Rud, keluar dari balik meja bar duduk di salah satu kursi, matanya memandangi satu persatu pengunjung kafe. Para pengunjung kafe ini, kebanyakan dari mereka adalah pelanggan tetap. Suasana kafe yang hommy, membuat para mereka betah berlama-lama, sekadar menghilangkan penat dengan secangkir kopi dan obrolan ringan. Lalu mereka akan kembali lagi, satu minggu sekali, dua atau tiga kali sehari, bahkan ada yang hampir setiap hari. Ada kepuasan sendiri bagi Rud, jika melihat wajah pelanggannya kembali ceria setelah berbincang dan menikmati kopi di kafenya. Rud berpendapat, kopi dan obrolan akan sedikit meringankan beban dan kepenatan yang ada. Di kafe ini mereka akan mendapatkannya, Rud selalu menyediakan kupingnya untuk mendengar apa pun cerita mereka.
Layaknya menikmati opera sabun yang setiap harinya berganti peran dan berganti cerita, atau malah ada yang bersambung dari satu cerita ke cerita berikutnya. Rud menikmati semuanya, cerita mereka akan menjadi sebuah pelajaran dan ilmu baru bagi Rud, tentang bagaimana menyikapi dan memaknai hidup. Tuhan menciptakan manusia dengan segala keunikanya, berwarna dan beragam. Dari sana dapat ditemukan bagaimana seseorang menyikapi sebuah perjalanan takdir, bijak–kah?, ikhlas–kah? Atau bahkan putus asa dan berusaha ingin melawan takdir sesuai kehendak hati? Semua adalah pilihan dan bagaimana cara kita memaknainya.
Rud meneguk latte yang baru saja disodorkan salah satu karyawannya. Dia teringat akan obrolan beberapa jam lalu dengan Wil. Pada Rud, Wil bercerita tentang segala firasatnya. Terlihat ada kekhawatiran tentang hubungan Sax dan Yum. Pembahasan tentang novel yang diberikan Yum pada Sax, sepertinya sangat menganggu Wil. Beberapa kali Wil berujar, jika ini semua mungkin hanya sekadar hadiah, tidak lebih. Tetapi di sisi lain, Wil pun berulang kali bilang, jika Yum bukan tipe perempuan yang bisa dengan begitu saja memberi hadiah apalagi pada laki-laki. Hati tidak bisa bohong, meski Wil berusaha menutupi.
Berkali-kali Rud, melihat kegelisahan di mata Wil. Tidak ada seorang pun yang ingin kembali kehilangan kesempatan kedua setelah penantian yang begitu panjang. Rud bisa merasakan, bagaimana perasaan Wil saat ini. Wil tidak ingin kembali patah di hati yang sama, setelah penantian yang teramat panjang. Rud tidak habis pikir dengan Wil, untuk apa buang waktu menanti cinta Yum. Cinta yang tidak jelas balasannya. Padahal Rud yakin, di luar sana pasti banyak sekali perempuan yang menyukai Wil. Wajah tampan, karier yang bagus, sudah menjadi modal utama sebagai kail pengikat para wanita. Jaman sekarang setia itu biasanya hanya sebagai ucapan saja, pelaksanaan, belum tentu.