Sax memandangi pekerja gudang yang sedang hilir mudik mengangkuti barang dari mobil boks miliknya. Mereka semua sepertinya sudah sangat terlatih untuk mengangkut barang-barang itu. Sax tidak turut membantu, dia membiarkan saja sambil menghitung dalam hati. Di tangannya tergenggam papan jalan yang berisi beberapa faktur pengiriman yang harus ditandatangani. Selain memang Sax tidak ingin mengangkat barang, dia juga sedang memikirkan mimpinya tadi malam. Sebuah mimpi yang hampir-hampir jelas melekat dalam ingatan.
Sejak bangun tadi pagi Sax berkali-kali memeriksa celananya, dia khawatir mimpi seperti itu akan membuat spermanya keluar. Tapi ternyata tidak, untung saja, dia bangun kesiangan untuk mengantar barang-barang ini, dan hampir terlambat. Dia tidak sempat mandi, dan baginya tidak nyaman sekali jika dia pergi dalam keadaan seperti itu.
Sax sedikit banyak memikirkan mimpi itu. Dia merasakan firasat yang tidak biasa. Dia memang tidak mengalami hal-hal aneh, macam cermin retak atau kejatuhan cicak. Tapi perasaannya seolah memberi tanda.
Tak berapa lama kemudian, seluruh pengangkutan barang itu selesai. Sax lalu menghampiri seorang petugas dan menyerahkan beberapa faktur. Orang itu menandatangani dengan wajah lurus. Memang sudah jadi prosedur biasa. Sax memeriksa sekali lagi kelengkapan tanda tangan di sana, lalu menuju mobilnya. Tapi belum juga ia berbalik, sebuah suara menyapanya dari belakang.
“Permisi?”
Suara perempuan? Sax menengok.
Dia terkejut luar biasa! Sosok itu!
“Yum?”
Perempuan itu memandang Sax dengan raut wajah heran. “Sax ya?”
“Iya, kamu… Yum kan?”
Oke, baiklah. Ada perbedaan besar antara sesuatu yang terjadi di alam mimpi dengan sesuatu yang terjadi di dunia nyata. Tapi kini Sax merasa bahwa mimpi yang selama ini menghampirinya tiba-tiba berubah jadi nyata. Dia tidak bicara realitas fisik, melainkan perasaan. Ada perasaan tenang yang sama antara yang dialaminya di dunia mimpi dengan kini saat memandang Yum secara langsung. Kalau bicara fisik, tidak akan ada yang benar-benar sama, tapi kini Sax merasa bahwa Yum yang sebenarnya adalah yang berdiri di depannya, dia tidak perlu lagi mengira-ngira atau berimajinasi tentangnya.