Daniel sedang melaksanakan meeting bersama client dan juga beberapa staff kantornya. Kini dirinya berada di sebuah ruangan yang sangat besar, salah satu bagian ruangan dari perusahaan milik Daniel.
Dari awal berjalannya meeting, hingga sampai meeting akan berakhir Daniel terus saja tersenyum. Beberapa staff kantor pun juga merasa heran dengan sikap CEO muda itu. Bahkan dari awal memasuki kantor tadi pagi pun, saat berpapasan dengan beberapa staff Daniel menyapanya. Tentu saja itu semakin membuat semua karyawan Daniel bingung dengan dirinya.
“ Sepertinya suasana hatimu sedang baik hari ini?” Tanya Solbin yang berjalan di sebelah kanan Daniel setelah meeting dengan client itu selesai
“ Apa..? Ohhh.. aku.. Aku baik-baik saja seperti biasanya.” Jawab Daniel berusaha terlihat senatural mungkin
Solbin mendengus. Dirinya sangat tahu Daniel, tidak mungkin tidak ada apa-apa pada diri sabahabatnya itu, setelah melihat sikap Daniel semakin aneh saja beberapa hari ini. “ Ada yang kau sembunyikan dariku?”
“ Tidak ada.” Kata Daniel singkat masih terus memandang ke depan tanpa menoleh kearah Solbin.
“ Benarkah?” Solbin semakin menyelidik Daniel dan memaksa Daniel untuk mengatakan yang sebenarnya. Tentu saja apa yang telah terjadi pada dirinya
Daniel memberhentikan langkahnya lalu menatap kearah Solbin, “ Nuna, sudah ku katakan aku baik-baik saja. Kau ini aneh sekali.”
Solbin melihat Daniel dengan seksama, menatap matanya semakin dalam, mencoba mencari sebuah kebohongan dari dalam matanya. Dan bingo. Solbin menemukannya. Sahabatnya itu tengah berbohong.
“ Kau bohong padaku Daniel Alexander.” Kata Solbin tajam.
Daniel membelalak kaget, “ Ya Tuhan Nuna, aku tidak berbohong, memangnya-“
“ Ohhh.. aku tahu.” Solbin memotong ucapan Daniel dan seketika tersenyum lebar sambil menjentikkan jarinya, “ Karena gadis itu kan?” Tanya Solbin sambil menaik turunkan alisnya mencoba untuk menggoda Daniel.
Daniel mengerutkan dahinya, “ Gadis siapa yang kau maksud?”
“ Ayolah Daniel. Tidak perlu berpura-pura tidak paham dengan maksud ku.” Solbin melipat kedua tangannya di depan dada.
Daniel masih tetap dengan kebingungannya. Dirinya memang sama sekali tidak mengerti dengan perkataan Solbin, apalagi mengenai seorang gadis. Gadis mana yang di maksud Solbin?
Melihat Daniel yang sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun membuat Solbin memutar kedua bola matanya jengah. Sungguh, jika keadaan sudah seperti ini, Daniel terlihat seperti orang yang bodoh.
“ Daniel, kau sama sekali tidak mengerti maksudku?” tanya Solbin akhirnya sudah kehilangan kesabaran
Daniel hanya menggelengkan kepalanya.
Benar-benar seperti orang bodoh. Batin Solbin.
Solbin menghembuskan nafasnya kasar, “ Gadis itu, Lyra. Kulihat kau semakin dekat saja dengannya beberapa bulan ini. Bahkan kalian berdua sering pergi berdua hanya untuk sekedar makan siang bukan?”
Hanya beberapa kalimat yang di ucapkan Solbin. Namun entah kenapa memberikan efek yang sangat dahsyat untuk Daniel ketika sebuah nama yang terselip di kalimat itu membuat hati Daniel berdesir dengan hangat. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa gemetar, bahkan jantungnya berpacu dengan sangat cepat sekarang. Seketika bayangan Daniel kembali mencium kening gadis itu untuk yang kedua kalinya beberapa hari yang lalu muncul dalam bayangannya. Pipi Daniel pun terasa sangat panas sekarang.
“ Omo..omo.. lihat.. lihat.. kau terkejut Daniel?” Solbin bertepuk tangan dengan heboh membuat beberapa orang yang melintas di sekitar mereka terkejut seketika.
Daniel masih tidak bergeming, dirinya masih tetep diam seperti patung. Bukan tanpa alasan dirinya tidak menjawab kata-kata Solbin, tapi Daniel sendiri sedang berusaha untuk menetralkan detak jantungnya saat ini. Daniel takut bahwa beberapa orang yang berlalu lalang di sekitar mereka bisa mendengar detak jantung Daniel yang bunyinya seperti sebuah drum yang di pukul dengan kencang.
“ Ya Tuhan.. Daniel… pipimu merah? Kau kenapa?” Solbin semakin tergelak saat mengetahui bahwa saat ini Daniel sedang salah tingkah.
Tanpa menjawab pertanyaan Solbin, dan tanpa berpikir dua kali Daniel langsung memutar tubuhnya dan berjalan cepat menuju ruang kerjanya. Sedangkan Solbin, wanita itu masih menikmati sikap Daniel yang menjadi salah tingkah sesaat ketika dirinya menyebut nama Lyra. Bahkan saat ini Solbin tengah memegangi perutnya yang sakit karena terlalu lama tertawa sampai-sampai air matanya pun ikut mengalir. Sungguh. Ini pertama kalinya bagi Solbin melihat Daniel seperti itu. orang yang sedang jatuh cinta memang aneh bukan? Apalagi untuk pertama kalinya.
***
“ Aku ingin bertemu dengannya.” Kata Lyra spontan
Hyera yang sedang meminum jus jeruknya, tiba-tiba tersedak saat mendengar perkataan Lyra, “ Apa?” tanya Hyera ingin memastikan.
Lyra menyandarkan punggung ke sandaran kursi, dan mengacungkan sebuah foto yang ada di genggamannya pada Hyera, “ Aku ingin bertemu dia. Orang ini.”