereka berdua untuk memilih jalan yang mereka mau. Namun, seperti kata pepatah. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Itulah yang terjadi pada Jason dan Daniel. Mereka mulai menyukai dunia bisnis sejak masing masing dari mereka berumur lima belas tahun.
Setelah lulus kuliah jurusan bisnis, Jason di tugaskan untuk bekerja di salah satu perusahaan ayahnya sebagai seorang direktur, jabatan yang masih berada di bawah ayahnya yang seorang CEO. Namun setelah melewati masa lima tahun, Jason di percaya untuk menjadi CEO salah satu cabang perusahaan ayahnya yang ada di Amerika.
Berbeda dengan Jason, Daniel mulai di serahi tugas sebagai CEO setelah menjalani masa sebagai direktur selama dua tahun. Bukan karena Jason tidak pintar, namun karena Jason sendiri masih belum terlalu siap untuk mengemban tugas yang begitu berat sebagai seorang CEO saat itu.
Jika Jason di Amerika, maka Daniel menjadi CEO di cabang perusahaan ayahnya di Seoul. Bisa di bilang, cabang yang ada di Seoul ini adalah cabang pertama yang di dirikan setelah perusahaan pusat yang berada di Indonesia.
Anna Alexander. Terpaut Usia sembilan tahun lebih muda dari Jason, dan lima tahun lebih muda dari Daniel. Jika Jason dan Daniel memiliki sifat yang tegas dan ramah, malah berbalik dengan Anna yang memiliki sifat yang lemah lembut dan juga sangat penurut seperti ibunya. Anak perempuan satu-satunya dari pasangan Chyntia Alexander dan Jonathan Alexander ini memang di kenal sebagai gadis yang pendiam. Sikapnya yang sangat lembut, sopan dan juga ramah pada semua orang, membuat Anna memiliki banyak teman-teman yang selalu berada di sisinya.
Jika Jason dan Daniel menyukai dunia bisnis, lain halnya dengan Anna. Gadis dua puluh dua tahun itu menyukai dunia kedokteran. Sejak kecil, Anna selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau kedokteran. Bahkan setiap ayah Anna membelikan mainan, Anna selalu minta untuk di belikan mainan seperti sebuah stetoskop, suntik, botol-botol obat dan yang lain sebagainya. Alasan lain Anna ingin menjadi dokter karena dirinya ingin sekali menolong banyak orang. Anna memang bukan Tuhan, yang bisa memutuskan kehendak dan takdir manusia, tapi Anna selalu yakin, jika Tuhan akan selalu bersama Anna untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongannya, untuk menyelamatkan nyawa seseorang melalui perantara dirinya. Kini Anna sudah menuntaskan pendidikan S1-nya, dan akan berlanjut ke jenjang S2 untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang dokter.
“ Daniel, kau tidak kedinginan?” Tanya Hyunjin pada Daniel yang tidak memakai mantel untuk menghangatkan dirinya.
Daniel menoleh kearah Hyunjin, “ Tidak. Aku sudah terbiasa dengan cuaca seperti ini. Bahkan sebenarnya aku sekarang merasa sangat gerah.” Jawab Daniel sambil tersenyum
“ Kau ini aneh sekali. Kita semua kedinginan, kau malah gerah.” Cibir Hyunjini. Daniel hanya tersenyum mendengar cibiran Hyunjin.
Daniel dan para Staff kantor beriringan berjalan menuju pintu keluar bandara. Suasana bandara sudah sepi. Mungkin hanya terlihat beberapa orang saja di dalamnya. Memang tidak banyak yang akan ke bandara jika sudah malam seperti ini. Siapa yang ingin mengambil jadwal penerbangan tengah malam.
Saat mereka sudah sampai di luar bandara, mereka berjalan kearah salah satu tempat untuk menunggu mobil perusahaan yang akan menjemput mereka. Lima belas menit menunggu, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa mobil yang akan mengantar mereka akan datang. Namun tak di sangka, hujan yang tadinya deras akhirnya bisa reda, meskipun masih rintik-rintik
“ Ahhh.. Akhirnya reda juga.” Gerutu Choi Hyejung terlebih pada dirinya sendiri
Daniel menatap kearah Hyejung, yang notabene-nya adalah sekretaris Daniel, “ Apa jadwalku besok?” tanya Daniel.
