Aku tau akan tiba saat nya aku berhenti melakukan pelarian ini. Aku harus siap dengan apa yang sudah terjadi dan itu semua adalah keputusanku, aku yang menyuruh nya menikah lagi.
Pagi ini aku pulang dari villa menuju kota Yogya dengan Denny. Perasaan ku campur aduk antara bahagia, takut, sedih, bimbang, dan lain nya yang membuat ku harus terus - terusan mengatur nafas selama perjalanan.
Aku tidak bisa tidur, bahkan aku hanya diam di mobil Denny dengan pikiran yang bermecamuk. Bagaimana nanti reaksi ku?? Itu yang terus menghantui pikiranku.
"Are you okay Han?" tanya Denny lembut.
"Hmmm.. Insyallah" jawabku pelan.
Sudah seminggu semenjak pernikan Bastian, aku yakin pasti keluarga besar sudah pada pulang semuanya.
kira-kira apa yang sedang mereka lakukan? Aku memang pulang tanpa memberi tahu mereka terlebih dahulu. Entah lah.. Aku tidak ingin Nava tiba-tiba canggung di depan ku.
Akhirnya setelah 1 jam perjalanan, kami memasuki kota Yogyakarta. Rumah ku terletak di kawasan Godean. Saat mobil Denny memasuki perumahan kulihat mang Juki petugas keamanan atau satpam rumah kami segera membuka kan pagar rumah.
"Mang Juki.. Bapak ada?" tanya ku melalui jendela kaca mobil.
"Iya ada neng..." ucap mang Juki lembut.
Aku memang menyuruh mang Juki untuk memanggilku neng aja dari pada nyonya. Lagi pula umur mang Juki yang terbilang lebih tua dariku membuatku merasa tidak enak dengan kata nyonya.
"Lu ikut masuk kan Den?" tanyaku dengan nada sedikit memohon.
"Hmmm.." jawab nya meng-iyakan.
Aku takut nanti suasana di dalam canggung.
Setidaknya harus ada seseorang yang dapat mencairkan suasana.
Kuhembus kan nafas sebelum membuka pintu rumah kami. Entah kenapa rasanya berat untuk membuka pintu rumah kami, pintu rumah yang sudah 2 tahun ini sering aku buka tutup. Rasanya seperti masuk kerumah orang lain tanpa permisi.
"Assalamualaikum.." ucapku sambil masuk menuju ruang keluarga.
"Walaikum salam.." jawab seorang perempuan dari arah dapur yang ku yakini Nava.