Daniel mengikuti saran Solbin tempo hari untuk pergi menemui Lyra dan meminta maaf. Awalnya Daniel ingin sekali saat hari itu juga, dimana Solbin memberinya saran dirinya langsung menemui Lyra, namun apa daya, pekerjaan Daniel yang terbengkalai mengharuskannya untuk bersabar. Apalagi Daniel juga harus mengatur ulang jadwal meeting dengan client yang sempat di kacaukannya. Untung semuanya berjalan dengan lancar.
Daniel memutuskan setelah pulang kantor hari ini dirinya harus langsung pergi menemui Lyra. Dan disinilah Daniel sekarang. Sedang berdiri di sebuah gedung perusahaan yang cukup besar, meskipun tidak sebesar perusahaan milik Daniel. Beberapa hari berusaha untuk mencaritahu informasi tentang Lyra, seperti dimana tempat dia bekerja dan tempat tinggalnya. Ataupun tempat yang sering Lyra kunjungi. Hingga akhirnya, Daniel bisa mengetahui dimana gadis itu bekerja.
Daniel heran, sambil terus menatap bangunan itu. Daniel tidak pernah kesini sebelumnya, bahkan Daniel sendiri tidak pernah sadar kalau ada sebuah perusahaan yang berdiri di daerah ini. Informasi yang di dapatkan Daniel sebenarnya juga tidak lengkap. Daniel sama sekali tidak tahu perusahaan tempat Lyra bekerja ini bergerak di bidang apa.
Daniel mulai melangkahkan kakinya berjalan menuju pintu masuk perusahaan itu. Hal pertama yang Daniel lihat tentu saja, beberap karyawan yang berlalu lalang. Dan juga tatapan tatapan yang sering Daniel dapatkan dari beberapa wanita. Tatapan kekaguman untuk Daniel.
Daniel terus berjalan, sambil sesekali mengulaskan senyum pada orang-orang yang juga lewat di hadapannya. Hingga akhirnya, Daniel berhenti di sebuah meja front office.
“ Selamat sore.” Sapa Daniel ramah.
Wanita yang berdiri di balik meja front office itupun mendongak saat mendengar sapaan Daniel. “ Ya? Ada yang bisa saya bantu?” tanya wanita itu ramah.
Daniel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, jelas sekali bahwa dirinya sedang gugup sekarang, “ Emm.. aku ingin bertemu dengan seseorang bernama Lyra, apa dia ada?”
“ Nona Rose?”
Daniel mengerutkan dahinya. Sepertinya tadi Daniel menyebut nama Lyra pada front office itu, tapi kenapa dia malah menyebut nama Rose? Apa yang di maksud wanita yang berdiri di hadapannya ini? apa nama panjang Lyra adalah Rose?
Daniel masih diam tanpa menjawab, hingga sebuah suara yang di kenalnya menginterupsi dirinya untuk mengalihkan padangan pada orang itu. Ya. Dia adalah Lyra
“ Sora, apa kau tadi melihat Hye-?”
Kata-kata Lyra terhenti saat gadis itu menyadari keberadaan Daniel disana. Daniel mengulaskan senyumnya kearah Lyra, namun gadis itu tidak. Bisa Daniel lihat, Lyra menatapnya dengan tajam, seperti mengatakan untuk apa kau kesini dengan tatapan matanya.
“ Hai.” Sapa Daniel ramah, namun terkesan gugup.
Daniel melihat Lyra berjalan mendekati dirinya, hingga gadis itu kini berdiri tepat di hadapannya. Kedua tangannya Lyra di masukkan kedalam saku blazer merah yang di kenakannya.
“ Bagaimana kau bisa disini?” tanya Lyra dingin.
Daniel semakin tegang saat Lyra menatapnya, dan berkata dingin dengannya “ Aku ingin bicara denganmu. Sebentar saja. Kau ada waktu?” tanya Daniel to the point. Dirinya memang tidak suka sesuatu yang bertele-tele.
Daniel melihat Lyra masih terdiam, apa gadis itu menolak ajakannya? Secepat itu kah usahanya? Tapi Solbin sendiri juga bilang waktu itu, kalau Daniel harus menerima apapun resikonya.
“ Dimana?”
