Daniel berjalan ke kamarnya, sambil masih membawa sebuket bunga mawar putih di tangannya. Di letakkan bunga itu di atas nakas, kemudian Daniel duduk di tepi ranjangnya.
Tangannya perlahan membuka laci nakas, dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah amplop coklat yang berisi selembar surat yang di dapatkannya lima tahun lalu.
Daniel membuka amplop itu, dan kemudian mengelurakan surat itu. Tak terhitung sudah berapa kali Daniel membaca surat itu. Surat itupun sudah sangat lusuh dan lecek karena terlalu seringnya Daniel membuka tutup surat yang di berikan padanya.
Setiap kali dirinya membaca surat itu, dada Daniel akan kembali merasakan sesak. Merasakan rasa sakit yang luar biasa dalam hatinya, ketika lagi-lagi dirinya mengingat kejadian itu.
Dengan perlahan, Daniel membuka lembaran itu dan mulai membacanya.
Untuk Daniel..
Seseorang yang sangat berarti di hidup adikku..
Pertama-tama, aku ingin meminta maaf padamu atas semua yang terjadi. Tidak pernah terlintas dalam benak ku, jika adikku yang sangat cantik itu akan kembali merasakan jatuh cinta pada seorang pria yang sempurna sepertimu. Aku melepaskan dirinya ke Seoul seorang diri, bukan tanpa alasan. Ada masalah besar yang harus dia selesaikan. Dia harus segera berdamai dengan masa lalulnya.
Hidupnya tidak semudah dirimu. Dirinya mengalami banyak hal yang menyakitkan dalam hidupnya. Pertama tentang kematian kedua orang tua kami, lalu di susul dengan kematian seseorang yang sangat di cintainya. Bahkan adikku sendiri menyaksikan bagaimana pembunuhan yang terjadi kepada kekasihnya.
Daniel..
Adikku itu gadis yang sangat kuat. Bertahun tahun dia bertahan dengan siksaan batin dan mentalnya. Dirinya selalu mendapat hinaan dari semua orang yang berhubungan dengan kematian kekasihnya. Bahkan ibu kekasihnya itu selalu mengatakan bahwa adikku adalah seorang pembunuh. Bisa kau bayangkan bagaimana hancurnya hidup adikku itu selama lima tahun terakhir ini.
Dirinya bahkan juga sering kali mencoba melakukan percobaan bunuh diri. Tapi semuanya gagal. Dari situ aku sadar, bahwa Tuhan masih bersama kami. Tentunya masih bersama adikku.
Dengan perlahan dirinya bangkit dari keterpurukan, mencoba untuk menerima semua yang terjadi meskipun itu tidak mudah. Sampai ada di tahap ini pun, juga bukan hal yang mudah dirinya lalui. Adikku itu harus berulang kali mengunjungi psikiater untuk masalah mentalnya. Menjalani terapi yang terasa menyakitkan untuknya, hingga akhirnya dirinya di nyatakan sembuh total dari depresinya.
Daniel..
Kau juga harus tahu, apa yang kami hadapi bukanlah masalah biasa. Meskipun aku melepaskan dirinya untuk menyelesaikan semuanya, jangan pernah menganggap bahwa aku hanya berdiam diri saja. Dari jauh aku selalu membantunya, mengawasinya, menjaganya melalui Jason kakakmu, dan juga beberapa sahabat terbaikku.
Apa yang kami lalui tidak akan bisa kau mengerti. Dendam yang aku dan dirinya miliki membuat kami berada di dunia yang seharusnya tidak kami jangkau. Terutama adikku. Demi menemukan dan mengungkap siapa saja dalang dari semua kematian yang terjadi pada orang-orang tersayang kami, dirinya memilih untuk terjun langsung kedunia yang sangat gelap. Dunia dimana semua orang harus mau menerima resiko pertumpahan darah. Dunia dimana semua orang yang terlibat di dalamnya, harus rela mengorbankan nyawa mereka sendiri.
Ku kira, apa yang kami rencanakan akan berjalan dengan mulus tanpa harus melibatkan nyawa orang lain lagi. tapi nyatanya kami salah. Kami lupa bahwa aku dan dirinya bukanlah Tuhan yang bisa mengatur alur kehidupan dan menentukan takdir seperti apa yang kami mau.
Untuk sekali lagi, adikku jatuh cinta pada seorang laki-laki. Dia selalu menceritakannya padaku lewat panggilan telephon. Aku selalu memintanya untuk menjauhimu, agar kejadian lima tahun lalu tidak kembali terulang dalam hidup kami. Terutama hidupnya. Berkali-kali dia berusaha, namun berkali-kali juga dirinya gagal. Karena, ternyata tidak semudah itu melepaskan seseorang yang begitu dirinya cintai.
Hingga akhirnya saat ini tiba..
Saat dimana kejadian lima tahun lalu benar-benar kembali terjadi..
Orang yang sangat dicintainya, harus kembali di libatkan dengan peliknya dunia yang sedang adikku hadapi..
Tapi ternyata,
Tuhan mempunya rencana lain. Bukan nyawa dirimu kali ini yang menjadi taruhannya, tapi nyawa adikku sendiri.
Aku hancur, saat mengetahui bahwa adikku sedang berjuang antara hidup dan matinya karena sebuah tembakan peluru di tubuhnya. Maaf, karena sempat memukul kakakmu saat itu. itu terjadi karena Jason sama sekali tidak memberitahuku sebelumnya, bahwa adikku mulai mendapat serangan.
Aku marah besar.. Tentu saja..
Kakak mana yang tidak akan merasa bersalah saat adik satu-satunya yang dimilikinya, sedang berjuang di dalam ruang operasi untuk tetap bertahan hidup. Saat itu aku merasa aku sudah gagal. Gagal untuk menjaganya. Gagal untuk memenuhi amanat yang di tinggalkan kedua orang tuaku untuk selalu melindunginya dari apapun.
Jujur..
Saat dokter mengatakan adikku itu membutuhkan donor jantung, aku juga sempat mempunyai pikiran sama sepertimu. Memberikan jantung yang aku punya untuknya. Untuk menebus semua rasa bersalahku. Namun aku juga berfikir ulang, jika aku menyerahkan jantungku untuknya, dengan siapa nanti dia akan hidup? Bagaimana reaksinya jika dia mengetahu bahwa jantung yang berdetak di tubuhnya adalah jantung milik kakaknya?
Pikiranku kalut.
Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Hingga akhirnya satu pikiran terlintas di otakku. Jalan satu-satunya yang bisa aku lakukan untuk menyelamatkan adikku.
Daniel…
Jika sekarang kau berfikir bahwa aku sangat kejam, memisahkan adikku dengan dirimu aku tidak apa-apa. Ini semua aku lakukan untuk kesembukan adik tersayangku, Lyra.
Maaf..
Jika aku harus membawa Lyra pergi jauh darimu, tanpa memberitahumu. Maaf, jika hanya satu malam saja aku memberimu kesempatan untuk menghabiskan waktu berdua dengannya.
Dan Maaf..
Jika aku hanya melibatkan Jason dalam hal ini..
Aku mohon padamu..
Jangan mencari kami untuk sementara waktu Daniel. Biarkan aku dengan Lyra yang mengurus masalah kami hingga tuntas. Kami tidak ingin lagi menimbulkan korban jiwa. Aku tidak ingin lagi membuat Lyra terpuruk seperti lima tahun lalu.
Aku berjanji,
Suatu saat nanti, jika sudah waktunya..