Wicked Game

Hendra Purnama
Chapter #5

Narasi Mimpi: Kabut Samar

Bila sebuah cerita ada awal mulanya, maka marilah cerita ini kita mulai tepat setahun sebelum Sax berada di dalam kereta api. Mungkin tidak pada tanggal atau hari yang tepat, namun kira-kira pada satu masa di awal tahun lalu, itulah awal dari titik balik luar biasa yang membuat Sax kini berada di sebuah kereta, pulang menuju kampung halamannya tanpa berpikir untuk kembali.

 Titik awal itu adalah sebuah mimpi.

Sax bukanlah tipe orang yang sering bermimpi, atau mungkin ia sering bermimpi namun tidak menyadarinya. Karena memang itulah yang terjadi. Sebagian besar mimpi akan lenyap tersapu seiring kesadaran pasca tidur membanjir. Hanya sedikit mimpi yang terus bisa diingat, dan dari yang sedikit itu, salah satunya adalah mimpi Sax pada malam itu.

Sebuah mimpi bisa datang tiba-tiba, tanpa pertanda. Kecuali bagi orang-orang yang menguasai lucid dream atau sejenisnya, kita tidak sedang membicarakan itu. Kita membicarakan sebuah mimpi yang biasa, sebuah mimpi yang mendadak datang dan selalu hilang saat terbangun tak sengaja. Sax termasuk orang yang jarang bermimpi, Ataupun mungkin dia sering bermimpi tapi dengan cepat melupakannya. Tapi kali ini, Sax merasa semuanya terjadi begitu jelas menghampiri, tak ada yang tersembunyi, seolah semua inderanya bersatu menyampaikan sensasi yang tegas.

Memang, meski awalnya hanya serupa kabut yang datang dari kegelapan. Lalu samar-samar Sax melihat sesosok perempuan datang. Sosok itu hampir jelas, kehadirannya entah kenapa terasa wajar sekaligus janggal. Seperti sesuatu yang kita tahu ada tapi seharusnya tidak menampakkan diri. Seperti hantu. Sax tidak mengenal siapa perempuan itu karena kemunculannya hanya samar-samar. Sesosok perempuan yang muncul perlahan seperti dari balik kabut. Entah kenapa Sax merasa akrab dengan sosok itu, namun siapa dia? Sax tak dapat menjawab.

Dalam mimpi itu, kabut terasa samar-samar namun mengikat. Sax tak bisa bergerak. Dia hanya berdiri menatap sosok di depannya. Mereka bertatapan, atau mungkin hanya Sax yang menatap karena perempuan itu jelas tidak tampak wajahnya, apalagi matanya. Muka itu tertutup kabut namun juga tidak menyeramkan, malah Sax merasakan sebuah kedamaian entah apa. Dia benar-benar merasakan kedamaian itu dan tidak ingin semuanya berakhir. Perasaan itu begitu melekat seperti bukan di alam mimpi, bahkan Sax merasakan perasaan asing yang nyata. Dalam pikirannya saat itu, dia tidak ingin melepaskan mimpi itu, ia ingin tetap berada di kungkungan kabut. Sekilas, Sax merasa bahwa sosok perempuan itu makin tegas, harapan Sax sosok itu akan makin nyata dan bisa disentuh. Namun ternyata, lambat laun, sosok perempuan itu meski makin mendekat dan mendekat, tapi seiring geraknya, wajahnya masih juga samar.

Lihat selengkapnya