WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #1

Bab I

Tujuh tahun yang lalu ....

Ramai teriakan dan pujian dilayangkan pada sang pemimpin dan kedua putranya. Seluruh rakyat Verbena berbaris rapih di bahu jalan untuk melihat keluarga kerajaan yang sedang melakukan pengenalan resmi pangeran mahkota Republik itu.

“Menyingkir dari jalan kami, gelandangan!”

BRUGH! Tubuh kecil dan kurus seorang gadis, terjatuh di atas tanah yang lembab juga berlumpur.

Awh,” ringisnya pelan.

Ops, kotoran yang bersatu dengan kotoran,” ucap anak laki-laki berambut merah.

“Rakyat jelata yang menyedihkan. Sampah masyarakat.” Anak laki-laki dengan surai coklat berkata ketus.

Mereka berdua menatap rendah gadis yang terduduk diatas lumpur yang bersatu dengan genangan air. Kedua anak lelaki itu pasti seorang bangsawan, terlihat dari sifat congkak dan sombong mereka.

Si rambut coklat memegang bahu temannya. “Avio, ayo segera tinggalkan tempat ini. Rombongan Aston akan segera datang.”

“Baiklah, Ozias. Ku juga tak ingin berlama-lama didekat rakyat kelas rendahan ini.” Ozias terkekeh meremehkan dan berlalu dari hadapan gadis itu.

Gadis dengan pakaian lusuh juga banyak bekas jahitan itu menatap datar punggung kedua anak bangsawan tersebut. Ia berdiri lalu mengusap wajahnya yang terkena cipratan lumpur dengan kasar. Tepukan pelan dibahu kirinya membuat gadis itu menoleh.

“Alora, sedang apa di sini? Kenapa pakaian mu sangat kotor? Kau terpleset lagi?” Pertanyaan bertubi-tubi Alora dapatkan dari anak laki-laki seumurannya.

Alora tersenyum tipis. “Ya, aku terpeleset tadi. Jangan pedulikan aku, Rayn. Kau akan pergi ke sana,'kan?” tunjuk Alora pada kerumunan yang tak jauh dari tempatnya.

Laki-laki itu mengangguk.

“Maka pergilah,” sambung Alora.

“Kau tak akan pergi melihat raja dan ratu kita?” tanya Rayn lagi.

“Aku tak bisa bergabung ditengah keramaian dengan pakaian seperti ini.” Alora sedikit mengangkat gaun panjang berwarna putih yang penuh dengan cipratan air dan lumpur miliknya.

Rayn memperhatikan penampilan Alora dari atas sampai bawah. Laki-laki itu menghela nafas kecil saat melihat sandal Alora yang sudah tipis, dan beberapa talinya sudah terputus.

“Kau benar. Mereka akan semakin menghinamu. Alora, aku berjanji akan membelikanmu pakaian baru saat gajian pertama ku nanti.” Rayn menatap serius manik biru terang milik gadis dihadapannya.

Alora mengangguk singkat. Laki-laki itu tersenyum dan berjalan mendekati kerumunan.

“Hm, setidaknya masih ada yang mau berteman denganku di tempat ini.”

Alora berniat melangkah pergi dari bahu jalan, tetapi dia urungkan saat melihat sekumpulan prajurit kerajaan yang berbaris dihadapannya. Banyak orang yang ikut berlari untuk memperebutkan barisan terdepan. Alora menggeser posisinya saat dua gadis dari kalangan atas berdiri disampingnya.

“Lihat, Pangeran mahkota Jovian sangat tampan! Ya tuhan, aku tak tahan dengan senyumannya itu,” pekik salah satu gadis itu.

“Pangeran Aston juga tak kalah tampannya. Perhatikan wajah datarnya itu ... astaga, melelehkan hati ini.”

“Mereka datang,” ujar gadis itu. Mereka berdiri tegak dengan setengah wajah yang ditutupi sebuah kipas lipat yang selalu mereka bawa kemana-mana.

“HIDUP SANG KEBIJAKSANAAN!” Salah satu panglima berseru lantang.

“HIDUP!” saut pengikut dan rakyat Verbena.

“HIDUP RAJA WILDER DAN RATU LISTA!”

“HIDUP!”

“HIDUP PANGERAN MAHKOTA JOVIAN!”

“HIDUP!”

“HIDUP PANGERAN ASTON!”

“HIDUP!”

Alora memperhatikan keluarga kerajaan yang melintas dihadapannya. Di kereta kuda pertama, ada sang pemimpin Republik of Verbena, Raja Wilder Brodwieck dan Ratu Lista Brodwieck. Di kereta kedua, ada Pangeran Mahkota Jovian dan adiknya, Pangeran Aston. Di kereta ketiga dan seterusnya adalah para bangsawan yang lain. Kereta mereka berbaris menurut tingkatan kastanya masing-masing. Anak laki-laki yang sempat mengganggu Alora tadi juga ada di rombongan itu.

Kereta kuda itu berhenti. Terlihat Raja Wilder yang sedang menyampaikan pidato singkatnya pada rakyat. Selagi Raja berpidato, Pangeran mahkota turun dari kereta kudanya. Lelaki itu sepertinya berniat menyapa masyarakat dari dekat.

Alora mengerutkan keningnya dalam, saat dua gadis disampingnya berteriak heboh, entah kemana keanggunan dan rasa malu-malunya beberapa menit lalu. Ia kembali menggeser posisinya saat banyak wanita yang berpindah tempat ke sampingnya.

BRUK!

Iwh, pakaian saya jadi kotor karena anda! Tck, dasar kelas rendahan.”

Wanita dengan pakaian indah dan berkilauan itu mengibas-ngibas pelan gaunnya yang tak sengaja tersentuh pakaian Alora. Sedangkan Alora, gadis itu terjatuh karena dorongan keras dari wanita bangsawan tersebut.

“Lady, anda lah yang bersalah. Saya melihat anda yang mendorong Lady ini.”

Air wajah wanita berubah menegang saat melihat siapa lelaki yang memperingatinya. Ia menunduk, tak berani menatap laki-laki tersebut.

“Maafkan saya pangeran mahkota,” ucap wanita itu dengan suara lemah lembut.

“Anda salah meminta maaf, Lady.”

Pangeran Mahkota Jovian mengulurkan telapak tangannya dihadapan gadis yang terduduk itu.

“Bangunlah, Lady. Seorang wanita tidak boleh terlalu lama di bawah. Anda bernilai.”

Lihat selengkapnya