WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #19

Bab XIX

Jovian melirik Alora dan mendekati wanita yang sedang menundukkan wajah dengan tangan yang memijat pelipisnya.

“Lady Alora, jika anda merasa tidak enak badan, berisitirahatlah terlebih dahulu. Saya akan membantu anda untuk berbicara dengan kepala pelayan Istana Douglas.”

Alora menggeleng. “Saya baik-baik saja, Pangeran Mahkota.”

“Anda tidak terlihat demikian, Lady.” Ozias menimpali. “Mari saya antar. Kesehatan pelayan dari luar Douglas merupakan kewajiban saya, jadi anda tidak perlu sungkan.”

Alora melirik Aston yang menganggukkan kepalanya, tanda menyetujui ajakan tersebut.

“Tapi saya harus bekerja. Pelayan lain akan kewalahan jika saya beristirahat saat ini.” Alora berucap tak enak hati pada rekannya yang lain.

Ozias tersenyum tipis. “Tidak masalah, mereka sudah terlatih. Pesta ini akan berlangsung selama dua hari, anda tidak perlu khawatir akan ketinggalan tugas. Anda bisa bertukar giliran dengan pelayan yang lain. Dengan begitu, istirahat anda menjadi tenang.”

“Upah anda tak akan kami potong, Lady. Saya yang akan memastikannya,” ucap wanita muda berparas imut. Dia adalah adik perempuan Ozias, putri Republik Douglas.

Alora terkekeh lalu mengangguk, menyetujui.

“Terima kasih atas tawaran kalian, Pangeran Mahkota dan Pangeran Ozias, tetapi saya akan pergi sendiri saja. Permisi.”

Setelah berkata seperti itu, Alora mendorong trolinya dan pergi dari tengah-tengah kalangan atas itu. Ketika melewati Aston, pria itu memberikan secarik kertas pada telapak tangan Alora tanpa sepengatahuan orang-orang yang ada di sana. Dengan tenang Alora melewati Ellys dan dua rekannya dengan wajah datar.

Ellys menoleh ke arah Aston. Wanita itu tersenyum kecil dan mendekati Aston.

“Pangeran Aston, maaf atas perdebatan tadi. Duke Avio dan Lady Anne tidak bermaksud berkata demikian. Mereka hanya mencoba membela saya sebagai teman,” ucap Ellys dengan suara lembut khasnya.

“Saya tidak peduli.” Aston berkata acuh tak acuh. Ia berjalan menjauh tanpa melirik Ellys sedikit pun.

Jovian yang memperhatikan sikap tak sopan adiknya menghela nafas berat. Tepukan pelan dari Ozias pada bahunya membuat pangeran Verbena itu menoleh.

“Sabar, Pangeran Mahkota. Pangeran Aston pasti butuh waktu untuk menerima keputusan Raja Wilder.”

Jovian mengangguk. “Anak itu benar-benar berwatak keras. Sepertinya hanya Lady Alora yang bisa berbicara dengan Aston.”

Hm, wanita itu mempunyai pesona yang unik,” gumam Ozias tersenyum penuh arti.

Masih di dalam Aula, tepatnya di lantai atas Aula Istana, terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang berdiri menyaksikan momen menegangkan tadi sedari awal.

Mahkota emas dengan permata merah terpasang indah di atas kepalanya. Mata birunya melirik pria yang selalu setia mengawalnya.

“Cari tahu tentang pelayan rendahan itu. Saya tidak akan membiarkan kedua putra saya tergoda oleh wanita tak bermartabat. Jangan sampai Aston membatalkan perjodohannya dengan Putri Ellys karena pelayan itu. Jika keadaan sudah tidak kondusif, saya ingin nyawa wanita itu,” titahnya dingin.

Lihat selengkapnya