Bab 2 : Dia
Laura
“Hey, itu di belakang sepertinya ada orang yang memanggilmu.”
Lelaki itu menengok ke belakang dan dengan segera aku berlari menjauhi lelaki itu. Setelah beberapa saat, aku melihat ke belakang untuk memeriksa apakah lelaki itu mengikutiku. Untung saja lelaki itu sudah menghilang dari pandanganku. Aku kembali melangkahkan kakiku menuju rumah sambil mengusap dahiku yang penuh keringat.
Sesampainya di rumah, aku disambut oleh papa dan mama yang sedang bercanda ria di ruang tamu.
“Laura, sudah pulang Nak,” ucap mama sembari menghampiriku.
“Ya ma, baru saja pulang.”
“Kalau begitu kamu mandi dulu sana, bau!” canda mama, mengibas-ngibaskan tangan di depan hidungnya.
“Ih mama, aku wangi tau.”
“Iya, iya, anak mama wangi. Saking wanginya sampai gak ada yang mau.”
“Ih mama, bercanda terus,” rengekku. Lalu memonyongkan mulutku.
“Ma, sudah jangan diganggu terus anak kita,” ucap papa, menghentikan keusilan mama.
“Hahahahaha, hanya bercanda sayang. Ya sudah, kamu mandi, setelah itu baru kita makan malam bersama.”
“Siap ma!”
Lantas aku pergi ke kamarku yang berada di lantai dua bangunan ini dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Satu jam berlalu, aku dan orangtuaku sudah selesai menyantap makan malam kami. Tiba-tiba sosok lelaki itu terlintas di pikiranku. Tanpa aku ketahui, aku tersenyum. Papa dan mama melihatku dengan penuh tanya.
“Pa, anak kita ini lagi memikirkan apa ya, sampai senyum-senyum begitu,” sindir mama.
“Shhhh, biarkan saja Ma. Mungkin dia lagi membayangkan pacar barunya, hihihihihi,” usil papa diikuti dengan cekikikan.
“Ihhh papa, mama. Bukan apa-apa kok, aku hanya memikirkan tentang lelaki yang aku temui di taman.”
“Lelaki? Siapa? Calon menantu mama nih.”
“Mama!!!!!! Aku tahu aku sudah lama tidak berhubungan dengan siapa-siapa, tetapi bukan berarti aku mau menjalin hubungan dengan setiap orang yang aku temui!”
“Iya-iya, anak mama ini kan tidak gampangan. Hahahaha.”
“Hah sudahlah, aku naik dulu ya!” ucapku. Lalu bangkit dari tempat dudukku dan menuju kamarku.
Entah mengapa sosok lelaki itu terlintas di pikiranku. Aku merasakan sesuatu yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku seperti pernah bertemu dengannya sebelum ini, tetapi aku tidak yakin kapan dan dimana. Setelah beberapa menit memikirkan tentangnya, aku melupakannya sejenak dan meraih handphone dengan casing putih yang terletak di atas ranjangku.
Lily
Sudah tidak sabar rasanya kembali bertemu dengan kalian!