WHO?

Akaa
Chapter #1

PUPUS

Seluruh murid sudah memasuki kelasnya masing-masing. Tetapi, tidak dengan Sheza yang masih membereskan ruang guru yang sebenarnya terlihat tidak berantakan. Karena, dia telat masuk sekolah padahal hari ini dikelasnya sedang mengadakan kuis Bahasa Indonesia. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan bintang di mata pelajaran ini.

Sheza hanya menyapunya saja, itupun tidak ada kotoran sama sekali. Entah dia harus sebut ini sebagai hukuman yang guru piketnya berikan atau hanya membuang-buang waktunya saja. Sheza tidak sengaja mendengar guru yang sedang berbicara dengan guru yang ada didepan guru tersebut.

"Iya bu, saya juga heran sama anak itu. Dia hanya diam jika sedang diajak bicara, saya sampe darah tinggi kalau lagi bicara sama dia." kata guru yang berhijab dan berperawakan gemuk.

"Jika sekalinya dia bicara, bicaranya dia melewati batas, bu. Dia berbicara seakan-akan saya ini bukan guru, dia berbicara seenak yang dia mau entah itu baik atau buruk, senang atau tidak senang si pendengarnya. Saking pendiemnya dia dan nyelekitnya jika dia bicara sampai tidak ada yang berani untuk berbicara dengan dia," kata guru yang berhijab pula dan berperawakan lumayan kurus.

"Sudah sering saya beritahu ke dia bahwa jangan terlalu pendiem dan jangan juga berbicara seenaknya dia, dia tidak tahu bahwa yang dia ajak bicara telah tersakiti hanya dengan perkataannya. Tapi, dia masih saja tidak berubah," kata bu Tari yang berperawakan gemuk.

"Saya pernah berbicara sama ayahnya, sangat berbeda." ucap bu Dewi.

"Berbedanya?"

"Ya berbeda. Ayahnya sangat ramah sama saya, dia juga terus bilang 'tolong maafkan anak saya atas perilakunya yang tidak mengenakan' gitu bu,"

"Oh ya?"

Sudah. Sudah cukup banyak Sheza mendengar pembicaraan bu Tari dan bu Dewi. Tidak baik jika Sheza terus mendengarnya, lagian juga Sheza tidak mengenal siapa yang mereka bicarakan dan tidak ingin juga bertemu dengan anak yang dibicarakan guru tersebut.

"Semoga deh semoga gue gak ketemu sama dia," ucap Sheza dengan suara yang kecil. Sheza kembali melanjutkan menyapunya sampai depan pintu ruang guru.

Lihat selengkapnya