Daniel terus menggenggam tangan Lyra dengan mesra. Kini mereka berdua sedang berada dalam mobil Daniel. Mengemudi dengan satu tangan tentu tidak membuat Daniel masalah, apalagi jika tangan kirinya dia gunakan untuk menggenggam tangan wanitanya.
“ Jadi, orang yang hampir menabrakku waktu itu adalah dirimu?” tanya Lyra masih tidak percaya dengan kenyataan baru yang di dengarnya beberapa menit lalu dari Daniel.
“ Hmm.. begitulah. Aku sebenarnya juga tidak percaya. Tapi apa kau ingat saat aku menanyakan apa kita pernah bertemu sebelumnya? Sebelum pertemuan kita di bandara?”
“ Iya. Aku ingat saat itu.”
“ Karena memang kenyataannya aku merasa pernah bertemu denganmu sebelumnya. Wajahmu terasa tidak asing dalam ingatanku.”
Lyra menyandarkan punggunya ke sandaran kursi, “ Saat itu aku sedang kalut. Aku berlari tanpa arah. Menabrak siapapun yang aku temui di jalan raya. Bahkan beberapa dari mereka mengumpat kecil padaku. Aku juga tidak memperhatikan sekeliling. Yang aku ingat saat itu, aku hanya mendengar tabrakan keras antara mobil dan pembatas jalan. Aku menolehnya sekilas. Aku juga melihat seorang laki-laki keluar dari mobil yang bagian depannya berasap itu. Tapi sesaat kemudian aku kembali berlari, untuk menyelamatkan Rafael. Meskipun nyatanya aku gagal.” Lyra tertunduk lesu saat dirinya mengingat kejadian itu, “ Maaf membuatmu hampir mengalami kecelakaan parah saat itu.” Gumam Lyra lirih.
Daniel menghentikan laju mobilnya saat dirinya berada di lampu merah. Kemudian mengangkat dagu Lyra dan mengarahkan wajah wanita itu untuk menatapnya.
“ Saat itu aku melihat seorang gadis dengan penampilan yang sangat mengenaskan sedang berlari tanpa arah. Sehingga membuat aku yang juga sedang menerima panggilan sontak membanting stir kemudiku agar aku tidak sampai menabraknya.” Jelas Daniel membuat kedua mata Lyar berkaca-kaca.
“ Ketika aku keluar dari dalam mobil, aku melihat gadis itu melihat kearah ku. Mata kami sempat bertemu sesaat. Aku bahkan bisa dengan jelas melihat tatapan kehancuran dari dalam matanya meskipun hanya dari kejauhan. Bahkan tanpa aku sadari, bahwa wajah gadis itu sebenarnya sudah terekam jelas dalam memoriku.”