Daniel mengerjap bingung, “ Apa?”
“ Kau mengatakan ingin berbicara denganku kan? Dimana?” tanya Lyra sekali lagi, masih belum menghilangkan nada dingin dalam suaranya.
“ Ohh itu-“ kini Daniel bingung harus mencari tempat dimana dia akan berbicara dengan Lyra, karena Daniel memang tidak mempersiapkan apapun. Tidak ada tempat tujuan yang ingin di tujunya.
“ Tidak jadi?”
“ Apa? Ohh tidak.. itu- bagaimana kalau di kedai ramen waktu itu, saat kau makan bersama teman-temanmu itu, di daerah Cheongdamdong?” tawar Daniel.
Lyra berfikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk. Membuat perasaan Daniel sedikit lega karena Lyra menerima ajakannya.
“ Tolong katakan pada Hyera Eonni jika kau bertemu dengannya nanti. Aku akan menunggunya di apartemen ku.” Kata Lyra pada resepsionist yang di panggilnya Sora tadi.
“ Kau membawa mobil?” kali ini Lyra bertanya pada Daniel.
Daniel mengangguk mengiyakan, “ Aku memarkir mobilku di basemant. Kita pergi menggunakan mobilku saja.”
“ Tidak perlu.” Potong Lyra cepat, “ Aku pergi menggunakan mobilku sendiri. Kau duluan saja, tiga puluh menit lagi aku akan sampai di tujuan. Aku masih ada sedikit urusan yang harus kuselesaikan.”
“ Aku bisa menunggumu.” Tawar Daniel.
Lyra menatap Daniel tajam. Dan yang di tatap hanya bisa diam mematung. Itu adalah tatapan yang di terimanya beberapa hari lalu, saat dirinya bersama Lyra di mall waktu itu. Tapi tatapan itu tidak setajam waktu itu. Bisa di bilang kini tatapan itu sedikit melunak. Tapi tetap saja bisa membuat Daniel takut.
“ Kalau kau tidak mau tidak masalah.” Sergah Lyra akhirnya.
“ Tentu saja tidak.” Daniel berkata sedikit keras, membuat beberapa karyawan yang berlalu lalang menoleh menatap Daniel, “ Aku akan menunggumu disana.” Lanjut Daniel dengan suara lebih rendah.
“ Baiklah.” Setelah berkata seperti itu Lyra pergi meninggalkan Daniel yang masih berdiri di tempatnya.
Daniel menghembuskan nafasnya kasar. Tidak pernah dia segugup tadi saat bersama wanita. Ini pertama kalinya. Tentu saja. Mendapatkan maaf dari seseorang memang tidak akan mudah, tapi apa yang dialami Daniel sekarang sungguh di luar pikirannya. Awalnya Daniel berfikir bahwa Lyra akan sama dengan gadis lain, mudah memaafkan kesalahannya meskipun Daniel sendiri juga tahu kesalahan yang dia lakukan sangat fatal. Tapi lagi-lagi pikirannya salah. Lyra adalah gadis yang berbeda. Dia sangat keras. Dan juga dingin. Meluluhkan hatinya akan terasa sangat berat bagi Daniel.
Daniel menatap punggung Lyra yang semakin lama semakin menjauh dan menghilang dari pandangannya. Baru saja Daniel hendak melangkahkan kakinya, matanya tiba-tiba menatap seseorang yang baru saja memasuki gedung bersama dengan seorang laki-laki di sampingnya. Daniel seperti tidak asing dengan orang itu. Daniel menyipitkan matanya, mencoba untuk lebih jelas melihat orang itu. Mata Daniel terbelalak kaget, saat di sadarinya bahwa orang itu memang benar adalah orang yang dia kenal.
“ Jason.” Panggil Daniel sedikit berteriak sambil berjalan cepat kearah orang itu.
Ya. Dia adalah Jason. Saudara kandung laki-laki Daniel.
Daniel bisa melihat jika Jason juga kaget saat mendapati dirinya di perusahaan itu.
“ Daniel, apa yang kau lakukan disini?” tanya Jason saat Daniel sudah berdiri di hadapannya.
