WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #38

XXXVIII

Gemuruh angin yang bersatu dengan kilatan halilintar yang datang dari wilayah Douglas menuju Verbena membuat penduduk Republik dengan julukan 'Sang Kebijaksanaan', memilih mengunci rapat-rapat tempat tinggalnya. Kegiatan sosial maupun aktivitas di luar ruangan terpaksa harus ditunda demi keselamatan para anggotanya. Rakyat Verbena yang sudah terbiasa dengan perubahan cuaca wilayahnya yang cukup ekstrem itu sudah mewanti-wanti peristiwa tersebut.

Hal tersebut dikarenakan wilayah ini terletak di antara dua massa udara yang berbeda, yakni massa udara tropis dan massa udara kutub. Perbedaan ini menyebabkan cuaca yang tidak stabil juga berpotensi menyebabkan bencana alam seperti badai atau pun tornado, layaknya yang sedang terjadi saat ini.

Di tengah kekacauan tersebut, seorang pria bermantel hitam berdiri tenang di atas tebing dengan seekor Burung hantu berbulu putih yang bertengger manis pada bahunya. Manik hitam keduanya terpaku dengan pusaran angin kencang yang membawa butiran salju dan banyak benda di bawah sana. Pepohonan dan air sungai ikut mengacau kala tornado itu melewatinya.

Mantel yang dibuat dengan kain dan aksesoris berharga tinggi itu berkibar tat kala hembusan badai menerpa. Burung hantu putih itu pun ikut mengepakkan sayap indahnya, bagai mencoba menghalau debu yang mengenai pria yang dihinggapinya.

Seruan hewan ternak para warga terdengar, lolongan Anjing dan Burung yang berterbangan kesana kemari menjadi pemandangan lain pada awan hitam Republik Verbena.

Pria itu hanya diam memperhatikan dan menikmati peristiwa alam yang tengah menyerang wilayah kekuasaan orang tuanya. Baginya, kekacauan alam tersebut seperti mencerminkan perasaannya saat ini. Setelah melontarkan kalimat yang membuat sang kakak membisu, Aston melangkahkan kakinya menuju rumah pohon yang dahulu sering dikunjunginya saat tinggal di kediaman Alora. Perdebatannya dengan Jovian membuat Aston memilih mengasingkan diri dari ramainya tempat investigasi kediaman keluarga Chopper.

“Badai akan usai, Burung terbang akan hinggap, lolongan Anjing akan berhenti, awan gelap akan terusir oleh terangnya mentari. Semuanya akan berganti dengan mudah, tetapi tidak dengan luka hati yang menganga,” monolog Aston. Ia tersenyum miris. “Anda tak pernah memahami saya sama sekali, Jovian. Saat kecil mau pun sekarang. Dahulu saya begitu naif, dengan rela selalu mengalah dalam hal apa pun. Saya selalu berpikir anda adalah sosok figur yang sepatutnya saya banggakan dan ikuti. Namun, sejak Ayahanda mengirim saya ke Akademi—saya menyadari semuanya.”

Aston terkekeh rendah. Jemarinya terulur mengusap Burung hantu putih yang masih mengepak kencang, bermaksud menenangkan makhluk tersebut.

“Tenanglah, Tuan penghuni rumah pohon. Saya sudah terbiasa dengan situasi seperti ini. Tidak ada debu yang berani mendekati saya, selain wanita yang masih terbaring antara hidup dan mati di bawah sana,” ucap Aston menenangkan peliharaan Alora.

Mengerti perkataan teman sang tuan, Burung hantu itu kembali bertengger tenang. Mata bulatnya terpejam, merasa rindu akan kehadiran Alora di sisinya.

Kedua makhluk Tuhan itu kini sama-sama terdiam, menyaksikan badai salju yang datang dari Douglas hingga badai itu menghilang di dermaga sana. Tatapan Aston kini beralih pada pergelangan tangannya, melihat arloji berlapis emas yang melingkar. Salah satu alisnya terangkat tat kala mengetahui durasi badai tersebut.

“Kurang dari Tiga puluh menit. Ini aneh. Badai salju Douglas biasanya berlangsung sekitar Satu jam, tetapi kenapa—”

Duarr! Perkataan Aston terhenti saat dentuman yang memekakkan telinga terdengar dari arah dermaga. Keningnya mengerut dalam ketika asap pekat mengudara, bersatu dengan awan gelap pengiring badai. Pangeran Verbena itu dengan cepat menaiki rumah pohon dan menyambar sebuah Binokular¹ yang menggantung di sana. Mungkin pemilik Burung hantu itu sengaja meninggalkannya, pikir Aston.

Damn,” umpat Aston tat kala melihat pemandangan di ujung dermaga.

Sebuah kapal dengan lambang Bunga Verbena nampak hancur lebur, mengotori perairan dengan muatan kapal yang terapung. Kilapan yang terlihat dari salah satu peti yang perlahan mulai tenggelam membuat bibir Aston tersenyum lebar.

Ah, Verbena akan mengalami kerugian yang cukup besar. Pekerjaan tambahan untuk keluarga Luther dan Jovian.” Aston bergumam pelan setelah mengetahui kapal tersebut berisi ribuan gram emas dan berlian. Sepertinya kapal itu akan mengantarkan pesanan ke benua lain setelah badai usai, namun sangat disayangkan Tuhan menginginkan hasil tambang itu tenggelam bersama bencananya.

Keluarga Luther sebagai menteri yang bertanggung dengan kegiatan ekspor-impor Republik Verbena dan Jovian sebagai pangeran mahkota akan disibukkan dengan hal tersebut. Hal ini juga akan menyebabkan terbaginya fokus Jovian yang tengah menangani kasus pembunuhan berencana keluarga Chopper dan Rostlet.

Lihat selengkapnya