WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #21

XXI

Dentingan alat makan yang saling beradu terdengar menggema di ruangan megah bernuansa putih bercorak emas itu. Tirai yang bergerak-gerak menandakan badai akan segera datang, menghantarkan rasa dingin yang cukup melucuti kehangatan tubuh. Cuaca mengerikan di luar sana tidak mengganggu sekelompok elite yang kini bercengkrama anggun di dalam ruang makan Istana Douglas.

Saling melemparkan canda dan tawa dengan dibalut oleh kata-kata yang mereka sebut tata krama, dan rasa santun. Terlihat beberapa pelayan berjalan mengelilingi meja panjang tersebut. Sebuah nampan lengkap dengan menu berwarna cantik yang koki kerajaan buat, mengartikan waktu menyantap hidangan penutup telah tiba.

Tiga keluarga bangsawan yang tersohor di benua itu nampaknya sedang terlibat topik politik yang terdengar asing bagi orang awam. Namun, pria dengan mantel hitam besar dan lencana berbentuk bunga Verbena yang terpasang rapih di kedua bahunya itu terlihat enggan bergabung dengan pembahasan seru dalam bidangnya itu. Dessert dengan lelehan coklat pada piringnya menjadi titik fokus kedua netra hitamnya.

Raja Verbena; Wilder Brodwieck, melirik putra bungsunya saat ia tak mendengar sepatah kata pun yang pria itu ucapkan sejak datang ke meja makan. Ia berdehem singkat.

“Pangeran Aston, bagaimana pendapat anda tentang usulan Putri Ellys?” tanya pria paruh baya itu.

Aston mendongak, melihat tatapan keluarga Ozias dan keluarga Ellys yang menatapnya penasaran. Aston melirik Ellys sekilas, dan kembali menyantap dessertnya.

“Hm, not bad.” Aston berkata acuh tak acuh. Jika boleh jujur, ia tak tahu apa yang Ellys usulkan.

Lista, sang Ibu menyenggol kaki Aston. Tanda peringatan dari manik biru terangnya Aston dapatkan.

Decakan kecil dari bibir Aston terdengar. Pria itu kembali mendongak.

“Pendapat putri Leighton tidak terlalu buruk, Ayahanda.”

“Putri Leighton? Dia memiliki nama, Pangeran Aston. Berbicaralah dengan sopan,” timpal Wilder tajam.

“Saya tidak tahu nama wanita itu dan tidak tertarik mengetahuinya.”

Tubuh Ellys menegang saat menangkap tatapan kebencian dari sorot mata Aston. Ia melirik ayahnya, berharap pria paruh baya itu melakukan sesuatu.

Roman, Raja Leighton mengangguk. Dengan sengaja pisau dan garpu yang ada di genggamannya ia taruh dengar kasar, hingga terdengar dentingan keras antara benda besi dan lapisan porselen itu. Deheman berat dilakukannya tat kala ia menjadi pusat perhatian.

“Pangeran Aston, anda bagai merendahkan kedudukan putri saya. Anda akan terkena dakwaan atas tindakan tersebut.” Roman memperingati.

“Tidak apa, Ayah. Mungkin pangeran terlalu banyak pikiran hingga melupakan nama saya. Persoalan kecil tak perlu dibuat rumit. Bukankah hubungan kami pernah lengket ketika kecil? Kenangan masa kecil pasti akan kembali menuntun ingatan Pangeran Aston dan saya untuk kembali bersama.”

Mendengar ucapan Ellys, Aston terkekeh remeh. Potongan terakhir dari dessert coklatnya ia lahap sebelum menjawab perkataan putri Leighton itu.

Lihat selengkapnya