WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #26

XXVI

Avio melangkah maju, mendongak tajam pada Aston.

“Saya mengetahui segalanya tentang anda, Pangeran Aston. Hampir sepuluh tahun kita dekat, mustahil jika—”

“Mustahil jika anda tahu semua,” sambar Aston. Iris hitamnya menatap Avio angkuh. “Keluarga saya saja tidak tahu menahu tentang hidup saya, apalagi anda. Orang asing.” Aston tersenyum tipis saat Avio terintimidasi oleh dirinya.

“Bukan urusan anda untuk mengetahui hidup saya.” Ia menoleh ke arah Rayn. “Pergi,” titahnya tajam.

Rayn mengangguk. “Terima kasih, Pangeran Aston.”

“Saya tidak pernah menolong orang tanpa syarat, Rayn.” Aston berbisik rendah.

“Dimengerti, Pangeran,” balas Rayn ikut berbisik. Ia melirik Avio sekilas lalu melangkah pergi dari tempat itu.


⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍ ◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍


“Rupanya anda benaran sudah berubah, ya,” kata Avio terkekeh, mengejek pria bersurai hitam itu.

Aston ikut terkekeh, dan dengan waktu singkat ekspresinya berubah datar.

“Tidak juga. Saya masih sama seperti dulu. Jadi jangan coba-coba menguji saya.”

“Sayang sekali keinginan anda bertentangan dengan kehendak saya.”

Tcih! Persetan dengan kehendak itu, saya tidak peduli.”

“Pangeran Aston, Duke Avio, sedang apa di sana?”

Kedua sejoli yang sedang berdebat itu menoleh bersamaan setelah mendengar suara lembut dan anggun dari wanita yang berdiri tak jauh dari tempat mereka. Terlihat dua pelayan yang mengikuti wanita tersebut di kedua sisinya.

Avio tersenyum. Ia menundukkan kepalanya, sebagai salam hormat.

“Selamat malam, Putri Ellys. Kami hanya berbincang ringan setelah sekian lama tak bertukar cerita,” alibinya.

Melihat Ellys yang melangkah mendekat, Aston memutar bola matanya malas. Kini suasana hatinya memburuk seiring jarak Ellys yang semakin dekat. Netranya tak sengaja menangkap sang kakak yang berjalan berlawanan arah, dengan seorang pria timur yang sedang berbincang seru. Mereka sepertinya teman akrab.

Aston melirik Ellys, senyuman manis selalu tergambar indah di wajahnya. Putri Leighton itu sedikit mengangkat ujung gaunnya dan melakukan curtsey dengan anggun.

“Selamat malam, Pangeran Aston. Senang bisa bertemu dengan Pangeran di tempat yang indah ini,” sapa Ellys lemah lembut. Wanita bergaun biru tua itu memperhatikan penampilan Aston. “Sepertinya anda sangat menikmati pertunjukan teater, sampai-sampai lupa mengganti pakaian.” Ellys tersenyum tipis, bermaksud melemparkan gurauan pada Aston.

Aston mendengus sinis. “Malam, Putri Leighton. Tempat ini indah sebelum anda berada di sini, artinya saya tidak menyukai kehadiran anda di sekitar saya. Dan, saya tidak menikmati pertunjukan omong kosong kalian, karena ada hal lebih nikmat yang menarik perhatian saya. Selamat tinggal, semoga kita tak berpapasan lagi.”

Setelah mengatakan kalimat tidak mengenakkan itu, Aston melenggang pergi dan meninggalkan kedua sejoli yang terkejut dengan ucapannya. Mereka memperhatikan pria bermantel hitam tersebut yang kini bercakap-cakap dengan Jovian dan pangeran dari suku Arab itu.

Ellys menatap kesal punggung Aston. Dengan perasaan dongkol ia membalikkan tubuhnya dan pergi dari sana, meninggalkan Avio sendiri.

“Pertunjukan teater itu jelas tidak semenarik kegiatan Pangeran Aston,” gumam Avio. Pria itu melanjutkan langkahnya.


⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍ ◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍ ◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍


Setelah terlepas dari hadangan Avio, kini Rayn kembali meneruskan pencariannya. Pria itu mendesah lelah. Merasa tak menemukan Alora dimana pun, ia memilih berhenti sejenak. Rayn menyandarkan tubuhnya ke pintu bangunan tua yang ada di sana, tempat para penjaga gerbang.

“Dimana kau, Alora?” gumamnya khawatir.

“Rayn?”

Lihat selengkapnya