Wicked Game

Hendra Purnama
Chapter #16

Dialog Dua Orang yang Kebetulan Sedang Insomnia

May dan Sax duduk berhadapan. Musik sudah berganti menjadi jazz-jazz lembut, entah kapan, Sax juga tidak sadar akan pergantian musik itu. Tapi rasanya memang lebih baik daripada musik hip-hop. Tidak setiap saat orang ingin mendengarkan irama yang cepat. Terkadang di satu titik seseorang lebih ingin mendengarkan musik lembut, dan itulah yang dirasakan oleh Sax sekarang.

“Kamu sering ke sini?”

Sax mengangguk. “Cukup sering, tapi belum pernah di jam segini.”

“Pantas kita tak pernah bertemu.”

“Memangnya kamu selalu ke sini jam segini? Jam dua pagi?”

“Ya, ini satu-satunya tempat di kota ini yang menyenangkan untuk dikunjungi saat dinihari. Kalaupun mereka tutup menjelang subuh atau jam tiga pagi. Itu paling cepatnya. 

Sax mengangguk. Dia tahu informasi itu, tapi rasanya tidak baik memotong penjelasan May. Beberapa orang merasa sakit hati jika informasinya dipotong dengan kalimat ‘ya aku sudah tahu.’

“Aku senang kamu datang… atau tepatnya: aku senang kita bertemu.”

“Senang? Kenapa?”

“Aku punya teman mengobrol.”

Sax mengangguk-angguk, belum tahu mau menanggapi bagaimana. Sax mengambil bukuya yang dari tadi diletakkan di meja. May menatap sampulnya

“Raven Stories & Poem, kamu sudah baca?”

“Belum.” Sax menggeleng.

Baca deh... Poe itu memang master untuk urusan karakter horor. Di buku ini kamu bisa ketemu dengan tokoh-tokoh yang menarik, ada laki-laki yang terobsesi pada gigi tunangannya, dokter yang menghipnosis pasiennya yang berada di ambang kematian, dan seekor gagak yang menjumpai seorang kekasih yang sedang putus asa. Pokoknya baca deh.”

Sax membolak-balik buku itu. “Kamu sudah baca?”

May mengangguk. Dia tampak seperti akan bicara tapi kalimatnya tertahan di tenggorokan. May memiringkan kepalanya, dan memperhatikan ke satu arah, lalu tersenyum. “Hei, kamu tahu lagu ini?”

Sax coba mendengarkan. Terkadang playlist di Rud Café memang memiliki tema tertentu, tapi di jam-jam dini hari begini sepertinya Rud hanya memutar lagi sesukanya saja. Sehingga kadang muncul lagu-lagu asing, seperti yang satu ini.

”Saya tidak tahu.”

May tidak langsung menjawab, dia menggeleng-gelengkan kepala, tampak menikmati lagu itu. Sax harus menunggu beberapa saat bahkan untuk mendengar judulnya saja.

“Wicked Game…”

“Itu judulnya?”

May membuka mata. “Ya… dinyanyikan oleh Chris Isaak. Penyanyi Amerika. Lagu ini rilis tahun 1989, tapi baru terkenal tahun 1990 waktu jadi soundtrack film Wild at Heart. Setelah itu, Wicked Game jadi lagu yang terkenal, juga banyak dicover orang.”

“Saya tidak pernah dengan lagu ini, mau versi asli atau versi cover.”

“Wajar sih, tidak semua orang juga tahu lagu ini.”

Sax terdiam, mencoba mendengarkan lagu itu dengan seksama, tapi rupanya tinggal bagian akhir lagu itu yang tersisa. Baru sebentar mendengarkan, lagu itu sudah habis. 

“Sepertinya agu yang cukup sendu ya?”

“Ya, ada beberapa versi cover, tapi mau dibawakan seperti apapun, lagu ini tetap terasa sendu. Ini bukan soal nadanya, tapi soal emosi lagunya,”

Sax mengangguk-angguk. “Kamu tahu banyak ya…”

Lihat selengkapnya