Daniel merasakan ikatan kuat di pergelangan tangannya saat dirinya membuka mata. Daniel mencoba untuk mengerjabkan matanya beberapa saat yang masih terasa berkunang-kunang. Bahkan kepalanya terasa sangat sakit.
Hal terakhir yang di ingat Daniel adalah saat dirinya dan Kimmy sedang berkelahi dengan segerombolan orang yang tidak Daniel kenal. Lalu teriakan Kimmy yang terdengar nyaring di telinganya. Dan setelah itu, semuanya gelap.
Daniel mengedarkan pandangannya ke segala arah. Meneliti setiap sudut ruangan. Mencoba menerka-nerka, dimana dirinya berada sekarang. Asing. Satu kata yang mewakilkan perasaan Daniel saat ini.
Daniel tidak mengenali tempat dirinya berada sekarang. Namun satu hal yang bisa di pastikan Daniel, jika tempat ini adalah sebuah rumah kecil yang tidak berpenghuni.
Sunyi. Tidak ada satu orang pun yang berada di rumah itu selain Daniel. kedua tangan Daniel terikat dengan sangat kuat. Bahkan mulutnya juga di bungkam menggunakan lakban.
Daniel mencoba memberontak, melepaskan ikatan yang sangat menyakitkan. Bahkan Daniel juga berusaha untuk menjerit meskipun dirinya tahu, jika usahanya itu sia-sia, karena selain mulutnya di bungkam, sang penculik yang menculik Daniel juga pasti menyekap Daniel di tempat yang jauh dari keramaian.
Gerakan Daniel terhenti saat samar-samar dirinya mendengar seperti suara denting jam. Semakin lama suara denting itu terdengar semakin jelas di telinga Daniel, namun berkali-kali Daniel menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencoba untuk mencari sumber suara, hasilnya nihil.
Hingga akhirnya Daniel mencoba untuk tenang, kembali berkonsentrasi mendengar suara itu. seketika otaknya berfikir dengan cepat, Daniel mencoba untuk berdiri dengan kursi yang masih melekat di tubuhnya. Daniel membalikkan badannya dengan perlahan.
Seperti di hantam dengan batuan besar, seketika tubuh Daniel langsung menegang saat menatap sebuah objek yang ada di hadapannya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Keringat dingin menetes dengan perlahan membasahi pelipis Daniel.
Sebuah bom.
Daniel berjalan mundur dengan perlahan, sambil terus berusaha untuk untuk melepas ikatan yang ada di tubuhnya. Daniel semakin ketakutan saat detik yang ada di bom itu menunjukkan angka seratus dua puluh lima.
Daniel berlari kearah pintu, mencoba mendobraknya dengan sisa tenaga yang dia punya. Suaranya terus meraung, mencoba untuk meminta pertolongan. Daniel bahkan membentur benturkan kursi yang mengikat di tubuhnya kearah pintu. Namun hasilnya tetap sama. Pintu itu tidak bisa di dobraknya.
Daniel jatuh meluruh ke lantai, air matanya menetes tanpa bisa di cegah. pikirannya jauh menerawang. Akankah dirinya berakhir malam ini? terjebak dalam rumah itu dengan sebuah bom yang akan meledakkan dirinya?
Daniel menengadahkan kepalanya, memohon pertolongan pada Tuhan. Agar dirinya di selamatkan detik ini juga. Ada sesuatu yang ingin Daniel selesaikan. Ada hal yang harus Daniel sampaikan kepada Lyra.
Daniel mencoba kembali bangkit, berusaha sekali lagi untuk mendobrak pintu itu dan berlari keluar sejauh mungkin.
Saat dirinya ingin menendang pintu dengan kakinya, Daniel mendengar derap langkah kaki yang berjalan kearahnya dari arah luar rumah.
Dorr..Dorr..Dorr.
“ Daniellll!!! Kau ada di dalam?”
Daniel tersentak kaget saat dengan tiba-tiba seseorang menggedor gedor pintu rumah itu berkali-kali. Namun keterkejutan Daniel lenyap seketika saat dirinya mendengar suara familiar yang sangat di kenalnya.
“ Daniellll!!! Kau ada di dalam?”