“ Jadwal anda besok?” Hyejung mulai membuka sebuah buku cacatan yang di genggamnya dan membuka lembar demi lembar mencari catatan jadwal CEO-nya, “ Tidak ada jadwal penting, hanya meeting dengan beberapa client dari luar kota.” Jelas Hyejung pada Daniel.
Daniel menganggukkan kepalanya tanda mengerti lalu beralih kembali fokus menatap ponselnya. Saat mereka sedang sibuk masing-masing, tiba-tiba saja sebuah mobil sport Ferrari California berwarna putih berhenti di hadapan mereka, dan tak berselang lama di susul sebuah mobil sport Ferrari 558 Spider berhenti di belakang mobil Ferrari California. Kedua mobil itu mengeluarkan bunyi decitan ban mobil yang bergesekan degan jalan raya saat sang pengendara menginjak rem. Sesaat atap kedua mobil terbuka dan menampikan sosok ketiga wanita yang masing-masing ada di balik kursi pengemudi, dan satunya lagi ada di balik kursi penumpang.
Wanita pengendara Ferrari California turun dari mobilnya dan mengeluarkan sebuah ponsel. Lalu menekan beberapa nomor digit telephon yang di ingatnya, lalu menempelkan ponsel ketelinga.
“ Halo? Kau di mana? Sudah sampai? Baiklah. Kami sudah ada di luar bandara? Apa? Masih ada sedikit urusan? Ohh Baiklah. Kami akan menunggu.” Sambungan telephon di putus. Wanita itu tidak kembali ke dalam mobilnya, melainkan memilih untuk menyenderkan badannya di pintu kemudi.
Sedangkan dua wanita pengendara mobil Ferrari 558 Spider, memilih untuk tetap berada di mobil mereka sambil memainkan ponsel mereka juga.
“ Nuna, mereka siapa?” bisik salah satu staff pada Hyejung yang berdiri di sampinya.
Hyejung yang tersadar langsung menoleh kearah staff itu, dan memandangnya dengan pandangan bertanya. Seakan tahu maksud Hyejung, staff itu langsung menunjuk kearah depannya. Hyejung mengikuti arah tunjuk staff itu. “ Siapa mereka?” tanya staff itu sekali lagi.
“ Aku tidak tahu.” Hyejung hanya mengendikkan bahunya tanda bahwa dirinya memang tidak tahu siapa ketiga wanita itu, lalu kembali memfokuskan pandangannya ke buku catatan yang di bawanya.
Daniel mengalihkan pandangan saat mendengar beberapa staff kantornya berbisik-bisik di sebelahnya. Rasa penasaran Daniel muncul saat melihat salah satu staff menunjuk kearah depan mereka. Sontak Daniel langsung mengikuti arah pandang tunjukan staff itu. Daniel mengernyitkan dahinya, satu orang wanita sedang berdiri di hadapan Daniel, lebih tepatnya berdiri di depan Daniel dan staff kantor sambil bersandar pada badan mobil. Dan dua orang lainnya yang di lihat Daniel sedang duduk tenang di dalam mobil sambil sesekali memainkan ponsel mereka masing-masing.
Ini sudah malam bukan, pikir Daniel. Lalu kenapa ada tiga orang perempuan di bandara malam-malam begini? Tampilan mereka cukup casual. Hanya memakai celan panjang jeans dan hoodie yang terlihat besar di tubuh mereka. Salah satu dari mereka memakai topi. Apa mereka sedang menunggu seseorang di bandara?
