WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #45

XLV

Melodi lembut mengalun sopan pada telinga para penikmatnya. Beberapa pelayan nampak sibuk menyajikan banyak kudapan di atas meja panjang berlapis emas, melayani anggota kerajaan yang tengah berbincang hangat. Sebuah perayaan kecil untuk penyambutan sang tamu spesial.

“Mari bersulang untuk kedatangan Putri Ellys!” seru Lista mengangkat gelas Sampanyenya, segera disambut baik oleh anggota kerajaan yang lain.

Dentingan gelas terdengar. Para bangsawan itu menyesap minumannya dengan anggun sebelum kembali berbincang.

Ozias yang duduk berseberangan dengan Ellys menatap wanita itu dalam diam, memperhatikan perubahan ekspresi yang dibuatnya. Sudut bibirnya tertarik kecil kala iris keduanya bertubrukan.

“Putri Ellys, saya dengar anda akan mengembangkan bisnis hingga ke Verbena. Apa itu benar?” tanya Ozias.

Ellys tersenyum anggun. “Masih ditahap perencanaan, Pangeran Ozias. Jadi apa yang anda dengar tidak sepenuhnya salah.”

“Jika boleh tahu, bisnis apa yang akan anda pilih untuk dibawa ke Verbena, Putri Ellys?” Avio ikut bertanya setelah menelan anggurnya.

“Saya berencana membawa kesuksesan pabrik parfum kami ke Republik ini. Penduduk Verbena sangat kreatif, dan saya yakin mampu mengembangkan potensi tersembunyi mereka,” ujar Ellys masih dengan senyuman manis.

“Sungguh niat yang layak dipuji. Terima kasih sudah memberikan banyak perhatian kepada penduduk Verbena, Putri Ellys. Tidak banyak orang pintar di Republik ini.” Wilder berkata pelan.

“Anda salah satunya,” sahut Aston cepat. Ia tersenyum miring ketika mendapat tatapan tajam dari sang ayah. Pria itu menyesap Sampanyenya.

“Aston,” peringat Lista. “Bersikap layaknya seorang pangeran terhormat.”

Pria bersurai hitam itu berdecak pelan saat Jovian menyentuh ujung sepatunya di bawah meja.

“Maaf, Ayahanda. Putra bungsu anda terlalu jujur dalam menyampaikan perasaan.”

Mendengar perkataan Aston, Lista mengeraskan rahangnya. Wanita paruh baya itu berniat berdiri, namun cepat-cepat pergelangannya digenggam Wilder. Pria paruh baya itu menggeleng pelan ke arah istrinya dan menatap sang putra bungsu.

“Kejujuran adalah hal baik, semua orang mengetahui itu. Namun adakalanya menahan kejujuran agar tidak terucap, lebih baik daripada mengungkapkan dengan tujuan menyinggung.” Wilder berkata tenang. Ia kembali menikmati kudapannya.

Nampak kening Aston bergelombang. Pria bersurai hitam itu terkekeh remeh. “Menyinggung? Saya bukan Ozias yang selalu menaruh makna tersembunyi dalam setiap kalimatnya, bukan pula Jovian yang sangat berhati-hati dengan perkataannya. Saya Aston, pria yang membenci kata tanpa makna. Perkataan saya beberapa waktu lalu bukan sebuah singgungan melainkan kejelasan,” ucapnya menatap mata sang ayah. “Perjamuan ini nampak seperti pesta omong kosong. Benar, Putri Leighton?” tanya Aston dengan senyum sinisnya.

Mendapat pertanyaan tiba-tiba dari Aston, seketika Ellys menegakkan punggungnya. Wanita itu menarik sudut bibirnya kaku dan menggeleng pelan.

“Ini bukan sebuah pesta, Pangeran Aston. Hanya makan malam biasa.”

“Saya tidak berpikir demikian,” sergah Aston cepat.

Lihat selengkapnya