Daniel segera menggeram di balik lakban yang membungkam mulutnya, mencoba untuk memberi tahu orang di luar sana, yang tidak lain adalah Jason, kalau dirinya berada di dalam.
Sadar jika suaranya yang teredam tidak akan mampu terdengar, dengan instingnya, Daniel mengangkat kaki kanannya dan mulai menendang-nendang pintu berkali-kali.
“ Danielll!!!!”
“ Grmmmm..Grmmmm..!!!” Daniel menggeram semakin keras di dekat pintu, berharap Jason akan menyadari keberadaannya.
“ Daniel dengarkan aku!” teriak Jason dari luar sana, “ Jika kau ada di balik pintu, minggirlah. Aku akan berusaha untuk mendobraknya dari luar. Berikan tendangn satu kali pada pintu, lalu menyingkirlah!”
Setelah mendengar perintah Jason, tanpa pikir panjang Daniel langsung menendang pintu itu sekali, dan langsung berlari menjauh dari arah pintu.
Sesaat Daniel mendengar sebuah dobrakan dari luar berkali-kali, dan juga suara beberapa orang yang terus meneriakkan “lebih kuat lagi”
Keringat Daniel semakin bercucuran, kala di lihatnya waktu peledakan bom tinggal beberapa detik lagi. Dirinya terus merapalkan doa, berharap agar pintu segera bisa di dobrak dan dirinya bisa selamat.
Tak lama setelah itu, dobrakan pintu yang kuat membuat pintu itu jatuh, memunculkan beberapa orang polisi dan juga Jason.
“ Daniell!!” Jason berteriak tertahan kemudian langsung berlari kearah Daniel. “ Kau tidak apa-apa?” tanya Jason dengan panic karena melihat kondisi Daniel yang kedua tangannya terikat di belakang kursi.
Daniel menggeleng, lalu mencoba memberi tahu Jason untuk melihat ke arah samping mereka.
Jason yang sadar jika Daniel tengah menunjukkan sesuatu padanya, segera mengikuti arah pergerakan pandangan Daniel.
Sama seperti yang Daniel rasakan, mata Jason terbelalak kaget saat dirinya melihat sebuah bom waktu. Jason berteriak dengan keras, membuat beberapa polisi yang sedang mengintai sekitar penjuru ruangan langsung memusatkan pandangan mereka saat Jason dengan lantangan mengatakan bahwa ada bom di rumah itu.
“ Kita harus segera pergi.” Jason berusaha untuk melepaskan ikatan tangan Daniel. Beberapa kali Jason menggerang frustasi karena dirinya begitu panic, sehingga untuk melepaskan simpul tali itu saja dirinya tidak mampu.
“ Bom tidak bisa di jinakkan. Semuanya segera keluar.” Seru seorang kepala polisi.
Jason yang mendengar itu, segera menarik Daniel dari dalam rumah di ikuti semua polisi yang di bawanya tadi. Saat mereka sudah berlari begitu jauh dari lokasi, sesaat kemudian terdengar bunyi sebuah ledakan yang begitu kuat. Beruntung, tempat di sekapnya Daniel jauh dari keramaian. Sehingga tidak menimbulkan korban jiwa.
Tubuh Daniel dan Jason seketika luruh ke tanah, setelah mendengar suara ledakan itu. Sedikit perasaan lega menjalar di tubuh mereka. Jason menoleh kearah Daniel, kemudian berusaha kembali untuk melepaskan tali yang mengikat Daniel dengan pelan-pelan. Dan berhasil.
Daniel segera melepaskan lakban yang membekap mulutnya dengan kasar saat kedua tangannya sudah bebas. Hembusan nafas yang tidak teratur keluar dari mulut dan hidungnya secara bersamaan.
“ Kau tidak apa-apa?” tanya Jason pelan.
Daniel mengusap wajahnya dengan kasar, mengingat kejadian beberapa menit lalu saat dirinya berada di rumah itu. entah apa yang akan terjadi padanya jika Jason tidak berhasil menemukan dirinya. Sudah bisa di pastikan, jika tubuh Daniel sekarang sudah hancur terbakar di dalam sana. Dan juga sudah di pastikan, Daniel tidak akan bisa bertemu kembali dengan Lyra seumur hidupnya.
