“Kamu saya skors, Tuan muda Arkadia!”
“Lagi?”
“Yes, of course....”
“Yaah, tapi kenapa Madam?”
“Kamu masih tanya kenapa? Gak sadar kalau kelakuan kamu itu banyak menyesatkan dirimu sendiri, hem?”
Tuan muda Arkadia yang disebut Madam Vila adalah Banyu Cadilan Arkadia. Langganan ruang BK yang sudah sering diberi masa skors dari pihak sekolah akibat ulahnya sendiri.
“Iya saya tahu, Madam. Tapi kan saya berantem juga buat bela teman saya yang di-bully,” ujar Banyu mendengkus.
“Rasa setia kawan kamu itu memang benar, tapi tindakan kamu itu yang tidak benar. Membela bukan berarti harus menciptakan sebuah perkelahian juga, kan? Banyak cara lain kok untuk menyelesaikannya. Tapi kamu selalu mendahulukan otot dibanding otak," sindir Madam Vila sinis.
Banyu mendesah, tidak tahu lagi harus menjawab apa. Madam Vila Rustika—yang biasa ia juluki dengan panggilan khasnya sendiri menjadi Madam Virus—kini telah berhasil membuatnya mati kutu. Seharusnya, Banyu memang tidak membuat bonyok lawan berkelahinya tadi, tapi Banyu harus melenyapkannya saja kalau perlu.
Sangat di sayangkan, Banyu bukanlah pembunuh berdarah dingin yang mampu melenyapkan manusia lainnya begitu saja. Selain itu, Banyu juga masih ingin meraih cita-citanya kelak dibanding memperumit masalah hingga separah itu.
“Saya harap, ini kali terakhir kamu mendapat hukuman skorsing! Saya sudah bosan memberikan surat pemberitahuan pada orang tuamu yang justru dengan kemuliaan hatinya telah banyak memberi bantuan di sekolah ini. Apa kamu tidak mau berpikir? Mau ditaruh dimana muka orang tuamu kalau punya anak berandal sepertimu begini, hah??” papar Madam Vila membuat Banyu tertunduk.
Tidak! Banyu bukan menyesali perbuatannya, tapi menunduknya itu merupakan sebuah ekspresi yang mewakili rasa bosannya dalam mendapatkan cercaan si guru BK.