Ruangan besar dengan dinding berlapis emas, kini sedang ramai membahas salah satu keluarga kerajaan yang menghilang tiga hari yang lalu. Simpulan-simpulan tanpa bukti jelas menjadi lelucon juga candaan yang menggelitik perut mereka. Tentu saja dibungkus dengan rangkaian kata yang mereka sebut 'Attitude dan Tata krama'.
Alunan musik klasik menggiring tubuh mereka agar membuat gerakan lentur dan indah. Senyuman anggun dan menawan, dilemparkan pada pasangan dansa mereka.
“Menurut anda, kemanakah Pangeran Aston berkelana? Saya pikir, beliau pasti sedang bertemu dengan pujaan hatinya.”
“Itu mungkin saja, Lady. Menurut rumor yang beredar di perkumpulan saya, pangeran pergi karena akan dijodohkan dengan Princess Ellys Novalie.”
Gerakan mereka saat ini berputar. Wanita menjatuhkan dirinya ke belakang dengan pinggang yang ditahan oleh tangan kekar si pria.
“Princess Ellys Novalie? Princess of Leighton?” tanya sang wanita memastikan. Pasangan dansanya mengangguk singkat.
“Itu berita yang sangat mengguncang pergaulan atas, Duke Avio. Anda hebat menjadi orang pertama yang mengetahui informasi ini.” Wanita itu memuji.
Avio tersenyum manis.“Sangat disayangkan, perkiraan anda salah, Lady Isabel. Saya bukan yang pertama mengetahui tentang berita itu.”
Wanita itu mengerutkan keningnya dalam. Kedua insan itu saling menundukkan tubuhnya karena musik sudah berhenti.
Avio mengecup punggung tangan pasangan dansanya.
“Saya mendapat informasi itu dari sahabat karib saya.”
“Siapakah itu, Duke?”
“Pria yang sedang duduk memeluk anak anjing berbulu putih di sana,” wanita itu menoleh ke arah yang Avio tunjukkan.
“Prince of Douglas, Ozias Rico,” sambung Avio.
Wanita itu menatap Avio terkejut. “Lingkup pertemanan anda sangat menakjubkan, Duke. Bisakah saya menjalin hubungan asmara dengan anda?”
Pria dengan gelar Duke itu tertawa meremehkan, bahkan memandang rendah wanita dihadapannya itu.
“Lady Isabel, anda cukup berani, ya.” Avio mendekatkan bibirnya disamping telinga wanita itu. “Saya tidak menerima ajakan untuk menjalin hubungan dengan kasta rendah, putri baron.” Pria itu terkekeh. Ia meninggalkan wanita yang masih terdiam dengan mata yang berkaca-kaca di tengah lantai dansa.
Pria dengan pakaian serba putih bercampur benang emas disetiap sudut pakaiannya itu terkekeh. Ia membenarkan letak mahkotanya dan kembali mengelus bulu anak anjingnya.
“Anda apakan putri baron itu hingga sampai menangis?” tanya Ozias tenang.
Pria bersurai merah itu tertawa kecil. “Wanita itu ingin menjalin hubungan dengan saya, Pangeran Ozias.” Avio berujar sambil mendudukkan dirinya di samping Ozias.
“Cukup berani dan tak tahu diri. Tumben sekali anda tak langsung terpancing emosi, Duke Avio.” Ozias mencium anak anjingnya.
Avio terkekeh geli setelah menyesap pelan sampanye dihadapannya.
“Wanita itu memilih topik pembicaraan yang tepat. Saya sedikit terhibur karenanya.”
“Tentang Pangeran Aston?” tebak Ozias.
“Pendengaran anda semakin tajam, huh?”
Kedua bangsawan itu tertawa bersama.
Atensinya teralihkan pada seorang pria yang sedang berjalan ke atas singgasana dengan aura wibawa yang kental, juga wajah datarnya. Semua tamu bangun dari duduknya. Beberapa wanita terlihat salah tingkah saat tatapan pria di atas singgasana itu mengarah pada mereka.