WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #43

XLIII

Deburan ombak yang memanjakan mata nampak indah di pesisir itu. Namun hangatnya sinar surya di ufuk barat tidak mampu melawan dinginnya udara yang hampir membeku.

Dibanding duduk di dalam ruangan hangat dan nyaman, sepasang bangsawan muda itu memilih menyibukkan diri di luar ruangan, menyatu dengan suhu Republik Verbena yang menusuk kulit.

“Putri Ellys, tidak seharusnya anda berjalan-jalan pada cuaca seperti ini. Verbena berbeda dengan Leighton yang cenderung hangat.” Jovian berkata sopan, melihat wajah di sampingnya sekilas.

Ellys tersenyum kecil. Iris hijaunya menatap pantulan matahari yang akan tenggelam di ujung sana.

“Perkataan anda sepenuhnya benar, Pangeran Mahkota Jovian. Namun saya tidak ingin terkungkung dalam kebosanan bila hanya berdiam diri di Istana. Terlebih alasan saya kemari tidak hanya sekedar menikmati perjamuan istimewa dari Ratu Lista dan Raja Wilder yang agung, namun untuk membangun bisnis sederhana yang akan melibatkan banyak pihak,” ucap Ellys lembut.

“Bisnis sederhana? Sepertinya rumor yang berkata putri Leighton memiliki sikap rendah hati benar adanya.”

Ellys tertawa kecil mendengar respon Jovian. Wanita dengan sarung tangan hitam itu menoleh, memperhatikan pria bersurai blonde yang tengah menemaninya.

“Rumor hanya pemanis percakapan saja, Pangeran Mahkota. Sebagian besar diantaranya bahkan tidak memilki makna.”

Jovian balik menatap Ellys, membenarkan kalimat wanita itu.

“Benar. Tetapi melalui rumor juga sebuah informasi tersebar dengan cepat. Karena itulah sebagai pihak penerima, ada baiknya kita bijak dalam mengelola dan memilah informasi baru, agar tak ada kekeliruan yang tersampaikan saat kita menjadi pihak penyebar,” nasehat Jovian dengan senyuman khasnya.

“Andai saja semua orang memilki pemikiran seperti anda, mungkin jeruji besi menangis karena kesepian.”

Jovian dan Ellys tertawa bersama. Setelahnya hanya keheningan yang terasa, mendengarkan suara Burung camar dan menikmati hembusan angin pantai yang menerpa.

Beberapa waktu saling terbungkam, tak terasa semburat jingga itu mulai pudar perlahan, digantikan rona merah yang menemani langit gelap yang akan mengambil alih.

Pria dengan gelar Pangeran Mahkota itu melirik Ellys yang terlihat mengeratkan mantel tebalnya, mencoba melawan rasa dingin yang menembus. Jovian menarik nafas singkat dan membuka mantelnya, menyampirkan pada bahu kecil Ellys.

Sontak wanita itu berjengkit kaget, terdiam menatap bingung pria di sampingnya. Ia menggeleng pelan, berniat mengembalikan pakaian hangat itu namun terhenti saat si pemilik menginterupsinya.

“Biarkan, Putri Ellys. Saya sudah terbiasa dengan cuaca ini, sementara anda belum terbiasa.”

Ellys terdiam, tersenyum kikuk dan mengangguk.

“Terima kasih banyak, Pangeran Mahkota Jovian. Maaf merepotkan anda. Saya akan berusaha untuk cepat beradaptasi dengan cuaca Verbena.”

Jovian mengangguk, “Tidak perlu terburu-buru, Putri. Saya yakin anda wanita yang cepat beradaptasi.” Manik birunya menyipit kecil. “Mari kembali ke Istana. Saya pastikan Ibunda tengah mengkhawatirkan anda. Pelayan anda pun nampak tak nyaman dengan rasa dingin ini,” ucap Jovian menoleh pada pelayan pribadi Ellys yang berdiri tak jauh dari posisinya bersama Luke di sampingnya.

Lihat selengkapnya