“ Kau akan pergi?” tanya Kimmy saat memasuki ruang kerja Lyra.
Lyra mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas yang sedang di bereskannya lalu menatap Kimmy, “ Iya aku akan pergi sebentar. Tidak akan lama.” Kata Lyra
“ Pergi kemana?”
Lyra berjalan kearah rak lalu meletakkan beberapa berkas disana, “ Bersama temanku. Mengambil kalungku. Kejadian yang kuceritakan padamu tempo hari.”
Kimmy menganggukan kepalanya, “ Laki-laki bernama Daniel itu yaa? CEO itu?”
Lyra hanya mengangguk sebagai jawaban. Tidak berniat menjawab lebih jauh, karena Lyra tahu, Kimmy akan terus saja menghujaninya dengan berbagai pertanyaan yang tidak berguna jika dirinya menjawab pertanyaan Kimmy.
“ Bagaimana perkembangannya?” kini gilirang Lyra yang bertanya.
Dahi Kimmy berkerut samar, “ Siapa?”
“ Orang yang kau ceritakan waktu itu padaku. Bagaimana perkembangannya? Sudah mendapatkan informasi lebih tentang dia?”
Kimmy menggelengkan kepalanya putus asa, “ Belum. Susah sekali mencari informasi tentang dirinya.” Kata Kimmy mendengus sebal.
Lyra tersenyum singkat mendengar jawaban Kimmy, “ Kenapa tidak seperti biasanya saja? Meminta bantuan seorang hacker untuk meretas semua datanya.”
“ Tidak.. tidak..” Kimmy menggeleng gelengkan kepalanya, “ Aku tidak ingin berurusan dengan yang namanya Hacker.” Jawab Kimmy tegas
Lyra mengalihkan pandangannya pada tumpukan berkas yang di susunnya di rak, lalu memandang Kimmy dengan pandangan bertanya, “ Kenapa?”
“ Mereka menyeramkan.” Kimmy mengelus-ngelus kedua lengannya kemudian bergidik ngeri.
Lyra tertawa keras mendengar jawaban Kimmy, “ Kau ini ada-ada saja.”
Kimmy hanya mengendikkan bahunya acuh. Dirinya memang tidak ingin berurusan dengan seorang Hacker. Bagi Kimmy, Hacker itu memang sangat menyeramkan.
“ Eohh.. Bagaimana kalau kau coba minta bantuan pada Hyera-eonnie.. kurasa dia akan membantumu. Jangan bergerak sendiri.”
“ Hyera-eonni sangat sibuk akhir-akhir ini. dia juga sedang mengumpulkan banyak informasi.”
“ Informasi apa? Yang aku tahu Hyera-eonni sedang tidak menangani kasus untuk saat ini.”
“ Memang bukan kasusnya, tapi kasusmu.”
Perkataan Kimmy membuat Lyra menghentikan aktifitasnya, “ Kasusku yang mana maksudmu?”
Kimmy menghembuskan nafasnya kasar, ingin sekali dia menceritakan semua yang Hyera lakukan selama ini untuk menebus kesalahannya pada Lyra tempo hari saat Hyera meminta Lyra untuk menghentikan kasus lima tahun lalu itu. Memang awalnya Lyra marah pada Hyera, bahkan sepanjang perjalanan pulang dari kedai Lyra sama sekali tidak mengeluarkan sepatah katapun. Namun, Lyra tetaplah Lyra yang sangat baik di mata sahabat-sahabatnya. Dirinya tidak marah terlalu lama, bahkan hubungannya dengan Hyera terbilang sangat baik sampai sekarang. Tapi sejak saat itu, Hyera jadi merasa semakin bersalah atas ucapannya. Dan akhirnya, Hyera memutuskan untuk melibatkan dirinya dalam kasus Lyra lima tahun lalu itu. Tidak di pikirkannya bahaya apa yang akan mengancam Hyera saat di putuskan dirinya untuk masuk kedalam masalah Lyra. Bagaimanapun Lyra adalah sahabatnya. Bahkan Lyra sudah di anggap keluarga oleh Hyera.
“ Kasusmu lima tahun lalu itu-“ Kimmy menggantung kalimatnya, “-Hyera eonni ingin ikut membereskan kasusmu itu.” akhirnya kata-kata itu meluncur dari bibir Kimmy. Sebenarnya Hyera melarang Kimmy untuk memberi tahu Lyra, karena Lyra sama sekali tidak ingin sahabat-sahabatnya terlibat dengan kasus yang sudah mengantui Lyra itu sepanjang hidupnya saat ini.
Lyra menatap Kimmy tajam. Dan sahabatnya itu hanya mampu menundukkan kepalanya, benar-benar takut jika tiba-tiba kemarahan Lyra akan meledak. Tubuh Kimmy semakin bergetar ketika dirasanya suasana di ruangan Lyra semakin mencekam. Namun tidak ada tanda tanda bahwa Lyra akan meluapkan semua kemarahannya, Lyra justru terdiam. Hal itu juga membuat Kimmy heran.
“ Suruh Hyera eonni menemuiku besok setelah jam makan siang. Aku pergi dulu.” Kata Lyra tajam sambil mengambil sling bag miliknya lalu pergi meninggalkan Kimmy sendirian diruang kerjanya.
Kimmy hanya mengangguk. Dan tentunya dirinya harus siap menerima kemarahan dari Lyra nanti, sekaligus kemarahan dari Hyera. Untuk saat ini, Kimmy benar-benar merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menjaga rahasia.
***
“ Hei, sudah lama menunggu?”
Daniel yang sedang melihat-melihat jajaran jam yang di pajang di etalase langsung berbalik menghadap seseorang yang menepuk pundaknya. Senyum Daniel terukir saat dilihatnya bahwa gadis itu adalah Lyra.
