Who is the killer? [Celine]

I M A W R I T E
Chapter #4

* Seperti Detektif *

lden Indonesia School (GIS), Jakarta Selatan.


Kematian Celine telah menjadi duka mendalam untuk keluarga besar GIS. Pasalnya, selama dua puluh lima tahun sekolah itu dibangun, belum pernah terjadi sebuah kecelakaan yang bahkan sampai merenggut nyawa salah satu murid mereka.


Setiap aktivitas sekolah dilakukan dengan sangat terstruktur dan hati-hati. Pihak Golden Indonesia School selalu memberikan pengarahan yang terorganisir serta melengkapi kesiapan kegiatan dengan keamanan yang ketat.


Sehingga kecelakaan yang menimpa salah satu murid mereka, Celine Handayani, memberi pukulan telak untuk rekam jejak yang telah dibangun oleh sekolah tersebut.


Setelah tiga hari berlalu, barulah pihak sekolah memberikan acara penghormatan untuk kepergian Celine. Sebuah meja dengan foto Celine dalam pigura yang sedang tersenyum dipajang di atasnya, beserta dengan lilin dan beberapa tangkai bunga dari pihak sekolah.


Semua murid diizinkan untuk memberikan penghormatan kepada gadis malang itu. Terutama mereka yang berasal dari kelas dua belas IPA 4, teman-teman sekelas Celine.


Mereka dibebaskan dari pelajaran untuk satu jam pertama, diberikan waktu untuk mengenang salah satu teman mereka yang pergi di usia yang sangat muda karena kecelakaan tak terduga.


Ke dua puluh empat murid di kelas sudah berkumpul. Kebanyakan dari mereka sudah meletakkan setangkai bunga di atas meja, tepat di bawah foto Celine. Lily dan mawar menjadi jenis bunga yang mendominasi. Konon, kedua bunga itu berarti penghormatan dan kesetiaan.


Namun sepertinya, bunga itu tak berarti apa-apa bagi sebagian orang.


Alesha salah satunya. Ia hanya berdiri di depan meja, memandang lurus-lurus ke arah foto Celine. Pandangannya cukup dalam, seolah-olah sosok di balik foto itu sedang berbicara dengannya. Cukup lama, sebelum akhirnya satu tangkai bunga lily yang sejak tadi berada dalam genggamannya dilempar ke atas meja.


Alesha berbalik dan meninggalkan sudut itu tanpa rasa peduli.


Sementara Elle melihat semua yang dilakukannya oleh Alesha dengan penasaran. Gadis itu cukup ingin tahu, apa yang sebenarnya dirasakan oleh Alesha. Merasa bersalahkah? Sedih? Atau justru gadis itu masih merasa marah atas apa yang sudah dilakukan Celine kepadanya?


"Kenapa diam aja?" Suara Mario yang tiba-tiba akhirnya menyadarkan Elle dari lamunan. "Ada sesuatu?"


Namun Elle hanya menggeleng dan beranjak dari posisinya. Ia pun berjalan mendekati meja. Ditatapnya wajah Celine dalam foto. Senyum yang terlukis di wajah itu sangat berbeda dengan wajah yang dilihat Elle saat semua orang menemukannya tergeletak di toilet. Wajah yang pucat dan kaku; mengerikan.


Lihat selengkapnya