Jika cerita harus ditarik balik maka semua berawal dari masa SMA. Mereka bertiga masih bersama. Sax, Wil, dan Yum.
Apakah lelaki dan perempuan memang bisa terus bergaul tapi sebatas dalam lingkup sahabat? Secara tidak langsung, mereka bertiga berusaha menjawab pertanyaan itu. Mereka saling melengkapi dalam artian tertentu.
Wil masih menjadi lelaki yang ganteng dan populer di sekolah. Mungkin cuma dia satu-satunya anak lelaki di SMA itu yang tidak jago olahraga, tidak bisa main musik, dan bukan bintang kelas, tapi disukai perempuan. Kita tidak bicara fisik, ketampanan pun bisa hilang. Tapi Wil jelas merupakan satu dari sedikit anak laki-laki yang bisa menarik perhatian perempuan dari buku dan film.
Dia seolah selalu punya topik untuk membicarakan soal buku dan film dengan perempuan. Dia bisa membuka pertanyaan dengan sebuah judul film yang mungkin sangat asing, misalnya, “Sudah pernah nonton Cannibal Hollocaust?”
Siapapun yang tahu film karya Rugero Deodatto itu pasti sepakat bahwa itu bukanlah pertanyaan yang bisa dipakai untuk membuka obrolan dengan seorang perempuan. Tapi aturan itu tidak berlaku bagi Wil. Karena baik perempuan itu sudah menonton atau belum, nyatanya selalu terjadi pembicaraan yang panjang antara mereka.
Yum dan Sax punya beberapa teori tentang itu, salah satunya karena wajah tampan. Tapi itu juga dibantah oleh mereka sendiri, terutama Yum yang tentu saja tahu soal efek ketampanan laki-laki pada perempuan. Masalahnya, mereka sepakat bahwa ketampanan bukan faktor utama. Sax percaya bahwa kata kuncinya ada di perkenalan. Sampai tahap tertentu, Wil sudah mengenal perempuan yang ingin dia ajak bicara, mungkin lewat satu atau dua kali sapaan. Tapi tetap saja bagi Sax, memulai obrolan dengan topik film itu termasuk tindakan yang luar biasa.
Anehnya, dan ini pernah dibicarakan, dari sekian sedikit perempuan yang tidak tertarik pada Wil, salah satunya adalah Yum sendiri. Tapi tentu saja Wil bukan berarti bisa menarik perhatian semua perempuan seperti di komik atau film. Tetap saja ada perempuan yang tidak tertarik padanya, meski memang harus diakui kalau jumlahnya sedikit, dan entah kenapa dari yang sedikit itu salah satunya adalah Yum.
Sax tahu hal itu dari pergaulan mereka sehari-hari, Yum tampak sama sekali tidak tertarik ketika Wil berbicara tentang buku atau film. Jangankan tertarik, menoleh pun tidak. Beberapa kali Wil mencoba memulai pembicaraan tentang film dengan Yum, tapi Yum selalu tidak menunjukkan tanggapan yang bagus. Dingin-dingin saja. Meski dia tetap mau beberapa kali diajak berjalan keluar oleh mereka, tapi pembicaraan hanya berlangsung seperlunya. Mereka bertiga biasa film di bioskop atau pergi makan, tapi tetap Yum tidak menunjukkan kedekatan apapun terhadap Wil.