Setengah hari sudah Alora lewati. Di hari pertamanya bekerja, kedai itu sejauh ini tak banyak memiliki pengunjung tetapi tak bisa dikatakan sepi juga. Kebanyakan pengunjung kedai tersebut adalah para orang tua yang cukup berumur, mungkin saja mereka pelanggan setia.
Alora menarik nafas pelan. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas saat melihat tumpukan piring yang sudah rapih di hadapannya. Ia melirik cermin yang ada di sana, terlihat bekas cekikan Aston yang masih memerah di sekitar lehernya.
“Hampir nyawa saya melayang sia-sia. Saya hanya boleh mati jika sudah menorehkan kesan baik dalam hidup saya ... juga menemukan keluarga saya.” Alora berucap lirih.
“Lady Alora, kemarilah,” panggil Pak Tua dari arah depan.
“Saya datang,” sahut Alora. Wanita itu segera bergegas mendekati atasannya.
Pak Tua tersenyum. “Waktunya makan siang, Lady. Pilihlah lauk anda sesuka hati,” ucapnya menyodorkan nampan yang berisi Roti bakar dan Sup sapi pedas di dalamnya.
Kedua mata Alora berbinar. Ia menerima nampan itu dengan antusias.
“Ini terlihat sangat menggugah selera! Terima kasih, Sir.” Alora menundukkan kepalanya sekilas.
Pak tua tersenyum lebar. Tangannya terulur menepuk pelan bahu Alora.
“Selamat menikmati, Lady Alora. Jika anda ingin menambah, silahkan ambil saja. Saya akan pulang dulu sebentar. Istri saya pasti merasa lapar.”
“Baik, Sir. Percayakan kedai ini pada saya. Sampaikan salam saya pada istri anda.”
Pemilik kedai itu mengangguk lalu berjalan keluar kedai dengan menenteng rantang susun ditangannya.
Alora memilih duduk di meja pelanggan. Matanya menatap lapar menu yang ada di hadapannya dan mulai memakan Roti bakar tersebut. Wanita itu memberi perhatian penuh pada makanannya, sampai tak menyadari ada sepasang mata yang memperhatikannya di meja seberang.
'Ekhem', deheman keras berhasil menghentikan gerakan mulut Alora yang sedang mengunyah. Ia menoleh ke samping.
“Selamat siang, Lady. Apa anda tahu dimana pemilik kedai ini?” tanya pria dengan kain hitam yang menutupi setengah wajahnya.
Alora menelan makanannya dan menyambar segelas air putih di samping nampannya.
“Siang, Sir. Pemilik kedai ini mempunyai urusan beberapa waktu kedepan. Apa anda mempunyai janji dengan beliau?” Alora bertanya balik setelah menenggak minumnya.
“Ah, tidak. Hanya saja, saya ingin memesan teh herbal buatannya.”
“Saya pegawai kedai ini. Mungkin teh buatan saya tidak senikmat buatan tuan saya. Apa anda tertarik untuk mencoba teh buatan saya, atau tetap ingin menunggu tuan saya kembali?” ujar Alora menawarkan.
Senyuman manis terpatri dibalik kain hitam itu.
“Saya pecinta teh. Sebuah kesempatan berharga bisa menyicipi teh dari berbagai racikan tangan.”
Alora tersenyum kecil. Wanita itu merasa senang mendapatkan pelanggan dengan tutur kata yang sopan, ditambah sepertinya pria itu masih muda.
“Baik, mohon tunggu sebentar.” Alora berkata sopan dan berlari ke arah dapur.
Pria dengan kain hitam itu melirik nampan makan siang Alora. Kekehan pelan keluar dari bibirnya saat Roti bakar wanita itu masih tersisa tiga gigitan lagi.
“Ia sangat lahap sekali. Sepertinya saya datang diwaktu yang kurang tepat,” gumam pria itu.
Matanya beralih menatap wanita yang sedang berjalan ke arahnya. Ia menegakkan tubuhnya.
“Maaf membuat anda menunggu lama. Silahkan mencoba.”
Alora menyuguhkan teh yang masih mengepul ke hadapan pelanggannya.
“Terima kasih, Lady.”
Pria itu meniup pelan teh buatan Alora dan menyesapnya. Beberapa detik berlalu, Alora menatap pelanggan misteriusnya itu intens, ia sangat penasaran dengan respon yang akan diberikan terhadap teh hasil racikannya.
Manik biru terang itu melirik Alora. Ia menaruh gelas tehnya ke atas meja dengan perlahan.
“Teh ini sudah terasa enak, tapi seperti ada sesuatu yang kurang di dalamnya. Bisa anda sebutkan bahan-bahan yang anda gunakan?” pinta pria itu.
Alora mengangguk. “Daun teh, gula batu, dan kayu manis. Saya sedikit menambahkan perasan lemon untuk menambah kesegaran.”
“Mmm ... racikan yang cukup cerdas. Karena cuaca daerah ini cukup dingin, sebaiknya anda tambahkan juga rempah-rempah yang dapat menghangatkan tubuh, seperti jahe dan daun mint.”
Alora mengerutkan keningnya. “Jahe? Bukankah itu akan membuat teh terasa pahit?” tanya Alora.
Pria itu tertawa kecil. “Benar. Menambahkan jahe memang akan membuat teh terasa pahit, jika anda memasukkan banyak jahe.” Pria itu meminum teh buatan Alora hingga tandas.