Di Rud's, beberapa hari kemudian. Wil dan Sax duduk di meja bar, di dekat mereka ada Rud yang sedang memeriksa entah apa di komputer. Mungkin memperbaiki susunan playlist lagu, mungkin menghitung laba. Di depan mereka ada secangkir kopi. Kebetulan mereka memesan minuman yang sama. Di tempat itu sayup terdengar berulang-ulang lagu soundtrack La La Land. Sedang terputare The Fools Who Dream yang berisi monolog Emma Stone di adegan audisi, tadi sebelum itu sudah terputar The End dari Justin Hurwitz. Mungkin setelah ini baru masuk lagu utama, City of Star dari suara Emma Stone dan Justin Hurwitz. Sax tahu, Wil benar-benar terpukau ketika pertama kali mendengar humming Emma Stone di City of Stars. Sebuah gumaman yang indah. Begitu ujar Wil saat mengisahkan.
Sementara itu, Wil menikmati aroma kopi yang baru saja disajikan Rud. Dia menyesap kopinya yang masih panas lalu mengecap-ngecapkan lidah. Rud tersenyum, melihat tingkah Wil. “Tenang, masih panas!” Rud menggelengkan kepalanya.
Will tersenyum dan kembali menaruh cangkir kopinya. Rud kembali sibuk melayani pesanan para konsumen. "Sudah kamu baca novel itu?" Wil menunjuk novel yang sejak tadi dipegang Sax. Wil langsung melihat judul di sampulnya, “May Be Someday… Coolen Hoover… tumben kamu baca buku begini?" Pertanyaan itu sepertinya butuh jawaban, tapi mendadak Sax ragu untuk membahasnya.
Sax jadi gelisah. Dia memilih diam, memutar-mutar cangkir kopinya yang masih berisi setengah. Lalu berteriak pada Rud , "Rud, buatkan saya wine-coffee."
Rud mengerutkan kening. ‘Itu belum habis!”
“Nanti saya habiskan, tiba-tiba saja ingin merasakan wine-coffee.”
Rud tersenyum, dia sudah tahu apa yang Sax inginkan. Lelaki ini selalu hafal dengan segala kebiasaan para pengunjung kafe-nya. Tidak hanya minuman para pelanggan yang diingat, juga kebiasaan dan segala kisahnya. Rud dengan senang hati akan menjadi pendengar dan teman bicara yang baik, sesekali memberi saran jika menurutnya perlu. Atau menyela jika topik yang sedang menjadi bahan pembicaraan, layak untuk dirinya menyumbangkan sebuah argumen atau hipotesa. Dan sekarang tidak biasanya Sax memesan wine-coffee? Mungkin memang akan atau sedang terjadi sesuatu, pikir Rud.
Wil mengulurkan tangan. “Boleh kulihat novelnya?”
Sax menggeser novel itu ke arah Wil. Wil segera meraihnya lalu membolak-balik buku itu. Membuka beberapa halaman, dan membacanya. Menangguk-angguk. “Hmm, ini kisah cinta… apa ya… cinta dan penghianatan.”
Sax mengangguk. “Mungkin… saya juga belum beres bacanya.”
“Dapat dari mana buku ini?”
Sax mengangkat bahu. “Dikasih Yum…”
“Yum?!” Wil mengangkat alis, terkejut. “Yum kasih buku ini?”
“Iya, memangnya kenapa?”
“Yum itu bukan perempuan yang mudah saja memberi hadiah pada orang lain. Aku tahu itu…"
“Terus? Kamu pikir aku dan Yum ada sesuatu begitu?”
Obrolan itu terputus ketika Rud menyodorkan minuman pesanan Sax.
"Apa Yum pernah ke sini?" Wil bertanya lagi.
Sax menggelengkan kepala. Menggeser cangkir latte yang masih berisi setengah, dan menarik cangkir kopi yang baru saja disajikan Rud. Wanginya menguar, melepaskan penat di otak Sax.
"Serius belum pernah kamu ajak ke sini?"
Sax mengangguk, Wil merasa tidak yakin dengan pengakuan Sax. Tetapi, bisa saja Sax belum pernah mengajak Yum ke kafe ini, karena Rud menanyakannya. Atau mungkin, Sax pernah mengajaknya dan Rud… lupa? Entahlah. Satu hal yang Wil tahu pasti, selera tempat ngopinya Yum tidak seperti tempat ini.