Malam berikutnya, pada jam yang sedikit lebih larut dari kemarin malam, Sax beranjak tidur. Seperti biasa, istrinya pasti telah lebih dulu terlelap, dan seperti biasa Sax juga tidak ingin membangunkannya. Lagipula istrinya jarang bisa terbangun oleh gerakan-gerakan kecil. Jadi meski Sax berbaring dan merapatkan selimut, istrinya tetap tidur pulas.
Sax sudah lupa apakah dia mengucapkan doa atau tidak, tapi dia memang sedikit berharap agar mimpi kemarin malam tidak terulang. Lalu matanya terpejam. Namun, secepat ia terlelap, secepat itu pula mimpi itu datang menyambangi. Tak diharapkan dan tak bisa ditahan.
Sax seperti tersedot ke dalam sebuah dimensi yang menghisapnya keras. Badannya melayang, ia merasakan sensasi terbang yang cepat menembus kegelapan. Punggungnya terasa melayang, dan tiba-tiba ia ada di sebuah ruangan.
Dia berdiri, di sebuah tempat yang cukup luas. Di sekitarnya banyak terdapat rak-rak berisi kerajinan tanah liat. Ada gelas, mangkuk, hiasan meja, vas bunga, dan banyak lagi. Semuanya masih berbentuk tanah liat, tidak ada satupun yang berhias atau sudah dicat. Semuanya merupakan kerajinan tangan yang masih polos, namun sudah memiliki bentuk.
Sax melangkah mendekati rak-rak itu, memperhatikan satu persatu, dia tidak bisa mengontrol gerakan tubuhnya, namun ia seperti mengalami setiap gerakan yang dilakukannya. Karena itu ia sama sekali tidak mengerti kenapa langkah kakinya mendekati rak-rak itu, lalu kenapa matanya dengan teliti menelusuri benda-benda itu. Begitu teliti, hingga rasanya ia bisa mengenali setiap alur dan lekuk benda-benda yang terpajang di sana.
Meski ia tidak bisa mengatur gerakannya namun entah kenapa pikirannya masih bisa berjalan dengan baik. Ia bertanya-tanya tentang perilakunya sendiri, sekaligus menyadari bahwa dia sedang bermimpi. Sax ingat betul bahwa terakhir kali ia berbaring di kamarnya, lalu tiba-tiba terlempar ke tempat ini. Dia bisa memikirkan itu, tapi tidak bisa menghentikan mimpi ini. Akhirnya pikirannya sendiri yang memutuskan untuk menyerah, membiarkan mimpi ini berjalan apa adanya, seperti yang seharusnya.