Golden Indonesia School (GIS), Jakarta Selatan.
Tidak ada kata yang tepat untuk mewakili perasaan Elle selain bingung dan takut. Tiba-tiba saja teman sekelasnya -si pembuat masalah itu- meninggal di toilet sekolah dan Mario, si ketua kelas menjadi detektif dadakan.
Gadis yang selalu mengikat rambutnya dengan satu kunciran itu juga tidak tahu kenapa orang sepertinya, yang notabenenya bahkan tidak pernah bergabung dengan organisasi apapun selain ekskul karate, malah harus terjebak dalam aksi penyelidikan yang diciptakan oleh seorang detektif Mario.
Nyaring bel yang berbunyi tepat pada pukul dua belas mendadak terdengar menyenangkan. Sekolah sudah berubah menjadi tempat yang menyeramkan. Kematian Celine telah membuat Elle sadar bahwa gadis menyebalkan itu telah menyebabkan lebih banyak masalah setelah kematiannya. Elle merasa tak bisa mempercayai siapapun di sekolah karena sebuah alasan yang bahkan dirinya sendiri pun tak jelas sejak insiden mengerikan itu terjadi di depan matanya.
Elle beranjak, memasukkan satu persatu buku yang digunakannya terakhir kali.
"Elle, gue duluan ya!" seru Olla terburu-buru.
Bahkan ketika gadis itu mendongak, untuk sekadar bertanya mengapa si rambut pendek super baik hati itu sangat tergesa-gesa pun sudah tak sempat. Olla sudah menghilang di balik pintu. Disusul oleh murid-murid lain yang juga mulai melangkahkan kaki mereka keluar ruangan.
Gadis itu kembali dengan peralatan tulisnya saat tiba-tiba Joshua menjatuhkan sesuatu ke dalam tasnya, sama seperti Olla, si gamers pemalas juga tampak terburu-buru. Ia hanya menatap Elle sekilas pada detik terakhir sebelum laki-laki dengan jaket denim -yang entah dia punya berapa banyak karena motif dan warna yang dipakainya ke sekolah selalu sama-itu berhasil meleos meninggalkan kelas.
Penasaran, Elle pun mencoba merogoh ranselnya yang berwarna hitam. Ia mulai memeriksa celah-celah buku dan mencari apa yang sebenarnya diletakkan Joshua di sana.
Sepertinya bukan benda yang kecil, tapi tidak juga cukup besar untuk menemukannya dengan cepat. Benda itu terselip di antara buku-buku besar, sebuah kertas putih yang dilipat.
Kening Elle pun bertaut seketika, merasa penasaran.
Ia lantas membuka lipatan kertas dengan sangat hati-hati dan menemukan sebuah tulisan yang lebih mirip seperti ancaman di sana.
JANGAN PERCAYA MARIO. MENCURIGAKAN.
Namun belum sempat gadis itu memahami maksud dari tulisan yang diberikan oleh Joshua-yang bahkan menurutnya tak pernah memperhatikan satu mata pelajaran pun-tiba-tiba saja suara Mario terdengar dan membuatnya tergeragap.
Elle panik dan buru-buru meremas kertas putih bergaris -yang dapat diyakini sebagai salah satu bagian dari buku tulis Joshua yang tidak pernah terpakai-itu dan memasukkannya kembali ke dalam tas sebelum selanjutnya berbalik dan menatap Mario.
"Elle, ada sesuatu yang mau gue omongin nih."
Satu alis Elle terangkat. Diam-diam gadis itu berharap tak terlihat mencurigakan di mata Mario karena keterkejutannya tadi. Meski saat membalas kata-kata Mario, Elle jelas menjadi sedikit gugup. "Ada apa?"
"Katanya pentas seni sekolah dimajuin."
Gadis itu bernapas lega, setidaknya topik pembicaraan mereka tak sedikitpun mengarah kepada kematian Celine dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
"Oh ya?" timpal Elle tanpa minat.