Who is the killer? [Celine]

I M A W R I T E
Chapter #1

* Tragedi *

Golden Indonesia School (GIS), Jakarta Selatan.

MURID – MURID kelas dua belas tengah disibukkan dengan berbagai pelajaran tambahan menjelang ujian nasional. Dua belas IPA 4 salah satunya. Ke 25 murid yang terdiri dari 15 laki – laki dan 10 perempuan itu kini tengah menghabiskan jam di kelas pertama untuk berkumpul di lapangan sekolah.

Ujian praktek akan diadakan minggu depan dan semua murid berlomba – lomba untuk mempersiapkan diri mereka. Mendapatkan nilai di bawah rata – rata sama saja dengan bunuh diri. Karena kebanyakan orang tua dari murid di GIS adalah orang kaya yang berpengaruh. Reputasi dan jejak rekam anak – anak mereka akan menjadi prioritas utama, sekalipun itu artinya mereka harus mengorbankan banyak hal untuk mempertahankan harga diri.

Bukan hanya para orang tua, Golden Indonesia School seringkali mencetak lulusan murid terbaik dengan nilai akhir yang memuaskan dan banyak diterima oleh universitas ternama yang tidak kalah bergengsi. Namun untuk bertahan di sekolah ini, pihak sekolah juga menuntut murid untuk melakukan usaha yang lebih keras dibandingkan murid – murid di sekolah lain pada umumnya.

Kebanyakan murid laki – laki sedang sibuk mengitari lapangan demi mempersiapkan ujian praktek pekan depan. Atletik menjadi salah satu kategori olahraga yang masuk di dalam kelas Pak Richard. Pria berkumis hitam dengan tubuhnya yang sedikit berotot itu memang tipikal guru yang tegas dan disiplin;bidang olahraga sepertinya sangat cocok dengan kepribadiannya yang perfeksionis.

"Hari ini kalian bebas mencoba olahraga apapun," katanya di tengah – tengah barisan. "Minggu depan kita ada ujian. Jadi pastikan kalian hari ini mempersiapkan semuanya dengan baik. Mengerti?"

Semua murid di kelas tersebut pun serempak menjawab, "Mengerti, Pak."

Meski pada kenyataannya, tidak semua murid langsung menuruti nasihat bijaknya tersebut. Kebanyakan murid perempuan hanya menghabiskan waktu dengan mengobrol di pinggir lapangan setelah barisan dibubarkan. Bahkan ada yang hanya bermain lompat tali seperti anak SD dan menghabiskan waktu mereka untuk hal yang tidak berguna seolah – olah apa yang dikatakan Richard hanyalah gertakan semata.

Begitu pula dengan dua murid perempuan di sudut lapangan, Alesha dan Siska. Keduanya sibuk mengobrol saat murid laki – laki memulai latihan untuk pertandingan basket di lapangan.

"Menurut lo gimana, Sha? Siapa yang bakal juara kelas tahun ini? tanya Siska berbasa – basi.

Gadis berambut pendek itu bahkan tak melihat Alesha karena sibuk memerhatikan liptint terbaru yang baru saja dicobanya di cermin kecil berbentuk bulat. Warnanya merah muda dan lembut, setidaknya itu tidak terlalu mencolok dan menarik perhatian guru pengawas.

Sementara Alesha yang mengamati para pemain basket di kelasnya hanya bisa mengangkat kedua bahunya tak acuh. "Radith, maybe."

Siska menoleh, kemudian mengernyitkan keningnya heran. "Nggak ada pilihan lain apa?"

"Well ... nilai dia selalu jadi nomor satu di semua mata pelajaran." Alesha balas menatap Siska, lalu mengangkat kedua alisnya menantang. "Apa ada alasan buat seorang Radith nggak jadi juara kelas di tahun ini juga?"

"Iya, sih. Dia itu pintarnya keterlaluan," ucap Siska pada akhirnya.

Lihat selengkapnya