Siang hari dengan panas yang tak terlalu menyengat, Banyu menuruni tangga. Tampaknya dia akan bepergian. Bisa dilihat dari cara berpakaiannya yang rapi dan selalu tampan meski memakai jenis pakaian apa saja.
Kali ini Banyu memakai kasual style. Kaus v-neck berwarna hitam, dibalut jaket jeans biru gelap berkupluk abu dan celana jenis serupa berwarna biru belel yang robek-robek di bagian lutut. Kedua kaki yang dibungkus dengan sepasang sneaker putih favoritnya mendarat aman di lantai dasar. Sambil celingukan ia pun menggaruk kepala sembari mencari keberadaan Mamanya. Bahkan, kini Banyu pun mengedarkan pandangan ke segala arah.
“Banyu?”
Si pemilik nama lantas menoleh. Senyumnya mengembang kala melihat sosok yang dicari akhirnya muncul juga dari arah pintu halaman belakang.
“Kamu mau kemana? Udah rapi aja,” komentar Meriana berjalan mendekat.
“Mau ke sekolah, Ma....” jawabnya santai.
“Mau ngapain? Kamu kan lagi diskors” Meriana mengernyit heran.
“Mau nongkrong aja, Ma. Habisnya bosan di rumah terus,” jawabnya seraya nyengir lebar.
Meriana bergeleng pelan, “Ada ada saja kamu,” gumamnya sedikit mendengkus, “Ya sudah, asal kamu gak bikin ulah Mama izinin kamu buat ke sekolah!” tegas Meriana menatap anaknya.
“Perintah Mama selalu yang utama,” senyum Banyu bersikap hormat.
Meriana tersenyum geli, “Jangan pulang malam!” ucapnya mengingatkan.
“Iyaa, Mamaku sayang,” angguk Banyu. Lalu cowok itu melenggang pergi sehabis mencium pipi Meriana.
“Hati-hati!” seru wanita itu berpesan.
***
Seperti yang Banyu bicarakan dengan mamanya tadi, dia benar-benar nongkrong di mini kafe depan sekolah.
“Banana smoothies-nya satu ya, Mbak!” ujar Banyu menyebutkan pesanannya.
“Gak sama camilannya sekalian?”
“Enggak dulu deh,” geleng Banyu.
Pelayan wanita itu lantas mengangguk, meninggalkan Banyu sambil membawa catatan pesanan yang akan segera diserahkan pada tim penyaji.
Sambil menunggu pesanan datang, Banyu mengeluarkan ponsel putih dari dalam saku jeans-nya. Dia menyandarkan punggungnya santai, mulai berselancar di dunia maya berniat menghilangkan kejenuhan yang mendera. Sejenak, dia men-swipe layar dari atas ke bawah. Menampilkan jam digital yang tertera besar dengan background abu-abu.
“Baru pukul dua belas,” gumamnya pelan. Lantas ia kembali menyibukkan diri dengan ponsel dan dunia mayanya.
Tak lama kemudian, banana smoothies yang diinginkannya datang diantar pelayan berbeda dari sebelumnya. Setelah disajikan dan pelayannya pergi, Banyu langsung menyeruput minuman itu sedikit demi sedikit.
Menjauhkan mulut dari sedotan yang tercelup langsung ke minuman, Banyu menolehkan pandangan ke arah seberang. Dari balik jendela besar yang menjadi posisi duduknya sekarang, Banyu pun bisa melihat dengan jelas keadaan sekolahnya. Gerbangnya masih ditutup, belum ada tanda-tanda jam istirahat kedua akan dimulai. Menghela napas, dia pun hanya bisa kembali menyedot smoothies-nya dengan wajah semrawut.
'Angkat aku! Angkat aku!'