Aku ingin bicara lebih jauh tentang Spln Myar. Dia lahir pada hari Valentine, tahun 1940 di Kosice. Seumur hidupnya, dia tidak pernah meninggalkan kota itu. Dia lahir, sekolah, bekerja, menulis, menikah dua kali, sampai meninggal tetap di sana. Hidupnya sangat singkat.
Dia meninggal di usia 35 tahun, tapi dia meninggal atas keinginannya sendiri. Pada seorang sahabat dekatnya, satu-satunya sahabat dekatnya Myar pernah berkata bahwa dia merasa sudah cukup menjalani hidup. Dia juga merasa sudah mencapai titik puncak karir menulisnya. Fakta bahwa dia belum pernah meraih Nobel Sastra atau penghargaan yang bergengsi, atau tentang novel-novelnya yang tidak pernah meraih predikat best-seller, ternyata tidak mengganggunya.
Bagi Myar, batasan setiap penulis itu berbeda-beda. Namun yang penting seorang penulis mesti tahu batas kemampuannya. Penulis mesti tahu kapan bahasanya tidak bisa ditingkatkan lebih jauh lagi. Saat itulah seorang penulis harus berhenti karena saat seseorang sudah mencapai titik puncak, maka langkah berikutnya hanya akan membawa orang itu turun. Myar tidak pernah ingin melangkah menuju penurunan, karena itu ia mengakhiri hidupnya sesegera mungkin.
Di hari Valentine tahun 1975, tepat di hari ulang tahunnya, Myar menggantung diri di kamar belakang ketika istrinya sedang pergi mengunjungi orangtuanya di Presov. Karena Myar hidup sendirian, tidak banyak bergaul dengan tetangga, maka mayatnya bergantung terayun-ayun selama lebih dari satu minggu. Dia baru ditemukan ketika istrinya pulang. Sejak itu istrinya pergi dari Kosice, entah kemana. Tidak ada orang yang mau meninggali rumah itu lagi. Lalu akhirnya lambat laun orang mulai lupa bahwa di sana pernah ada orang bernama Spln Myar.
Satu-satunya yang masih bisa bicara adalah karya-karyanya yang tidak terlalu terkenal itu. Aku membaca bukunya yang bisa dibeli online. Salah satu yang kubaca adalah novel terakhir dia, sebuah novel yang tentu saja kurang laku karena ditulis dengan bahasa yang berat dan lebih merupakan narasi pribadi.
Tampaknya Myar memang punya kebiasaan memisahkan karakter tokoh-tokohnya dengan pesan yang diusung oleh narrator. Hingga dalam setiap novelnya, narrator dan tokoh bisa saja bergerak ke arah yang berbeda. Narrator dalam novel-novel Myar seolah berdiri sendiri dan bukan bagian dari pengantar cerita. Sesuatu yang janggal tapi unik.
Dalam novel terakhirnya, yang judulnya cukup panjang: The Actual Facts Behind Jeffrey Dungo's Death Are Worse Than the Conspiracy Theories, Myar bicara soal takdir di balik kematian. Awalnya memang dia bicara tentang kematian seorang Jeffrey, tapi lambat laun narator menggeser ceritanya menjadi kematian pribadi. Beberapa penggemar Myar yakin bahwa ini adalah pesan perpisahan Myar. Bahwa Myar memang sudah lama ingin mati, dan dalam beberapa kesempatan dia sering bicara tentang mengatur kematian itu sendiri.