Sudah dua hari ini, Solbin melihat tingkah aneh Daniel. Sahabatnya itu sering kali melamun dan murung. Bila di tanya pun, Daniel selalu bilang bahwa dirinya baik-baik saja. Namun tetap saja ada yang mengganjal bagi Solbin. Jika biasanya Daniel selalu cekatan dalam bekerja, kali ini tidak. Pekerjaan di mejanya dan berkas-berkas yang harus di tanda tanganinya menumpuk seakan tidak di sentuh sama sekali.
Bahkan, jika selama meeting dengan client Daniel selalu bisa memberikan presentasi dengan baik dan memuaskan, serta membereskan semuanya, kali ini tidak. Daniel hampir setiap slide selalu membuat kesalahan, entah itu dalam perkataan, atau materi yang tertukar-tukar dengan slide lain.
Solbin sudah mencoba untuk bertanya pada Hyunjin, tapi Hyunjin juga sama sekali tidak tahu kenapa Daniel bisa bersikap seperti itu. Jika ada masalah, Daniel selalu bercerita dengan Solbin maupun Hyunjin, namun kali ini tidak. Daniel seakan menyembunyikan masalahnya sendiri. Dan Daniel bukan tipe orang yang seperti itu.
“ Apa Daniel sudah datang?” tanya Solbin pada bagian front office kantor.
Wanita yang di ketahui namanya adalah Soojin itu hanya menggelang pelan, “ Belum. Pak Daniel belum terlihat dari tadi. Padahal dia tidak pernah terlambat seperti ini.”
Solbin mendengus kasar, kalau sudah seperti ini mau tidak mau Solbin harus bertindak. Daniel tidak boleh egois. Bagaimanapun Daniel mempunyai masalah, dirinya harus bisa bersikap professional saat bekerja.
“ Ya sudah terima kasih.”
Solbin berjalan meninggalkan front office, dan menuju ruangan Daniel. Di bukanya kenop pintu rungan Daniel, lalu di tutupnya kembali saat Solbin sudah ada di dalam. Sudah sangat biasa jika melihat Solbin maupun Hyunjin selalu keluar masuk ruangan Daniel, mengingat Solbin dan Hyunjin adalah sahabat dekat Daniel.
Solbin memilih untuk duduk di sofa panjang sambil menunggu Daniel datang. Tidak ada yang berubah dari ruangan itu. Semuanya masih tetap sama. Meskipun Solbin sering keluar masuk ruangan Daniel untuk memberikan data-data kantor, namun baru kali ini Solbin memperhatikan dengan seksama isi ruangan Daniel. Solbin mengalihkan pandangannya menatap pada sebuah foto yang terbingkai dengan sangat indah yang tergantung di tembok belakang meja kerja Daniel.
Foto dirinya, Hyunjin, dan juga Daniel. Solbin tersenyum memandangi foto itu. Solbin ingat, foto itu diambil saat ketiganya sedang menghabiskan waktu liburan di pulau Jeju. Saat itu, sedang musim semi, sekitar dua tahun yang lalu. Solbin sangat bersyukur, bisa memiliki sahabat seperti Daniel dan Hyunjin. Mereka sudah Solbin anggap sebagai adik laki-laki Solbin. Meskipun umur Solbin lebih tua dari Daniel dan Hyunjin, namun kedua sahabatnya itu yang lebih sering melindungi Solbin.
Solbin mengalihkan pandangan kearah meja kerja Daniel. Matanya menyipit. Ada sebuah paper bag warna merah hati yang terletak disana. Solbin bangkit dari duduknya dan berjalan kearah meja kerja Daniel. Dilihatnya paper bag itu dengan seksama. Apa milik Daniel? Batin Solbin. Tapi setau Solbin Daniel bukan tipe orang yang ceroboh meninggalkan barang miliknya di kantor.
Solbin meraih paper bag itu dan melihat apa isinya. Sebuah kotak beludru berwarna merah, dengan sebuah sticky note bertuliskan “Nona Lyra” di atasnya. Kening Solbin mengernyit, sepertinya Solbin tidak asing dengan nama itu. di bukanya kotak beludru itu, namun Solbin tidak mendapati apa-apa di dalamnya. Aneh sekali, hanya sebuah kotak yang tidak berisi.
Suara pintu terbuka membuat Solbin mengalihkan pandangannya, namun kotak beludru itu masih berada di genggamannya.
“ Daniel?” sapa Solbin.
Daniel yang sudah menutup pintu ruangannya menoleh kearah Solbin, “ Ohh.. Nuna, sedang apa disini?” kata Daniel sambil berjalan melewati Solbin.
Daniel sama sekali tidak menyadari bahwa Solbin tengah menggenggam kotak beludru miliknya, entah apa yang ada di pikiran Daniel, Solbin melihat raut wajah Daniel semakin muram saja dari hari ke hari. Apa Daniel benar-benar ada masalah? Tapi kenapa dirinya tidak bercerita pada Solbin dan Hyunjin?
“ Kenapa kau datang terlambat?” tanya Solbin hati-hati.
Daniel menyampirkan jas yang di pakainya ke punggung kursi kerjanya, lalu mulai duduk dan mengambil beberapa berkas yang harus di ceknya hari ini “ Aku bangun kesiangan.” Jawab Daniel asal.
“ Tidak seperti biasanya kau bangun kesiangan.” Solbin menggantung ucapannya, “ Ada apa Daniel? Katakan apa yang terjadi padamu.”
Daniel sama sekali tidak menggubris kata-kata Solbin, dirinya bahkan semakin larut dalam dunianya sendiri mengecek berkas kantor yang sudah menumpuk selama dua hari tanpa di sentuhnya.
Solbin mendengus, melihat reaksi Daniel yang acuh dengan kehadirannya, “ Aku tahu kau mendengarku Daniel, jika kau tidak berbicara, aku tidak akan segan-segan mengobrak abrik ruangan kerjamu ini. Dan kau tahu. aku tidak pernah main-main dengan ucapanku.” Ancam Solbin
Daniel menghembuskan nafasnya kasar, lalu mengusap wajahnya, “ Apa yang harus aku lakukan Nuna, aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa begini.” Daniel terdengar putus asa saat mengucapkan kalimat itu.