Ashley tampak kurang bersemangat setelah menerima telepon dari seseorang. Mengawasi latihan The Wings dengan muka datar. Sebentar kemudian, membanting hand phone-nya di kursi dan membuang napas dengan kesal.
“Aku tahu ini baru permulaan, tapi bukankah semua berawal dari permulaan?” Gumam Ashley pada dirinya sendiri. Lalu kembali murung. Ia berpikir tentang kelanjutan The Wings di dunia hiburan.
“Ada masalah?” Sam mendekat. Ashley mendongakkan kepala lalu sedikit menarik bibir.
“Pelatih kalian tidak bisa datang lagi.” Keluhnya.
“Jadi kita latihan sendiri? Tapi bukankah kau sudah membuat jadwal tetap dengannya?” Sam duduk dan mengatur napas.
“Maksudmu, dia tidak percaya dengan boy band kita?” Tanya Sam lagi.
“Mungkin saja, pada saat pembentukan boy band kita, dia juga hadir karena dia merupakan bagian dari pemegang saham di Red House. Dia keberatan jika kalian juga menyanyi. Dia hanya ingin kalian main film.” Jelas Ashley.
“Alasannya?” Kejar Sam. Ashley menggeleng.
“Baiklah kita bisa bicarakan nanti. Aku masih terlalu bingung mengatur hal ini. Sebaiknya kita mencari guru yang lebih tepat. Tidak harus seorang senior dan mempunyai nama. Tapi bakat. Kita hanya perlu mencari orang yang berbakat, bukan berkedudukan tinggi.” Kata Ashley tampak sangat membenci orang yang sedang mereka bicarakan. Sam mengangguk dan mengajak kawan-kawannya berunding.
“Ada masalah apa, Sam?” Tanya Dave.
“Pelatih kita tidak bisa datang lagi. Padahal kita sudah menyesuaikan jadwal dengannya. Ashley bilang sebaiknya kita mencari pelatih baru.”
“Lalu siapa yang akan membantu kita mencarinya?” sahut Andrew sambil menyandarkan tubuhnya di dinding.
“Yang terpenting bukanlah terkenal atau tidaknya, tetapi seseorang yang mempunyai bakat koreografi yang alami.” Kata Sam.
"Siapapun?” Sahut Gabe.
“Iya. Tidak masalah, jika bisa membimbing kita.”
“Bagaimana dengan Almond?” Usul Gabe lagi. Mengernyitkan wajahnya menungu jawaban dari teman-temannya.
“Dia pandai menari?” Tanya Sam.
“Tentu saja, nanti kita bisa minta Ashley untuk memberikan penilaian dan keputusan terhadapnya.”
“Ide yang bagus. Aku setuju.” Sahut Andrew. Sam dan Dave ikut mengangguk.