Daniel menggeleng pelan, “ Aku baik-baik saja.” Daniel menarika nafas kemudian menghembuskannya dengan kasar, “ Bagaimana kau bisa menemukanku?”
Jason hanya tersenyum singkat mendengar pertanyaan Daniel, “ Nanti aku jelaskan. Sekarang ada yang harus segera kita selesaikan.”
“ Apa?” kening Daniel berkerut samar, merasa ada hal yang tidak beres. Mendadak perasaannya menjadi was-was, memikirkan segala kemungkinan buruk yang sedang terjadi sekarang.
“ Lyra..”
Satu nama itu berhasil membuat nafas Daniel tercekat. Tubuhnya menegang seketika. Daniel menggeleng dengan kuat, mengusir segala kejadian buruk yang sedang di alami Lyra.
Tolong.. katakan bahwa dia baik-baik saja.
“ Dia dalam bahaya.”
Seketika jantung Daniel mendadak berhenti. Nafasnya tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Mendengar bahwa gadis yang di cintainya sekarang berada dalam bahaya, membuat Daniel kesulitan untuk bernafas
“ Di..dimana dia?” tanya Daniel dengan terbata-bata.
“ Di tempat yang seharusnya dia tidak disana.”
Daniel memandang Jason dengan heran, mencoba untuk mengerti apa arti dari perkataan Jason.
“ Ikut aku.”
Jason bangkit, di ikuti oleh Daniel. dengan cepat Jason dan juga Daniel menghampiri sebuah mobil yang terparkir di seberang jalan. Setelah memastikan Daniel sudah duduk di sebelahnya, Jason dengan segera menyalakan mesin mobilnya kemudian memacunya membelah padatnya lalu lintas kota Seoul dengan kecepatan tinggi.
Mudah bagi Jason untuk menjalankan laju mobil tanpa ada hambatan, karena ada dua mobil polisi masing-masing di bagian depan dan belakang yang mengawal Jason agar segera sampai di tempat.
Kening Daniel berkerut samar, saat dirinya sampai di suatu tempat yang dirasa tidak asing baginya. Daniel ingat, dia pernah pergi ke tempat ini dulu, lama sekali dan itupun hanya satu kali. Tapi meskipun begitu Daniel dengan sangat mudah mengingatnya, karena di tempat itulah Daniel hampir melayangkan nyawa seseorang yang hampir saja di tabraknya.
“ Ada yang salah?” tanya Jason saat Daniel terlihat kebingungan.
“ Aku tidak asing dengan tempat ini. Aku pernah kesini sebelumnya.” Jelas Daniel.
Jason hanya tersenyum mendengar kalimat Daniel, “ Kita masuk.”
Jason segera berjalan ke sebuah gang sempit di ikuti Daniel dan beberapa polisi yang tadi mengawalnya. Daniel masih mengamati sekeliling, tanah yang di pijakinya terlihat basah.
Apa baru saja hujan disini? Batin Daniel dalam hati.
Mata Daniel terbelalak kaget saat dirinya juga menemukan jejak darah di setiap langkahnya, meskipun jejak itu terlihat samar karena hilang terkena tetesan hujan, tapi Daniel sangat yakin kalau itu adalah darah.
Pikiran Daniel seketika kalut. Membayangkan hal yang sama sekali tidak ingin dia pikirkan, apa ini ada hubungannya dengan Lyra? apa sekarang gadis itu dalam bahaya?
Daniel terus berjalan di belakang Jason, hingga mereka tiba di sebuah rumah besar yang terlihat sangat tua. Rumah itu di batasi oleh gerbang besi yang tinggi menjulang, namun sudah terlihat berkarat.
“ Ini?”
“ Lyra ada di dalam.”
DARRR..
Seketika suara petir yang menggelegar terdengar memekakkan telinga, seperti sedang menyambut kedatangan kedua orang yang akan terlibat dengan sebuah insiden berdarah yang akan terjadi sebentar lagi.
Awan hitam mulai bergumul memenuhi langit, suara petir yang bersahut sahutan membuat suasana semakin mencekam di daerah itu.
Tubuh Daniel menegang, sesaat setalah Jason mengatakan bahwa Lyra sedang berada di dalam rumah tua yang tidak berpenghuni itu.