“ Kenapa kau mengajakku kesini lagi? bukankah semalam kita baru saja bertemu Rafael?” Tanya Lyra yang mengikuti langkah kaki Daniel menuju makam Rafael.
Lyra masih berusaha untuk mencoba agar Daniel mau membuka suara dan mengatakan alasan kenapa mereka kembali mengunjungi Rafael. Namun usaha wanita itu sia-sia. Sejak berada dalam mobil tadi, Daniel sama sekali tidak bersuara. Membuat Lyra sedikit kesal dengan tingkah Daniel yang tiba-tiba menjadi pendiam itu.
Hingga akhirnya, keduanya sampai di tempat tujuan. Kini, Lyra dan Daniel berdiri di depan makam Rafael-yang masih terdapat bunga mawar putih pemberian dari Daniel semalam saat dirinya berkunjung.
“ Daniel..” Panggil Lyra lirih kala dirinya melihat Daniel yang hanya diam berdiri tanpa berniat untuk melakukan apapun.
Daniel mengalihkan pandangannya pada Lyra, kemudian menuntun wanita itu untuk berjongkok di depan makam Rafael seperti biasanya.
“ Hai Rafael..” Daniel berkata sambil mengelus nisan putih yang bertuliskan nama Rafael disana, “ Aku kembali lagi hari ini.”
Tangan kanan Daniel yang bebas, mengambil alih tangan kiri Lyra untuk dirinya genggam. Begitu erat. Menautkan jari-jari tangannya pada sela-sela jari Lyra.
Daniel menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara peralahan, menyiapkan diri sebelum dirinya mengatakan sesuatu yang selama ini selalu dirinya tahan. Namun sekarang Daniel harus mengatakannya di depan Rafael, karena Lyra sudah berada di kembali dalam hidupnya.
“ Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu. Mungkin akan terdengar sangat membosankan ketika lagi-lagi aku mengatakannya. Namun ketahuilah, kata ini akan selalu aku ucapkan sampai aku menutup mataku nanti.”
Lyra merasakan matanya mulai memanas, entah kenapa dadanya tiba-tiba berdebar dengan kencang menunggu kalimat selanjutnya yang akan Daniel sampaikan pada Rafael.
“ Rafael..,” Daniel menggantung ucapannya, menatap kearah Lyra sekilas, di lihatnya wanita yang ada di sampingnya ini gugup, bisa terasa dari tangan Lyra yang di genggamnya terasa bergetar. “ Aku mencintai Lyra.” lanjut Daniel akhirnya.
Lyra menundukkan kepalanya, tangisnya pecah saat mendengar kalimat yang selama ini selalu ingin di dengarnya dari Daniel. Kalimat yang selalu di tunggunya dengan sabar selama lima tahun lamanya.
“ Kali ini, aku ingin mengatakan itu di hadapanmu, dan juga di hadapan Lyra. Maka dari itu aku kembali lagi kesini.”
“ Daniel..” lirih Lyra bergeming.
“ Rafael.. kali ini, di hadapanmu. Aku ingin meminta Lyra padamu. Izinkan aku untuk menggantikan posisimu di hati Lyra. Izinkan aku untuk memiliki Lyra. Aku meminta restu darimu. Aku ingin menjadikan Lyra menjadi wanita satu-satunya dalam hidupku. Aku ingin menjaga Lyra seperti kau menjaganya dulu. Aku ingin melindungi Lyra seperti kau melindunginya dulu. Aku ingin membuatnya bahagia saat dia bersamaku. Aku ingin selalu melihat senyum terukir di bibirnya.”
“ Aku berjanji Rafael. Aku akan mencintainya sepenuh hatiku. Aku akan menyerahkan seluruh hidupku pada Lyra. Di sini, Di hadapan makam mu, dan kurasa kau juga melihatku dari atas sana. Detik ini juga, aku ingin meminta izin padamu untuk menjadikan Lyra sebagai teman hidupku. Hingga aku menutup mata nanti.”