Daniel mengalihkan atensinya memandang ke sekeliling. Matanya sedikit menyipit saat menagkap sebuah penglihatan di ujung jalan tak jauh dari lokasi bandara. Tidak ada lampu terang yang bisa menyinari sebuah objek yang sedang Daniel lihat sekarang. Yang bisa Daniel ketahui, hanya sebuah mobil mini van berwarna hitam, dengan beberapa orang berbadan tegap yang berdiri di samping mobil. Pakaian mereka juga serba hitam. Bisa Daniel lihat, jika orang-orang itu tengah memperhatikan ketiga orang wanita yang sedang berdiri di hadapan Daniel sekarang. mereka terlihat seperti Bodyguard. Namun tugas Bodyguard seharusnya melindungi bukan, Tapi kenapa mereka harus berdiri berjauhan dengan ketiga wanita itu?
“ Apa yang sedang kau lihat?” Choi Solbin menepuk pundak Daniel perlahan.
Daniel mengerjab kaget , “ Apa?” tanya Daniel kebingungan.
Solbin mendengus kesal, “ Kau sedang apa? Apa yang sedang kau lihat?” tanyanya sekali lagi.
Daniel mengalihkan pandangannya pada Solbin, “ Lihatlah kesana.” tunjuk Daniel kearah yang di maksud.
“ Ada apa di sana?” Solbin mengikuti arah tunjuk Daniel, sesaat Solbin mengerutkan keningnya “Siapa mereka?” lanjutnya bertanya pada Daniel.
Daniel hanya mengendikkan bahunya, “ Aku juga tidak tahu. Namun mereka terlihat seperti Bodyguard. Mungkin mereka melindungi ketiga wanita itu. Tapi anehnya, jika melindungi kenapa mereka harus berdiri berjauhan?”
“ Apa mungkin mereka itu -?” belum sempat Daniel melanjutkan kata-katanya, sebuah teriakan mengagetkan Daniel dan Staff yang sedari tadi mengobrol dan tidak melihat keadaan sekitar.
Kini, Daniel, staff kantor, dan juga Bodyguard mereka di kejutkan dengan pemandangan yang tidak ingin mereka lihat sama sekali. Seorang pria, menggunakan topi dan juga masker sedang menodongkan pisau keleher salah satu ketiga wanita itu. Ya. Wanita yang mengendarai Ferrari California. Karena wanita itu yang sedari tadi ada di luar mobil. Dan memudahkan sang pria bertopi untuk menodongkan senjatanya. Kedua wanita yang sedari tadi berada di mobil langsung terlonjak kaget saat teman mereka sedang dalam bahaya. Bahkan mereka keluar dari mobil tidak dengan membuka pintu, melainkan langsung melompat keluar.
Daniel dan seluruh staff kantor panik, bahkan kedua wanita yang notabene adalah teman dari wanita yang di sandera juga panik. mereka tidak tahu harus berbuat apa. Mereka takut. Daniel bisa melihat kedua wanita yang tidak di sandera itu mencoba untuk mencari sesuatu di dalam mobil mereka, entah apa yang mereka cari. Namun Daniel yakin, kedua wanita itu berusaha untuk mendapatkan sesuatu untuk menyelamatkan teman mereka. Namun naas, kedua wanita itu tidak bisa menemukan apapun di dalam mobil yang mereka tumpangi.
“ Sial… kenapa tidak ada?”
Daniel bisa mendengar salah satu wanita, yang memakai topi itu mengumpat menyadari dirinya tidak bisa menemukan sesuatu di dalam mobilnya.
“ Jangan bergerak.” Pria itu berteriak kearah kedua wanita yang sekarang berusaha untuk mengampiri temannya. Teriakan itu juga membuat Daniel dan yang lainnya ikut berhenti saat mereka ingin pergi meninggalkan tempat itu secara diam-diam.
“ Kalian bergerak sedikit saja, aku akan menggorok leher wanita ini.” Pria itu mengedarkan pisau yang di pegangnya kearah kedua wanita dan semua orang yang ada di sekitarnya.
Daniel dan yang lainnya tidak ada sangkut pautnya dengan aksi percobaan pembunuhan yang ada di hadapan mereka sekarang. mereka tidak ikut terlibat. Tapi karena mereka sekarang ada di sini, di bandara di mana kejadian ini berlangsung, mau tidak mau mereka harus menurut saja. Daripada salah satu nyawa melayang karena mereka mencoba kabur.