“ Tidak juga.” Kata Daniel sambil menggeleng.
Lyra tersenyum tipis, “ Jadi, kita ambil sekarang?”
“ Tentu saja. Ikut aku. Kearah sana.”
Lyra mengangguk dan mengikuti arah kepergian Daniel. Mereka berjalan berdampingan. Sesekali Daniel mencuri pandangan kearah Lyra. Dilihatnya gadis itu sedang sibuk mengalihkan pandangannya ke kanan dan ke kiri melihat beberapa store di Mall itu.
“ Kenapa terus melihatku?” tanya Lyra dengan tiba-tiba yang membuat Daniel terkejut, tapi matanya tetap tidak melihat Daniel.
Sadar bahwa Lyra sudah menangkap basah dirinya, Daniel segera mencari alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan gadis itu, “ Emmm, tidak apa-apa. Hanya saja sepertinya kau menikmati berada di sini.” Jawab Daniel sambil tersenyum kikuk. Daniel mengumpat dalam hati, alasan macam apa itu. Sungguh. Itu adalah alasan yang sangat klise. Kenapa Daniel tiba-tiba terlhat bodoh begini.
Lyra menoleh kearah Daniel lalu tersenyum singkat. “ Aku jarang sekali pergi ke Mall. Aneh sekali yaa jika aku melihat-melihat seperti tadi?”
Daniel tentu saja terkejut dengan pengakuan Lyra, dengan cepat dirinya menggelengkan kepalanya. “ Tentu saja tidak.”
Lyra menganggukkan kepalanya atas jawaban Daniel lalu kembali melihat-lihat beberap store menarik yang ada di dalam Mall.
Entah apa yang ada di pikiran Daniel saat ini, dirinya sama sekali tidak merasa risih berada di dekat seorang gadis seperti biasanya. Sekali lagi, Daniel melihat sekilas kearah Lyra yang berada di sampingnya. Tidak lama. hanya terhitung lima detik sebelum Daniel kembali mengalihkan pandangannya. Ada sesuatu hal yang aneh saat Daniel bersama Lyra. Ada sebuah getaran di dalam hatinya saat bersama gadis itu. Sama seperti yang terjadi kemarin saat Daniel menemui Lyra di luar perusahaannya.
Jujur saja, sebenarnya untuk saat itu, Daniel sama sekali tidak memiliki alasan yang kuat kenapa dia tiba-tiba berlari keluar perusahaan dan menghampiri Lyra. Daniel hanya merasakan ada sebuah dorongan keras dari dalam dirinya untuk pergi menemui gadis itu. Bahkan Daniel sama sekali tidak terpikirkan soal kalung Lyra yang dia temukan. Semua kejadian saat itu memang murni dari dalam dirinya yang seperti memberontak agar Daniel berlari menemui Lyra.
Daniel tidak pernah seperti ini sebelumnya. Bisa di katakan, Daniel adalah definisi dari laki-laki yang sangat sempurna untuk sebagian kaum wanita, mulai dari kalangan remaja hingga yang sudah berumur pun pasti akan mengatakan kalau Daniel seperti jelmaan seorang malaikat tak bersayap yang sangan tampan. Tidak jarang juga sebenarnya banyak sekali gadis-gadis yang selalu mencoba mendekatinya, mulai dari teman sekolahnya dulu, teman kuliah, bahkan sampai teman kantornya yang notabene adalah pegawainya sendiri. Tapi Daniel sama sekali tidak tertarik dengan mereka.
Definisi lain dari seorang Daniel Alexander adalah es batu yang kokoh. Daniel memang ramah, bahkan juga lembut, dia tidak pernah menolak gadis yang mencoba untuk mendekatinya dengan sebuah makian atau teriakan. Dirinya selalu menolak secara halus, dengan berbagai alasan bahwa dirinya masih ingin focus untuk perusahaannya dan dia masih belum memikirkan untuk menjalin hubungan. Ada beberapa yang bisa menerima alasan Daniel itu, namun ada juga yang tidak terima dan memilih untuk memaki Daniel dan mengatakan bahwa Daniel sok jual mahal.
Tapi makian itu sama sekali tidak membuat Daniel dendam. Dirinya hanya terkadang tersenyum tipis saat ada yang mengatainya seperti itu. Daniel memang dikenal dengan sifat yang selalu halus jika bersama wanita. Sebisa mungkin Daniel tidak pernah terpancing emosinya jika bersama wanita. Karena ibu Daniel selalu berkata padanya, Ingatlah pada Ibu jika kamu ingin menyakiti wanita, Bayangkan jika Ibu yang ada di posisi wanita itu. Itu adalah kata-kata yang selalu Daniel ingat sampai sekarang. Daniel benar-benar menghargai seorang wanita.
“ Kita sudah sampai.” Daniel menghentikan langkahnya tepat di sebuah store yang menjual kalung dan perhiasan lainnya. Tanpa sadar, Daniel menggenggam pergelangan tangan Lyra lalu menarik gadis itu dengan lembut memasuki store.
Lyra tentu saja terkejut dengan perlakuan Daniel barusan, tapi anehnya Lyra sama sekali tidak menolak untuk menepis tangan besar Daniel yang menggenggam pergelangan tangan Lyra. Padahal Lyra adalah tipe orang yang tidak suka di sentuh sembarangan oleh seorang laki-laki. Apalagi laki-laki itu adalah orang asing yang baru saja di temuinya. Ada sedikit perasaan hangat yang menjalar di dalam diri Lyra merakan genggaman tangan Daniel. Entahlah, Lyra tidak bisa mendefinisikannya, hanya saja genggaman itu terasa nyaman untuknya.