Investigasi gabungan antara pemerintah daerah dan pusat kini sedang berlangsung dengan ketat. Terlihat puluhan Anjing pelacak dan prajurit berlalu lalang. Garis panjang membentang lebar sepanjang lingkungan kediaman Chopper. Warga yang tinggal dekat dengan tempat kejadian perkara dialokasikan untuk sementara ke ibukota agar tidak mengganggu proses penyelidikan. Sama halnya dengan kediaman Rostlet yang hanya tersisa kerangka dan puing-puing, di sana pun investigasi sedang dilakukan.
Di dalam garis yang memutari rumah Chopper, nampak sekelompok bangsawan sedang berdiskusi serius, mengitari meja berukuran kecil dengan beberapa barang bukti yang masih misterius di atasnya.
Ozias yang diundang langsung oleh Jovian untuk bergabung dalam kasus ini memperhatikan belati di hadapannya. Nampak kerutan halus pada keningnya.
“Belati ini berasal dari kerajaan Leighton,” ujarnya berasumsi.
“Mengapa?” Jovian bertanya.
Avio menunjuk gagang belati tersebut. “Ukirannya. Relief ini merupakan ciri khas para pengrajin Leighton. Biasanya mereka memberikan beberapa tanda khusus pada setiap senjata yang mereka buat. Karena itulah senjata yang berasal dari Leighton lebih mudah dikenali.”
Mendengar penjelasan Avio, Ozias mengangguk membenarkan. “Benar, Duke Avio. Selain itu kerajaan Leighton adalah pemasok bahan baku pembuatan senjata, bahkan saya dengar hal tersebut menjadi salah satu penghasilan terbesarnya setelah penjualan rempah-rempah dan bibit parfum. Jadi kemungkinan besar belati ini milik penduduk Leighton.” Ozias menimpali. Pangeran Douglas itu menyesap pelan Sampanye miliknya.
“Jadi pelaku pembunuhan keluarga Chopper adalah salah satu penduduk kerajaan Leighton?” Luke ikut bertanya. Perannya yang sebagai pemimpin prajurit keamanan Republik Verbena membawa ia untuk ikut menyelami kasus penting ini.
Ozias menoleh dan tersenyum tipis. “Belum bisa dipastikan, Sir Luke. Mungkin saja si pelaku membeli benda ini dari kerajaan Leighton.”
“Yang pasti biadab ini dari kalangan bangsawan.”
Seruan dingin itu membuat atensi keempat insan yang sedang berdiskusi teralihkan. Mata bak elangnya menatap tajam sekelompok elite di depan sana. Setelah ia berdiri berdampingan dengan sang kakak, tangannya merogoh saku celananya dan melemparkan potongan kain ke tengah meja.
“Apa maksud anda, Pangeran Aston?” Avio mengerutkan keningnya, kebingungan.
Aston menunjuk kumpulan barang bukti dengan dagunya. “Belati sialan itu memiliki harga yang sangat tinggi, dan penjahat kelas rendahan tak mungkin memakai pakaian yang bahkan harga dirinya pun tidak mampu membayar jenis kain tersebut. Seseorang dengan relasi luas dan memiliki naungan kuatlah yang menyebabkan kekacauan ini,” ujar Aston menatap Avio tajam.
Menyadari tatapan Aston, pria bersurai merah itu menaikkan sebelah alisnya. Netranya turun memperhatikan leher Aston yang dililit kain kasa lalu kembali fokus dengan percakapan.
“Darimana kain ini anda dapatkan, Pangeran Aston?” tanya sang kakak, Jovian.
“Jasad Rostlet. Saya mendapatkannya dari saku kemeja pria itu. Rostlet sepertinya sengaja menyobek pakaian si pelaku untuk meninggalkan petunjuk.”
“Hm, atau si pelaku sengaja meninggalkan jejaknya.”
Aston menaikkan salah satu alisnya. “Pardon? ”