Malam sudah sangat larut. Jalan tol yang dilalui oleh Langit sangat sepi. Bisa dihitung berapa kendaraan yang berlalu melewatinya. Esok pagi Langit ada shift pagi, tapi karena tadi ada beberapa urusan yang harus diselesaikannya, ia menjadi terlambat untuk kembali ke tempatnya bertugas.
Angin berhembus sepoi. Langit sengaja membuka jendela mobilnya. Menikmati udara malam yang mengisi ruang-ruang di dekatnya. Langit tiba-tiba menghentikan mobilnya ketika dari jauh ia menyaksikan sebuah mobil yang dihentikan paksa oleh dua orang berbaju hitam yang mengendarai mobil.
Langit memicingkan matanya. Mobil yang ada di depan sana tidak asing baginya. Sosok wanita yang juga ditodong dengan sebuah pisau itu juga sangat dikenalnya. Itu mamanya Tari. Tetangga depan rumahnya.
Tanpa berpikir panjang, Langit keluar dari mobilnya. Memberanikan diri mendekati dua pemuda yang sengaja menutupi wajahnya dengan masker dan topi.
“Mau apa kau?” teriak salah satu pemuda itu kemudian beralih menodongkan pisau ke Langit.
“Tante, cari tempat yang aman,” pinta Langit pada mama Tari yang berada di belakangnya. Dengan kaki bergetar, mama Tari mengikuti perintah Langit dan bersembunyi di belakang mobilnya dan diam-diam menghubungi polisi.
“Mau sok jadi pahlawan kau, ya,” teriak pemuda yang satunya.
Dengan penuh perhitungan, Langit mengarahkan tendangannya ke pemuda yang memegang pisau paling besar. Pisau yang dipegangnya terlempar ke aspal. Lalu erkelahian tak terhindarkan. Langit mendaratkan pukulannya pada salah satu pemuda tanpa ampun. Namun sialnya, pemuda yang satunya memukul punggung Langit dengan batang pohon yang diambilnya dari pinggir jalan.
Pukulan tersebut membuat Langit meringis kesakitan namun tak lantas membuatnya menyerah. Ia berbalik dan balas memberikan pukulan pada pemuda yang tadi memukulnya. Saat perhatiannya teralih, pemuda satunya bangkit dan mengarahkan pisau pada punggung Langit namun Langit sadar akan rencana itu. Ia berbalik lalu menahan pisau yang diarahkan padanya dengan tangan kosong. Tangan kanak Langit berlumur darah.
“Langiiit,” teriak mama Tari dari persembunyiannya.
Bersamaan dengan teriakan itu, mobil polisi datang dan meringkus dua begal tadi.
*****
Beberapa menit yang lalu Tari mengambil sampel darah yang diajukan oleh salah satu perawat. Darah seorang pasien laki-laki berusia empat puluhan. Sampel darah tersebut akan diperiksa trombositnya. Sesampainya di laboratorium, Tari mengencerkan darah tersebut dengan ammonium oxalate setelah dimasukkan dalam tabung reaksi. Sehingga sel-sel lain selain trombosit dan eritrosit disisihkan. Selanjutnya Tari mencampurkan 20 ml sepcimen darah hingga tercampur homogen.
“Tari, Langit ada di IGD.”
Azril yang tiba-tiba membuat dengan napas memburu membuat Tari terkejut dan hampir saja menjatuhkan cawan petri yang dipegangnya. Mendengar kabar tentang Langit dan melihat wajah khawatir Azril, tanpa berpikir dua kali lagi Tari berlari menuju IGD yang terletak tidak.