Five Years Laters
Seorang pria dengan wajah tampan, rahang tegas, dan senyum kecil yang terukir di sudut bibirnya tengah berjalan menyusuri lobby perusahaan dengan dua orang yang selalu senantiasa berada di sisinya.
Di usianya yang menginjak tiga puluh satu tahun, sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanan dalam dirinya. Pria itu masih tetap mampu membuat gadis-gadis menjerit histeris saat melihat senyum indahnya.
Tangan kanannya dia jejalkan ke dalam saku celananya, dan satu tangannya lagi dia biarkan menggantung di sisi tubuhnya. Badan tegapnya sama sekali tidak berubah.
Daniel Alexander.
Pria itu berjalan dengan santainya, di ikuti oleh Solbin dan juga Hyunjin, menuju ruang pribadi milik Daniel yang berada di lantai dua perusahaan. Setelah menyelesaikan meeting kerja sama dengan client beberapa waktu lalu, Daniel lebih memilih untuk kembali ke perusahaan ketimbang mengikuti ajakan client barunya untuk makan siang bersama.
“ Sudah lima tahun bukan?” celetuk Solbin tiba-tiba, membuat Daniel yang baru saja memasuki ruangan pribadinya seketika menghentikan langkahnya.
“ Benar, lima tahun sudah belalu dengan cepat. Tidak terasa sekali.” Hyunjin yang baru saja menutup pintu langsung berjalan cepat kearah sofa, dan langsung menghempaskan tubuhnya disana, “ Hahhh.. nyaman sekali.”
“ Kau harus membelinya juga untuk ruanganmu nanti.” Kata Solbin memancing
“ Hei.. seharusnya kan Daniel yang membelikan sofa seperti ini untukku? Ini kan perusahaan miliknya?” Hyunjin berkata dengan nada tidak terima.
Solbin mengambil bantal sofa lalu langsung melemparkannya kearah Hyunjin, “ Kau pikir dirimu Sultan meminta hal seperti itu pada Daniel?”
Daniel hanya tersenyum melihat kelakuan kedua sahabatnya yang sedari dulu sama sekali tidak berubah. malah semakin menjadi. Tapi tentu saja, pertengkaran mereka malah menjadi hal yang menyenangkan untuk Daniel.
Daniel berjalan kearah kursi besar miliknya, dan duduk dengan tenang disana. Tangan Daniel meraih sebuah pigura di atas meja kerajanya. Memandangnya dengan sangat lamat.
Senyum mengembang dengan sempurna dari kedua sudut bibirnya, setiap kali Daniel memandang foto seorang gadis yang masih setia mengisi hatinya sampai sekarang.
“ Daniel?” panggil Solbin dengan pelan.
Daniel mengalihkan pandangannya menatap Solbin, “ Kenapa?”
“ Kau merindukannya?”
“ Kau sudah tahu jawabannya?” Jawab Daniel tersenyum.
Solbin mengembuskan nafasnya pelan, melihat sahabat sekaligus CEO perusahaan tempatnya bekerja mengalami kejadian seburuk itu membuat hatinya juga ikut terluka.
“ Aku akan pulang lebih awal hari ini.”