“Your Royal Highness, bagaimana bisa anda mengetahui tempat seperti ini?” bisik pria bertubuh gempal memperhatikan sekelilingnya.
Jovian menuangkan sebuah Mulled Ale¹ ke dalam Tankard² kayu kecil dan menyesapnya perlahan, menghantarkan rasa hangat dan pedas yang menyapa tenggorokan hingga perutnya. Manik birunya ikut memperhatikan sekeliling, melihat beberapa kumpulan pria yang tengah bermain poker atau hanya sekedar berbincang seperti dirinya.
Jovian tersenyum tipis. “Saya calon penguasa Verbena, apakah salah jika mengetahui berbagai sudut wilayah kekuasaan saya?”
Pria bertubuh gempal menggeleng kikuk, meminum Mulled Ale-nya.
“Tempat ini milik kenalan saya. Anda tidak perlu terheran dengan reaksi mereka yang nampak kurang ajar. Setiap yang menginjakkan kaki di dalam bangunan ini, mereka terlepas dari tingkatan sosial sementara. Tak perduli setinggi apa pun kedudukannya, di sini akan diperlakukan sama rata.” Jovian menyesap minumannya. “Kami menyebutnya 'Surga kesetaraan'.”
“Jadi saya diizinkan bersikap lancang kepada anda?”
Sontak Jovian menatap tajam pria di hadapannya. “Jika anda berniat tinggal di tempat ini selamanya, silahkan saja.”
Pria bertubuh gempal tertawa kecil dan menggeleng. Tangannya kembali mempertemukan sisi Tankard pada bibirnya, menenggak minuman hangat khas tempat tersebut.
“Pangeran Mahkota, sesuai perintah anda, saya mengawasi Lady Alora secara diam-diam beberapa waktu terakhir. Satu hari sebelum peristiwa pembunuhan itu saya tak sengaja melihat salah satu korban berinteraksi dengan anggota kerajaan Republik ini,” ujar pria bertubuh gempal memulai percakapan. Matanya memperhatikan perubahan ekspresi Jovian.
“Terdapat Empat korban di waktu bersamaan. Korban mana yang anda maksud?”
“Baron dengan kekayaan tersembunyi yang akan diwariskan pada wanita tak beridentitas itu.”
Alis Jovian terangkat sebelah, “Rostlet memiliki kekayaan tersembunyi?”
“Sebuah tempat tinggal di tepian laut hangat Leighton dan 10.000 koin emas pada rekening mendiang istrinya yang sudah dipindah tangankan atas nama Alora Serye.” Pria bertubuh gempal itu mengeluarkan gulungan kertas dari saku jaketnya dan menaruh di atas meja. “500 koin perak dan 5 juta sen pada rekening pribadinya,” lanjutnya. Ia menenggak minuman dan menyandarkan punggungnya.
Sementara Jovian, pria itu tengah membaca salinan daftar kekayaan Rostlet yang tidak tercatat pada Verbena, tetapi terdaftar secara legal pada Leighton atas nama Alora Serye Pasha, nama lengkap Alora yang baru diketahuinya detik itu. Maniknya melirik pria di hadapannya sekilas dan kembali meneliti kertas ditangannya.
“Darimana anda mengetahui nominal rekening pribadi Rostlet ketika didalam kertas ini tak tercantum jumlah kekayaan Baron itu di Bank Verbena?” tanya Jovian menaikkan sebelah alisnya.
Pria bertubuh gempal menyunggingkan senyum miring. “Kertas ditangan anda memberitahu semuanya.”
Kening Jovian mengerut dalam. Ia membolak-balikkan kertas digenggamnya dan disambut dengan kekehan pelan dari bawahannya.
Jovian berdecak, meneliti struktur kertas tersebut dan tersenyum tipis kala ia menemukan kertas yang sedikit terlipat pada sudutnya.