“ Seharusnya aku yang bertanya padamu? Kenapa kau bisa disini?” Daniel balik bertanya
Jason menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mencoba mencari jawaban yang tepat agar Daniel tidak curiga,“ Aku sedang ada urusan dengan salah satu temanku disini?” jawab Jason akhirnya sedikit gugup.
Daniel mengerutkan dahinya, “ Teman?” tanya Daniel heran, “ Sejak kapan kau mempunyai teman di Korea? Seingatku sekali pun kau tidak pernah kesini?” tanya Daniel lebih menyelidik.
“ Teman ku saat kuliah dulu. Dia tinggal disini sekarang.” Jelas Jason akhirnya
“ Teman kuliahmu itu orang Korea?”
Jason mengangguk mengiyakan, “ Kau sendiri kenapa bisa disini?”
“ Aku juga baru saja menemui temanku. Dia bekerja disini.” Kata Daniel
Jason hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. “ Kalau begitu aku masuk dulu, temanku sudah mengguku di dalam.” Kata Jason tersenyum kearah Daniel.
“ Pergilah ke rumah kalau urusanmu sudah selesai. Kau selalu menginap di hotel jika berada di korea. Kenapa? Kau tidak mau?”
Jason tertawa mendengar ucapan adik kandungnya itu, “ Ya Tuhan Daniel, kau masih seperti anak kecil jika bersama ku. Sangat merindukanku yaa?” goda Jason
“ Cihh..” Daniel berdecih, “ Aku mengatakan itu agar kau menghemat uang mu, jika bisa tidur di rumah ku seperti dulu setiap kali kau ke Seoul, kenapa sekarang tidak? Ingat pesan ibu, kau sudah berumur, sudah waktunya menikah. Tabung uang mu dengan benar. Jangan berganti ganti teman kencan lagi. Aku sampai bosan melihat social media mu berisi foto foto wanita yang hampir tiap minggu selalu berubah ubah itu.”
Jason menghentikan tawanya lalu menatap Daniel, “ Orang yang aku suka sulit di dapatkan, jadi aku masih berusaha sekarang. Tenang saja, tidak lama lagi kau akan menerima undangan pernikahan ku dengan dirinya.” Jelas Jason bangga.
“ Ku tunggu Janjimu.”
Jason mengangguk mengiyakan, “ Kalau begitu aku pergi dulu. Teman ku mungkin sudah menunggu.”
“ Jangan lupa. Langsung ke rumah ku.” Kata Daniel kembali mengingatkan.
“ Tentu saja, aku akan langsung ke rumahmu jika urusanku sudah selesai. Ada kunci cadangan?” tanya Jason.
Daniel menggelengkan kepalanya, “ Ada bibi Yoon di rumah.” jawab Daniel tersenyum.
“ Baiklah. Sampai bertemu di rumah.” Jason menepuk pundak Daniel sebelum akhirnya pergi meninggalkan laki-laki itu. Daniel mengikuti arah kepergian Jason hingga kakak laki-lakinya itu menghilang di balik pintu lift.
***
Lyra berjalan cepat keluar perusahaan menuju basemant setelah dia selesai menyelesaikan urusannya. Entah kenapa, kini pikiran dan hati Lyra sedikit lega sesaat beberapa menit lalu Lyra mendapat kabar baik soal perkembangan kasusnya lima tahun silam. Tinggal beberapa langkah lagi, semuanya akan selesai. Ya. Lyra kali ini yakin, dirinya akan berhasil untuk menuntaskan semuanya, sekaligus menghukum dengan seberat-beratnya orang yang telah berani-beraninya merenggut salah satu kebahagiaan dalam hidup Lyra.
Lyra memasuki mobilnya, lalu memasang seatbelt dan segera menancap gas memacu mobilnya meninggalkan basement menuju tempat dirinya dan Daniel janji akan bertemu. Lyra kembali mengingat percakapan dirinya dengan seseorang yang di temuinya beberapa saat lalu.
“ Dia ada di Korea.”
“ Kau yakin?”
“ Sangat yakin. Aku sudah mengetahui semua data-data tentang dirinya, begitupun juga alamat tempat dia tinggal sekarang.”
“ Bagus sekali. Terima kasih banyak.”
“ Sudah menjadi tugasku untuk melindungimu. Aku sudah berjanji padanya.”