WHITE OWL The Wisdom and Knowledge

Ayesha
Chapter #49

XLIX

“Lepaskan pakaian saya.”

“Apa?!” Lagi dan lagi Alora membulatkan matanya.

Jovian tersenyum tipis, sangat tipis. “Lakukan tugas anda sebagai pelayan dengan baik, Lady. Lepaskan pakaian saya,” kata Jovian mengulangi kalimatnya.

Alora menatap Jovian dengan skeptis. Benaknya bertanya-tanya tentang tugas para pelayan Verbena yang sebenarnya. Apakah benar seperti itu atau Jovian hanya bermain-main dengan dirinya? Jika pun benar, berarti Jovian mengetahui penyamarannya!

“Anda tidak memahami perintah saya?” Jovian bertanya lagi.

Alora berdehem. “Baiklah, Your royal highness.”

Jemari lentik itu mulai terangkat, menyentuh satu persatu benda bulat kecil yang mengunci tumpukan benang mewah yang melekat pada tubuh atletis itu. Sesekali Alora menaikkan tatapannya, yang naasnya langsung bertabrakan dengan iris biru Jovian.

Beberapa kali benaknya mencoba untuk mengalihkan fokus, menghindari kecurigaan Jovian dengan tingkahnya yang aneh. Hingga tak terasa ia sampai pada kancing terakhir kemeja Jovian, memperlihatkan susunan otot tubuh pria itu yang tampak padat dan kuat. Alora terdiam beberapa menit sebelum akhirnya melangkah mundur, membuat jarak antara dia dan Jovian.

“Tugas saya sudah selesai. Bisakah saya pergi?” Alora berkata sopan.

“Anda belum melepaskan pakaian bawah saya.”

Wanita dengan surai coklat itu lagi-lagi membulatkan matanya, tak habis pikir dengan tingkah Jovian. Ia semakin yakin Jovian tengah mengerjainya.

Pardon me, Your royal highness, nampaknya anda mampu melakukannya sendiri. Saya menghormati privasi anda,” ujarnya dengan kepala tertunduk.

Jovian tertawa renyah. Ia menyentuh bahu Alora, memijatnya singkat.

“Kali ini saya hargai keputusan anda.” Pria bersurai blonde itu mendekatkan bibirnya pada sisi wajah Alora dan berbisik rendah. “I know who you are, Lady Tea. Berhenti berpura-pura bodoh. Anda tidak pantas dengan sikap lugu ini.”

‘Lady Tea?’ benak Alora mengulang panggilan pria di hadapannya. “Who's Lady Tea? ” tanya Alora.

Pria dengan gelar putra mahkota itu tersenyum tipis. Ia menjauhkan wajahnya dari Alora dan melangkah masuk ke dalam kolam bertaburkan kelopak mawar yang telah disiapkan para pelayan sebelumnya. Jovian duduk, menyandarkan tubuhnya pada dinding kolam dan memejamkan matanya, menikmati aroma terapi yang menguar juga air hangat yang menyapa kulitnya.

Merasa diabaikan, Alora mengeraskan rahangnya. Ia melangkah lebar ke arah Jovian.

“Your royal highness, apa maksud perkataan anda?!” ucapnya setengah membentak.

“Lady, perhatikan nada bicara anda.” Jovian menyahuti tenang. Ia membuka matanya perlahan, melirik wanita yang nampak kesal di sampingnya. “Lady tea adalah sosok tokoh fiktif dari cerita kuno rakyat Verbena. Konon Lady tea dijuluki demikian karena aroma tubuhnya yang menenangkan, selayaknya secangkir teh hangat ... mirip dengan diri anda.”

Alora mengerutkan keningnya, masih tak mengerti dengan perkataan Jovian.

“Seperti saya?” tanya Alora menunjuk dirinya sendiri.

Jovian mengangguk. Ia menggerakkan jari telunjuknya, mengisyaratkan Alora agar mendekat. Alora yang penasaran dengan alasan Jovian, pun segera mendudukkan dirinya di sisi kolam, mendekatkan telinganya pada Jovian.

“Maksud dari pertanyaan saya ... hm, haruskah saya menjelaskannya?” tanya Jovian menggantungkan kalimatnya.

Alora yang mendengar ucapan Jovian pun berdecak keras. Ia menjauhkan wajahnya dari pria dengan tubuh setengah terendam itu. Niat hati ingin melangkah keluar namun tak jadi ketika suara Jovian kembali terdengar.

Lihat selengkapnya