WHO?

Akaa
Chapter #2

LOLLIPOP

Sheza perlahan membuka matanya dan kepalanya masih terasa pusing akibat tamparan dari pak Tono walaupun sebenarnya bukan dia yang harusnya kena. Paling pertama yang Sheza rasakan yaitu aroma seperti khas rumah sakit, penglihatan Sheza baru mencerna kalau dia sedang berada di uks dan disampingnya terdapat cowok yang seharusnya yang terkena tamparan itu.

Sheza mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan bahwa benar cowok yang berada disampingnya ini cowok yang tadi sempat dimarahi oleh pak Tono.

"Sorry?" ucap Sheza yang hendak duduk tapi dengan cepat ditahan oleh si cowok itu.

Bukan cowok itu. Batin Sheza saat melihat wajah cowok tersebut.

"Gimana keadaan lo? Merasa baikan?" kata cowok tersebut.

"Eh? Lumayan," jawab Sheza sambil tersenyum.

"Lo gak boleh duduk dulu, biarin aja lo tiduran bentar,"

"Eh? Tapi, gue harus ke kelas ada kuis Bahasa Indonesia," tolak Sheza sambil berusaha duduk tapi kepalanya terasa pusing kembali.

Cowok itu pun melihat Sheza yang tidak jadi duduk hanya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. "Keras kepala," gumamnya.

"Lo ngomong sesuatu?" tanya Sheza saat melihat cowok itu sedang meracik obat entah apa namanya.

"Gak. Nih, sekarang lo minum obat ini terus lo istirahat lagi aja. Gue mau ke kamar mandi dulu nanti gue balik lagi, pokoknya gue balik obat ini harus udah lo minum." kata cowok tersebut meletakan obat dan segelas air putih di nakas sebelah tempat tidur dan cowok tersebut langsung pergi dari ruang uks.

"Ish! Siapa si dia? Ko jadi dia yang ngatur gue, emangnya gue adiknya dia apa? Dari pada gue minum obat mending gue balik ke kelas aja mumpung sekarang masih jam–" ucapan Sheza terhenti saat melihat jam di tangannya.

"WHAT?! Jam sepuluh? Gue pingsan apa tidur? Pasti sekolah udah sepi terus percuma dong gue masuk hari ini mana hari ini sial banget gue,"

Sheza mulai badmood untuk ngapa-ngapin sekarang dia hanya memainkan hpnya dan membuka aplikasi whatsapp. Banyak notifikasi dari temannya yang menanyakan kenapa dirinya tidak masuk yang padahal Sheza masuk sekolah bukan masuk kelas dan lebih parahnya dia malah masuk uks. Dan ada satu notifikasi yang membuat dirinya tidak karuan dan chat itu dari Rama yang notabenennya adalah mantan calon pacarnya Sheza.

Bukannya Sheza ngarep atau jual mahal sama Rama. Tapi, Rama sudah ngungkapin perasaannnya ke Sheza tapi Sheza tolak dengan halus. Ya, walaupun ditolak itu sakit, tapi apa boleh buat jika dirinya tidak menyukainya. Cinta tidak bisa dengan paksaan bukan?

Sheza membuka spam chat dari Rama yang sudah tiga puluhan.

Rama

Hai

Za..

Lagi ngapain?

Udh bangun blm?

Jangan sampe telat yaa

Jangan lupa sarapan

Semangat ya sekolahnya

Sayangnya kita beda kelas

Harusnya waktu kelas sepuluh gue pindah jurusan ke IPS biar kita bisa satu kelas

Tapi takdir berkehendak lain

Dan masih banyak lagi kata semangat dari Rama. Sheza yang membaca chat tersebut hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, sebegitu pedulikah Rama terhadap dirinya?

Iya thx, lo juga.

Sheza hanya membalasnya dengan singkat, tak lama kemudian Rama membalas chat Sheza.

👌

Oiya, kok tadi gue gak liat lo disekolah ya? Lo gak masuk atau apa? 

Deg. Dia harus jawab apa? Masa dia harus jujur kan gak lucu. Butuh waktu cukup lama Sheza membalas chat Rama hingga Sheza tidak menyadari jika cowok yang tadi berpamitan ke kamar mandi sudah balik lagi dan sekarang berada disamping Sheza sambil menatap tajam Sheza.

Sheza yang mulai menyadari jika ada yang menatap dirinya, dia melihat kearah samping dan benar saja cowok itu mematapnya dengan tatapan seperti ingin memakan orang, membuat Sheza terkejut hingga menjatuhkan hpnya tepat dimukanya.

"Ck! Lo bikin gue jantungan tau gak. Kalau masuk itu ketuk pintu kek atau salam jangan asal nyelonong masuk," omel Sheza sambil mengambil hp dari atas wajahnya.

"Oya? Terus lo kenapa gak minum obat yang gue kasih? Lo mau sembuh gak? Penyakit itu jangan dibikin sendiri," sebisa mungkin cowok itu bersikap lembut walaupun didalam hatinya dia sudah sangat gondok.

"Gue gak mau minum obat."

Cowok itu menghembuskan nafas beratnya. "Gue bantu minum obatnya ya?"

"Gak!"

"Ayolah,"

"Gak!"

"Nanti gue kasih ice cream kalau lo mau minum obatnya,"

Lihat selengkapnya